BAB 4

17.4K 1.4K 36
                                    

Pandangan mata Biru kelamnya terkunci pada selembar kain berwarna Ungu yang tergeletak diatas dashbord . Mengabaikan keberadaan wanita dengan pakaian kurang bahan disebelah kursi kemudi. Naruto masih terus terbayang akan sosok Hinata yang tadi membersihkan wajahnya.

"Nanti kita kemana Namikaze-kun. Bagaimana kalau kita berbelanja dulu? Ada beberapa barang yang aku inginkan bla bla bla..".

Naruto seakan tuli. Sedikitpun tidak menjawab ocehan dari wanita sexy berdada besar disampingnya. Dia sedang tidak tertarik dengan lubang lembut dan basah saat ini.

Mobil mewahnya berhenti, memberi jalan bagi para manusia yang ingin menyebrang. Pandangannya terpusat pada salah satu titik, Hinata dan juga Boruto.

Naruto begitu saja keluar dari mobil mewahnya itu. Mengabaikan teriakan wanita yang memanggil namanya. Bahkan kunci mobil mewahnya masih menyangkut disana. Yang ada dipikirannya saat ini adalah mengikuti Hinata Yang terlihat bercanda dengan Bayinya.

Jarak tiga meter tidak akan membuatnya ketahuan. Bahkan dengan jarak sejengkal pun Naruto yakin Hinata tidak akan menyadari keberadaannya. Pesona yang dimiliki Naruto seakan tak terlihat dimata wanita itu.

Hinata merasa sedikit aneh ketika semua orang seperti membuka jalan untuknya. Tapi dirinya tidak suka berpikir terlalu rumit. Lagi pula keadaan ini menguntungkan, dirinya dan Boruto tidak akan tertabrak tubuh orang lain. Tokyo dan segala kepadatan kota yang dimilikinya sering membuatnya susah.

Seandainya saja Hinata menoleh, maka wanita Hyuuga itu akan melihat seorang pria tampan dengan pakaian mahal berjalan dua jengkal Tepat dibelakang tubuhnya. Tatapan tajam dan juga wajah datar Naruto membuat semua pejalan kaki spontan menyingkir, enggan berurusan dengan manusia berwajah dingin itu. Lagipula mereka mengetahui siapa sosok yang berjalan dibelakang wanita yang sedang menggendong bayi gemuk ini.

Namikaze Naruto. Pewaris tunggal NK Group.

Mereka terlihat seperti keluarga kecil.

Jarak yang diambil Naruto masih tidak membuat Hinata sadar akan kehadirannya. Tapi sepertinya sosoknya sudah terdeteksi oleh bayi gendut yang terang-terangan sedang memelototinya lucu. Naruto berdehem dan melirik kearah lain. Dia merasa sedikit terintimidasi.

Pemandangan langka itu mencuri seluruh perhatian pejalan kaki. Mereka bisa melihat langsung wajah tampan dari pria yang sering digadang-gadang akan menjadi poros perekonomian Negeri ini. Ingin mengabadikan tapi tidak bisa. Mereka masih sadar diri dan sayang nyawa. Berususan dengan Namikaze maka ucapkan salam perpisahan pada dunia.

Bukan isapan jempol semata, kekejaman NK. Group bahkan sudah terdengar ke manca Negara. Jadi yang bisa mereka lakukan hanya melihat dan menebak-nebak apa yang terjadi. Kenapa Namikaze muda itu mengikuti seorang wanita? Apakah itu istrinya? Dan bayi itu apakah itu pewaris seanjutnya dari NK.Group ?

Hinata seperti orang bodoh. Terus berbicara tanpa henti tanpa memandang sekitarnya. Bahkan wanita itu tidak menyadari sang anak yang terus melototi sesuatu dibalik punggungnya.

"Kita pulang dulu ya. Mommy harus memandikanmu dulu lalu berangkat kerja. Nanti kau jangan Nakal! Dan jangan bermain sabun seperti kemarin".

Hinata terus berbicara banyak hal. Naruto menyukai interaksi yang Hinata dan Boruto lakukan. Dadanya terasa menghangat. Seulas senyum tipis terukir dibibirnya.

.

.

.

Naruto tidak pernah mengetahui bahwa di kota besar seperti Tokyo masih ada Bangunan seperti ini. Terletak didalam dan melewati gang sempit. Sampah berserakan dimana-mana dengan lalat yang berkerumun. Bangunan kumuh tiga lantai dengan sepuluh pintu disetiap lantai itu terlihat bobrok dan penuh retakan. Tempat apa ini? Apakah sejenis kandang Hewan? Batin Naruto menatap sekitar.

Naruto tidak akan memasuki gang kotor itu. Dia hanya akan berdiri disini sambil menatap pintu yang tadi Hinata masuki. Tapi otak tak sejalan dengan keinginan, Kakinya bahkan sudah membawanya berada tepat didepan pintu yang bertuliskan Hyuuga.

Naruto masih terus berdiri sambil menatap pintu. Beberpa orang mengamati perilakunya. Sementara dia tidak bergeming sedikitpun.

Hal pertama yang Hinata lihat saat membuka pintu adalah wajah datar dengan mata biru yang memancar kelam. Alis Hinata sedikit menukik. Ingin bertanya tapi dia sudah terlambat masuk kerja. Wanita itu melewati Naruto begitu saja. Berlari kecil dengan Boruto digendongannya.

Bayi gemuk yang berada di punggung mungil itu menoleh dan melempar senyum aneh, Membuat Naruto mendecih kesal. Kemudian Dengan santai Sepatu  ber-merk ternama yang berharga selangit itu mengikuti langkah cepat Hinata. Kaki pendek wanita itu tak akan membuat Naruto tertinggal. Namikaze muda itu bahkan berjalan dengan santai.

Naruto sendiri bingung apa yang sedang dia lakukan sekarang. Tubuhnya bergerak begitu saja. Keberadaan wanita beserta bayi yang dia yakini adalah anaknya itu sukses menyedot seluruh perhatian yang dia miliki. Bahkan dia melupakan kesenangan Bermain bersama beberapa wanita dan mabuk-mabukan. Memilih berjalan kaki dan mengikuti kemanapun dua sosok ini pergi.

Langkahnya kembali berhenti. Matanya melirik plang besar bertuliskan Car wash. Otaknya yang jenius tentu saja tahu apa yang wanita Hyuuga itu lakukan disini, Bekerja.

Dan lagi-lagi tubuh Naruto bergerak sendiri. Duduk disebuah kursi kayu bersebelahan dengan seorang bayi gemuk Yang sedari tadi melihatnya dengan pandangan tidak suka.

Beberapa orang memandangi Naruto dan juga Boruto. Bukan hanya karena mereka tampan tapi ciri fisik yang begitu mirip tapi wajahnya yang sama-sama datar dengan pandangan lurus kedepan. sebagian orang menganggapnya lucu.

"Dad..Dada..da si..cucu..nyanya.. mam".

Bayi lucu itu mengoceh dengan muka datar tanpa memandang Naruto. Sedikit aneh memang tapi dia Namikaze, Apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Naruto tentu saja tidak tahu arti perkataan Bayi gemuk itu. Naruto hanya ber 'Hn' ria menjawab perkataan Boruto yang terdengar seperti mengomel di telinganya.

Boroto menangis dengan kencang, Hinata yang sedang mencuci mobil akhirnya berhenti dan menghapiri sang anak. Jantungnya hampir keluar ketika menemukan sosok yang tidak begitu asing bahkan sangat familiar.

"Tuan sedang apa disini?" Tanya Hinata heran.

"Hm"

Dan Hinata menyesal mengajak lelaki ini berbasa-basi. Hinata tidak berusaha memancing obrolan lagi. Sebenarnya dia juga akan lebih memilih tidak bertemu dengan Naruto.

"Kau kenapa sayang. Apa kau lapar. Tadi kan kau sudah makan?"

Hinata mengelus surai pirang putranya. Naruto tetap memandang kedepan walau matanya melirik interaksi ibu dan anak diseblahnya.

Boruto berceloteh banyak. Sepertinya dia mengadu pada ibunya. Karena telunjuk kecil yang terlihat empuk itu terus menunjuk ke arah Naruto. Keringat sebiji jagung menetes dari wajahnya yang tidak punya ekspresi. Sebenarnya dia takut Hinata berteriak dan mengusirnya.

Tapi dugaan itu terlempar jauh saat dia merasakan Gumpalan Hangat mendarat diatas pangkuannya. "Boruto-kun sekarang dipangku paman ini dulu. Mommy akan segera kembali setelah mencuci satu mobil lagi. Jangan Nakal!".

Hinata berlalu pergi. Meninggalkan dua wajah  yang menatapnya. Naruto terkaku dengan Boruto yang terdiam dipangkuannya. Mereka berdua memandang datar pada wanita Indigo yang sedang mencuci mobil tak jauh dari sana.

"Kau gendut bocah".

Kata itu begitu saja keluar Dari mulutnya. Kata terpanjang dalam hidupnya. Dan bayi gemuk itu menghelas nafas lalu kemudian mendengus. Dan mereka tetap dengan posisi itu. Menunggu Hinata selesai dengan pekerjaannya. Rukun sekali bukan.

Diseberang terlihat sebuah mobil sedang mengamati interaksi itu.

"Ambil gambarnya dan segera pergi dari sini!".

***

BERSAMBUNG

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang