BAB 26

16.6K 1.1K 52
                                    

Seperti biasa Hinata terbangun dalam keadaan berpakaian leng -salah! dia telanjang. Badannya sakit, Terutama di area kewanitaannya. Naruto memang tidak pernah main-main dengan ancamannya. Hinata tidak bisa bergerak. Badan kekar Naruto melilitnya. Wajah Hinata merona saat menyadari bahwa dirinya dan Naruto masih terhubung.

"Ssh.."

Mulut Hinata mendesis saat Naruto sedikit bergerak. Bibir bawahnya digigit untuk meredam erangan yang mungkin saja akan membangunkan Naruto. Suaminya sedang tertidur pulas. Wajahnya terlihat lebih tampan jika begini. Hinata tidak pernah menjawab pernyataan cinta Naruto. Tapi dia memang mencintai suaminya ini. Sadar akan keadaan dia menggoyang tubuh sang suami.

"Naruto bangun. Na-Naruto-ku-kun!"

Mata biru kelam itu langsung terbuka. Tadi malam ditengah persetubuhan yang mereka lakukan. Naruto meminta Hinata memanggilnya dengan suffix -kun. Dan sekarang itu sudah terealisasikan. Naruto menyeringai dan membenamkan wajah tampannya dibelahan Dada Hinata.

"A-aah.."

Naruto mengangkat wajahnya. Memandang Hinata yang merona dan memandang kearah lain. "kau mendesah?" Ingin sekali Hinata menampar wajah sok Naruto. Lihat saja pria ini pura-pura lupa. "Kau belum melepasnya! Ja-jadi jangan bergerak! Itu sakit.."

Hinata menyembunyikan wajahnya dibalik tangannya. Naruto tersentak dan menyeringai.

"Benarkah?"

Hinata melotot saat merasakan sesuatu yang membesar dibawah tubuhnya. Mata peraknya memandang Naruto was-was. Jangan lagi. "Kau tidak bermaksud untuk melakukannya lagi kan?" Hinata memasang wajah memohon sembari bertanya.

"Sayangnya aku sangat bermaksud is-tri-k~"

"Ja-aahh.."

Hinata kembali Pasrah melayani nafsu Naruto. Dia rasa kakinya akan lumpuh selama seminggu. Suaminya memang kuat sekali. Entah Hinata harus bersyukur atau tidak. Naruto dengan seluruh gen Dominan itu sedikit menakutkan.

Dua tubuh itu saling menghimpit mencari kenikmatan. Tubuh kecil Hinata terhimpit. "Ssh sebentar lagi.." gerakan yang semakin cepat itu terhenti karena teriakan sang anak yang menggedor kamar sambil menangis. Hinata akan bangkit tapi dicegah oleh Naruto. "Berhentihh~" tangan putih itu terpenjara diatas kepala. Tubuh bawahnya masih diobrak-abrik. "Sshh Guuhh.."

Usai sudah, Naruto menjatuhkan badannya keatas Hinata. "Cepat pakai bajumu! Boruto sudah menangis!" Hinata mendorong Naruto. Seandainya dia bisa bergerak sekarang. "Naruto!" Hinata merajuk."Naruto-kun!" ulang Naruto meralat kata Hinata saat memanggilnya.

"Ya! ya! Naruto-kun! cepat urus Boruto!"

Papa muda yang sangat tampan itu turun dari ranjang. Sedikit menggaruk bokongnya membuat Hinata terkekeh geli. Setelah berpakaian dia membuka pintu dan menggendong Boruto. Bayi itu langsung mengernyitkan hidung saat pintu terbuka dan duduk disamping ibunya.

"Mom?? Bau!"

Hinata dan Naruto sama-sama melotot. Mereka lupa bahwa disini masih banyak cairan cinta mereka. Sungguh ceroboh.

.

.

Hinata merasakan sedang diikuti. Beberapa kali wanita itu menoleh namun tidak melihat apapun.

"Mungkin hanya perasaanku"

Langkahnya berjalan kembali. Tapi perasaannya yang seperti diawasi sangatlah kuat. Ini semua karena dirinya absen selama empat hari. Membuat tugasnya menumpuk dan berakhirnya dirinya pulang telat.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang