+ BONUS CHAP +

7.9K 1K 39
                                    

Rintik gerimis membasahi sepetak tanah lapang yang dipenuhi oleh tanaman berbunga.

Puluhan orang berpakaian hitam berjalan keluar dari tempat peristirahatan yang sempurna setelah menyelesaikan acara pelepasan.

Lisa mendongak keatas langit yang tampak begitu rendah dan keabu-abuan. Matanya terpejam merasakan setiap tetes gerimis yang singgah sesaat diwajahnya.

Payung yang sedari kapan singgah ditangan kirinya segera ia kembangkan dan jadikan sebagai pelindung tubuh dari gerimis yang semakin detik semakin menjurus pada hujan deras.

Pandangan nanar Lisa kembali terpusat pada nisan baru dimana nama Kim Jennie tertera, kedua orangtuanya masih bersimpuh didepan sana.

Semuanya terliput dalam kondisi duka. Melepas seorang putri, kakak, teman dan sebagaimana mereka menganggap Jennie semasa hidup.

Lisa menggeser payung hitamnya agar lebih dekat pada orangtuanya. Hanya sekedar mengayomi tubuh rapuh mereka karena untuk mengayomi perasaan kehilangan masing-masing, Lisa tidak akan sanggup.

Ditengah riak suara dan isak tangis tersebut, Lisa merasakan kedatangan Jennie. Sosok cantik bergaun hitam itu muncul bersama hembusan angin yang cukup menusuk tulang, ia berdiri tepat dibawah pohon kamboja.

Untuk beberapa saat, keduanya hanya saling menatap hampa hingga akhirnya sebuah lengkungan manis terukir dikedua sudut bibir Jennie.

"Terimakasih.."

Bersamaan dengan terucapnya satu kata tersebut, hujan deras akhirnya turun tanpa malu-malu.

Tumpahan demi tumpahannya menghapus air mata dan jejak Jennie untuk selama-lamanya.


⚡⚡⚡
















Satu minggu kemudian..



Rumah sakit Myeongsang, BUSAN
10:00 KST

Jimin menjenguk Rose yang sudah satu minggu ini menetap dirumah sakit terbesar dikota Busan. Sebenarnya tidak hanya Rose yang berada dalam perawatan melainkan Jungkook juga. Bedanya Jungkook menetap dikamar vvip dan Jimin lebih sering mendatangi Rose.

Namun ada yang begitu menganggu pikiran pemuda berambut hitam legam tersebut. Mata sipitnya diam-diam melempar tatapan nyalang kearah seorang pria berpostur tinggi-kurus yang entah sudah berapa hari terus berada disamping Rose layaknya suami yang mendampingi istrinya menempuh proses lahiran.

Iya, pria itu Jung Hoseok.

Merasa ditatap setidak menyenangkan itu-- Hoseok balas menatap Jimin dingin. Meski dirinya diciptakan hangat, sehangat secangkir teh dipagi hari.

Rose yang berada diantara keduanya pun merasa sudah sangat salah memilih posisi.

Sebenarnya kondisi mental, badan dan batin Rose sudah baik-baik saja. Meski begitu-- Hoseok pantang mengizinkannya keluar dari rumah sakit karena perasaan khawatir pria itu yang berlebihan.

I N S O M N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang