BAB 12

16.7K 1.3K 48
                                    

Kantin adalah tempat yang paling penting di Universitas ini. Disinilah tempat para mahasiswa kaya itu berkumpul. Bukan hanya untuk menyantap makan siang tapi juga untuk menjalin relasi dimasa depan. Mereka kaya juga ada sebabnya. Walau sudah terlahir menggigit sendok emas tapi jika tidak dipertahankan maka sendok itu akan menjadi perunggu.

Hinata menyantap bekal makan siangnya hanya berdua dengan Boruto. Saara mendekat dan duduk dihadapan mereka Berdua. "Hallo! Kau masih mengingatku kan?" Saara mencoba ramah pada Hinata. "Tentu sensei " Hinata mengangguk sambil menyuapi Boruto.

"Anakmu?"

Perkataan Saara membuat kepala bersurai Indigo pendek itu mengangguk. "Kulihat dia berusia sekitar satu tahun, Anak yang Tampan tapi tidak mirip denganmu sedikitpun" Saraa berbicara sambil menyuapi mulutnya. Mata wanita itu terus memandang Boruto dan Hinata secara bergantian. "Siapa Ayahnya?" Saara kembali berbicara dan Tangan Hinata berhenti menyuapi Boruto.

"Maaf sensei saya rasa itu privasi"

Hinata berusaha sesopan mungkin. Hinata menganggap perkataan Saara terlalu lancang sebagai orang yang baru bertemu. "Oh! maafkan aku! Tapi dia terlihat sangat mirip dengan Namikaze-san. Kau tahu maksudku? Dia belum menikah. Apa kau ini wanita simpanannya?" Sendok besi itu menggebrak meja. Hinata berdiri dan menggendong Boruto.

"Anda terlalu banyak bertanya! Saya permisi"

Saraa menyeringai melihat Hinata pergi. Ponselnya bergetar dan segera ditempelkannya ke arah telinga. "Anda tidak salah Bibi! Dia gadis yang menarik. Menyenangkan jika mempunyai ipar jauh sepertinya" Saara menutup panggilan itu. Mulutnya terus mengunyah makanan sembari terus mempeerhatikan punggung Hinata yang menjauh.

Meja yang diduduki oleh Saara sedikit bergeser. Sepasang sepatu mahal menendangnya.

"Katakan! Apa tujuanmu?"

Namikaze Naruto memandang Saara dengan tajam. Saara menyeringai, tangan mulusnya mengelus tanda di pipi Tan milik Naruto. Semua yang terlihat menahan Nafas. "Aku mau kau!" Bisiknya sensual.

Saara jatuh terduduk diatas lantai. Naruto mendorong perempuan itu. Pancaran mata birunya menggelap.

"Jangan lakukan apapun! Atau kau akan berurusan denganku!"

Langkah yang begitu angkuh itu menjauh, meninggalkan Saara yang menunduk. Badannya bergetar, wanita itu sedang terkekeh. "Pasangan serasi eh? Kita lihat saja nanti!" Dia berdiri dan membersihkan roknya.

"Sial! Aku harus minta ganti rugi"
.

.

.

Tekukan wajah Hinata nyaris menimbulkan keriput permanen. Wanita itu begitu marah karena Saara menyebunya wanita simpanan. Dia memang miskin tapi dia masih kaya harga diri. Wanita simpanan tidak akan pernah masuk list pekerjaannya. Konyol sekali.

Boruto melihat ibunya mengayuh sepeda dengan muka aneh. Bayi itu sedikit ketakutan. "Wajahmu jelek!" suara itu berasal dari Samping Hinata. Ternyata Naruto mengikuti Hinata menggunakan Mobilnya karena wanita itu kabur saat kuliah sudah ssai.

"Berhenti mengikutiku!"

Hinata semakin cepat mengayuh sepedanya. Kaki pendeknya bahkan terasa berdenyut-denyut sekarang.

Hinata menekan rem secara mendadak, hampir saja membuat Boruto terlempar dari keranjang. "Hey! wanita Bodoh! Kau hampir menjatuhkannya!" Naruto berlari keluar dari mobil mewahnya dan meneliti setiap jengkal tubuh sang anak. "Kau ibu yang buruk" komentar Naruto tidak mendapat tanggapan.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang