BAB 7

16.1K 1.3K 37
                                    

Naruto membawa Hinata beserta Boruto pulang ke Namikaze Mansion. Dia lebih memilih rumahnya karena tidak ingin bertemu lalat yang sedang mengerubungi sisa makanan yang ada di tempat tinggal Hinata.

Iruka terus memandang Boruto yang sedang terduduk disamping Hinata yang tidak sadarkan diri. Dia sedikit kaget saat mendapat telepon dari sang Tuan muda. Apalagi nada bentakan yang terkesan khawatir akan sesuatu itu terdengar. Tapi akhirnya dia tahu alasannya.

"Maafkan kelancangan saya. Tapi anak itu sa-"

"Aku tahu".

Sopir keluarga Namikaze bungkam. Dia tidak berani kembali bertanya. Jawaban dari Tuannya sudah cukup memuaskan sedikit rasa ingin tahunya. "Bagaimana? Kapan aku bisa melihat hasilnya?". Iruka mengerti apa yang dimaksudkan oleh sang Tuan Muda. "Hasilnya akan segera saya ambil! Saya permisi".

Iruka membungkuk dan berlalu pergi. Naruto memandang wajah Hinata yang sedang terbaring dikasurnya. Hinata adalah wanita pertama yang merasakan kelembutan sprei dikamar sang pemuda kaya se -Asia itu.

Naruto tak perna h sekalipun membawa para jalang ke kamarnya. Dirumah ini terdapat banyak kamar. Tapi tak sekalipun kamar ini terjamah. Dia merasa jijik jika harus membawa para perempuan itu kemari. Tapi kenapa Hinata terasa berbeda. Bahkan Naruto tanpa berpikir dua kali membaringkan tubuh wanita ini dikasurnya.

Wajah Hinata terlihat pucat dengan keringat menghiasi keningnya. Pandangan Naruto jatuh kepada bayi yang sedari tadi diam tidak bersuara.

"Hey bocah!"

Naruto berusaha menarik perhatian bocah lucu itu. Tapi tidak berhasil. Ternyata ibu dan anak sama saja. "Kau tidak lapar?" Naruto hampir saja terjungkal saat mata Boruto memandangnya antusias. Ternyata anak ini suka makan. Pantas saja badannya bisa sesehat ini.

Naruto tidak tahu apa yang biasa Boruto makan. Dia menyuruh beberapa maid membuatkan makanan yang cocok untuk bayi gembul itu.

Seisi rumah ini sempat terkejut saat Tuan muda mereka membawa pulang seorang wanita yang sedang pingsan. Tapi mereka lebih terkejut lagi saat melihat Iruka sedang menggendong sosok bayi laki-laki lucu yang terlihat begitu mirip dengan Tuannya.

Para maid mencuri-curi pandang kearah Bayi lucu yang dengan santai duduk diatas meja makan -memakan sebuah biskuit. Wajahnya begitu menggemaskan dan sangat Tampan.

Naruto memandang Boruto yang dengan lahap menghabiskan kue didalam toples kaca. Dia sedikit geli melihat Boruto yang melingkari Toples kaca itu dengan kakinya. "Mam.." Boruto sedikit menunduk karena teringat ibunya. Tapi kemudian wajah bayi itu berubah sengit saat melihat Naruto.

"Da da da mom.ma..ni sa..sa..sa"

Bayi gemuk itu melempar beberapa biskuit ke wajah Tampan Naruto. Darah lebih kental dari air. Kelakuan buruk Naruto bahkan menurun ke anaknya. Andai mereka menyadarinya. Boruto masih terus melempari Naruto dengan Biskuit dan yang menjadi korban hanya terdiam tak bergeming.

"Hiks.. momma..hiks hiks.."

Boruto berhenti melempar, Bayi itu menangis dengan suaranya yang begitu kencang. Sepertinya dia kesal karena Naruto tidak menolong ibunya tadi. Bayi itu menyalahkan Naruto. Dia berfikir Ibunya sakit gara-gara Naruto.

Naruto mengusap surai pirang milik Boruto.

"Maaf"

Naruto memandang lurus mata biru kecil didepannya. Dia memang menyesal karena tadi tidak berusaha menolong Hinata. Boruto kembali memakan Biskuitnya dengan Tenang. Naruto tersenyum tipis.

.

.

.

Hinata bergerak-gerak gelisah. Matanya spontan terbuka. Dia terduduk bersandar. Tangan kakannya menyangga kepala yang masih sedikit berdenyut.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang