[23]. Park Jimin

6.2K 871 53
                                    

Jungkook menyeret jimin menjauh dari pandangan lisa, rose dan juga jisoo-- ketika pemuda kekar tersebut hendak menghambur kearah rose.

Jungkook tidak mau membuat sensasi.

"Jungkook, Lepaskan! Aku bukan barang yang bisa kau seret begini!"maki jimin begitu mereka memasuki lapangan basket yang belum berpenghuni.

Jungkook akhirnya melepaskan cengkramannya dari pundak serta lengan jimin.

"Ada banyak hal yang ingin kubicarakan dengan chaeyoung, kenapa kau malah membawaku kemari?"

Jungkook menghembuskan nafas kasar.

"Sadarlah hyung. Dia bukan chaeyoung. Chaeyoung sudah meninggal."

Seluruh sendi dan otot jimin sontak melemas mendengar jawaban jungkook yang penuh dengan tekanan.

Ia tau.

Ia ingat.

Ia hanya terlalu senang bisa melihat kembali wajah cantik nan polos yang sering mewarnai hari-harinya dulu.

Melihat jimin membisu membuat jungkook merasa sedikit bersalah-- ia pun menepuk bahu lebar milik kakak tingkatnya tersebut.

"Maaf hyung, aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku sendiri juga terkejut dan mengira rose itu chaeyoung tapi percayalah-- mereka berbeda. Aku dan Lisa bertemu dengan Rose di haeundae. Kami membawanya kemari karena dia memiliki kemampuan spesial yang bisa membantu kami menemukan jennie-- kalau tidak salah, aku sudah menceritakan masalah kakak lisa padamu kan, hyung?"

Jimin hanya menatap jungkook datar.

"Setidaknya biarkan aku menyapanya.."ucapnya kemudian.

"Kau bisa melakukannya saat istirahat nanti hyung. Rose baru masuk kesekolah ini, dia perlu mengurus banyak hal."

"Baiklah, aku mengerti."jimin mengangguk seperti anak patuh-- jiwa premannya menghilang entah kemana.

"Ingat-- jangan memanggilnya chaeyoung. Namanya rose"jungkook menekankan.

"Ya."jimin mengangguk lagi.

"Nama lengkapnya roseanne jung"

Jimin mengangguk sekali lagi.

"Jangan macam-macam padanya kalau tidak mau di-san-tet. Asal hyung tau, Kakaknya itu dukun"

Jimin mengangguk lagi dan lagi.

"Satu lagi, hyung tidak bole-mphh"

Kalimat jungkook terputus  karena tangan jimin segera membungkam mulutnya rapat-rapat.

"Aku sudah mengangguk 4 kali, apa masih kurang??"protesnya dengan mata melotot.

Jungkook hanya bisa menyengir lebar sesaat setelah jimin melepaskan bungkamannya.

Ternyata mulut bawel jungkook jauh lebih menyebalkan daripada mulut pedasnya, pikir jimin.

"Aku hanya tidak ingin hyung terlalu antusias dan malah merusak image"

Kedua alis jimin menyatu-- Jungkook baru saja peduli pada image-nya? Dia tidak salah dengar?

Jungkook menggaruk tengkuknya-- bohong sekali kalau ia peduli pada image jimin karena alasan sebenarnya hanya agar rose tidak mendapat gangguan dihari pertama masuk sekolah. Sia-sia kalau rose sampai memutuskan kembali ke haeundae.

"Ya pokoknya begitulah hyung. Aku harus kembali ke kelas sekarang. Banyak yang harus dipersiapkan untuk memulai pencarian jennie"

I N S O M N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang