[28] Surat Pengunduran Diri

3.6K 366 87
                                    

Seandainya diizinkan, aku ingin sekali menarik ucapanku soal "ingin mati dan mengubur diri ke dalam perut bumi agar tak perlu menjumpai pria bernama Nils Rondhuis sepanjang hidupku". Sebab setelah nyaris dijemput maut, aku menyadari bahwa melihat wajah Nils tidaklah sial-sial amat. Justru pria itu, yang kini berbaring di sebelahku, adalah salah satu hal yang paling kusyukuri dalam hidupku. Yah, manusia memang baru bisa bersyukur setelah ditimpa kemalangan yang luar biasa.

"Apakah menjadikanku sebagai istri kontrak juga bagian dari skenario?" tanyaku.

Nils menggeleng. "Oh, tentu bukan," jawabnya. "Aku memang membutuhkan istri kontrak."

"Mengapa?"

"Kau tahu, selama ini ibu dan ayahku tak henti-hentinya merongrong agar aku menikah," kata Nils. "Sejak kematian Gabriela, aku memang tidak pernah dekat dengan perempuan mana pun secara khusus. Jadi aku berbohong pada ibu dan ayahku kalau aku sudah mempunyai istri agar mereka tidak menggangguku dengan obrolan pernikahan. Selama ini kami cuma membicarakan soal 'istriku' itu melalui telepon. Hingga pada suatu hari ibuku menelepon dan mengatakan secara mendadak bahwa ia akan datang."

"Jadi itu sebabnya kau melakukan ini?"

Kepala Nils mengangguk sedikit. "Ya. Agak gila memang. Jim dan Nicki bahkan tak habis pikir saat aku meminta bantuan pada mereka untuk mencarikanku istri kontrak."

Aku tertawa. "Itu bukan agak gila. Tapi sangat gila."

Sudut bibir Nils terangkat. "Aku sudah kehabisan akal saat itu."

"Tapi mengapa kau harus mencarinya di luar Amerika? Mengapa pula kau harus memalsukan pencarian istri kontrak itu dengan lowongan pekerjaan?"

"Kau kedengaran tidak terima."

"Memang. Kau menipuku."

Kali ini Nils terkekeh. "Kau pasti akan menyebut ini sinting," ujarnya. "Itu semua ide Nicki. Sebab aku ingin ibuku sama sekali tidak mengenali perempuan yang menjadi istri kontrakku. Jadi begitulah. Akhirnya kami sepakat untuk mencari di luar Amerika."

"Lalu?"

"Dan kebetulan aku punya janji dengan Garritsen di Belanda. Jadi aku menyuruh bocah itu untuk menemukanmu."

"Aku tetap tidak mengerti. Maksudku, kau sudah mengincarku sejak awal?"

"Tidak juga sih." Nils memutar bola mata, tampak berpikir. "Garritsen memiliki jaringan tentang agen rahasia di negaramu. Jadi dia meminta salah satunya untuk menyebar selebaran soal lowongan pekerjaan itu di tempat-tempat tertentu. Tempat yang dipilih adalah tempat di mana banyak pekerja dengan gaji kecil. Ibumu rupanya menanggapi iklan tak masuk akal itu. Dan ketika kau mengirimkan surel pada Nicki, Garritsen melacak seluruh informasi tentang kau, dibantu dengan agen setempat. Begitulah. Itu sebabnya kami sudah tahu kalau kau butuh uang demi adikmu sebelum kau mengatakannya."

"Itu ... kedengaran menakutkan."

"Kau bodoh, Mileva. Sungguh, kau benar-benar bodoh. Mana ada perusahaan yang mau repot-repot mencari sekretaris di luar negeri? Dengan bayaran yang gila-gilaan pula. Itu sangat tidak masuk akal."

"Aku sempat memikirkan soal itu!"

"Lalu mengapa kau tetap mencobanya?"

"Aku putus asa."

Nils malah tertawa sampai bahunya berguncang.

"Jangan tertawa! Kau tidak tahu betapa takutnya aku saat mencobanya!" Aku memukul bahunya pelan. "Kupikir kau sejenis agen prostitusi atau semacamnya!"

Tawa Nils makin kencang.

"Aku menghabiskan banyak waktu untuk berpikir dalam keadaan mendesak seperti itu!" ungkapku. "Bahkan aku rela mencari informasi tentang perusahaanmu sebelum aku mengirimkan proposal!"

Dear Mr. RondhuisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang