BAB 28

15.2K 1.1K 51
                                    

Pagi ini sama seperti sepuluh bulan terakhir. Naruto dan Boruto berada disatu meja tanpa sang ratu keluarga. Masakan mewah berjejer disepanjang meja. Mengisi setiap sudut hingga tidak ada ruang kosong terlihat. Jika Hinata tahu mungkin wanita itu akan berteriak pemborosan. Dan menyumbangkan semua makanan itubke dinas sosial.

"Pagi~"

"Sial!/Sial!"

Suara itu sangat memuakkan dikedua telinga pria Namikaze dan membuat mereka mengumpat bersamaan.

"Hay! Boruto-kun! kau semakin tampan!"

Wanita berambut pirang pendek itu dengan lancang duduk dikursi tempat yang seharusnya ditempati Hinata sang nyonya Namikaze yang sah. Naruto memincing tidak suka.

"Apa lagi tujuanmu Shion?"

Naruto bertanya tanpa memandang wajah wanita yang berusaha meniru gaya sang istri. Rambut sebahu dan Poni rata khas Hinata. model rambutnya yang dibuat semirip mungkin dengan sang istri membuat Namikaze Naruto semakin muak terhadap wanita ini. Dihatinya hanya ada Hinata seorang. Pria itu merasa kehilangan selera makannya.

"Kau dingin sekali sih Naruto-kun! Aku kan calon istrimu!"

"Teruslah bermimpi wahai wanita"

Boruto berkata sengit sambil mengunyah makanannya dan itu membuat seringai Naruto melebar. Sang putra memang mewarisi mulut tajamnya. Dan entah kenapa dia bangga akan hal ini.

Shion mendelik pada Boruto dan tangan wanita itu merangkul mesra lengan Naruto. Tidak ada tolakan dari pria Namikaze itu.

Bukan bermaksud menikmati sesuatu yang menempel dilengannya. Tapi Naruto hanya malas saja meladeninya. Naruto bisa saja menghancurkan wanita ini. Tapi dia sedikit merasa kasihan.

Shion Miku, wanita yang pernah dipermalukan oleh Hinata. Wanita ini kembali mengejar dirinya saat mengetahui kabar hilangnya sang pendamping dari Naruto Namikaze. Berbagai cara licik dilakukan wanita ini. Bahkan dengan lancangnya perempuan sialan itu berlaku seolah dia Ratu dirumah ini.

Shion yang tidak merasakan adanya penolakan dari Naruto semakin menempelkan tubuhnya. Payudara hasil implan itu menempel dilengan Naruto. Jika saja Naruto masih sebejat dulu mungkin saja lelaki itu akan mengunci dan menyetubuhi wanita ini sampai pingsan. Tapi sekarang itu tidak akan terjadi. Benda-nya hanya akan berdiri oleh istrinya saja.

"Lepas!"

Naruto menyentak kasar lengannya. Lilitan Shion begitu membuat lengannya keram. Dia merasa terlilit ular ,wanita ular lebih tepatnya. "Pergi kau!" Naruto berucap datar. Tapi matanya melebar saat dengan lancang Shion mencium pipinya. Berani sekali jalang ini. Kesabaran Naruto sudah habis. Tidak ada lagi rasa kasihan. Persetan dengan kebaikan dan kemurahan hati.

Bunyi Tamparan dengan wajah Shion yang menoleh paksa itu membuat kaget semua mata. Bukan! Itu bukan perbuatan Naruto. Lantas siapa?

"Wah berani sekali jalang ini kembali! Kau benar-benar ingin jadi gelandangan ternyata. Nyalimu besar juga ya?!"

Hinata berkata datar. Tangan kanannya sedikit dikibas karena terlalu kuat menampar pipi Shion. "Pipimu keras sekali sih?!" gerutu Hinata sambil menenangkan bayi yang berada digendongannya.

Hening tercipta, semua orang disana berkedip-kedip lucu dengan mulut menganga -termasuk Naruto.  Suasana itu bertahan selama tiga menit sampai suara tangisan bayi menyadarkan semua orang yang berdiri mematung. Naruto dan juga Boruto melihat sosok Hinata yang berdiri dengan pakaian tidur tipis sedang menggendong bayi cantik berumur dua bulan yang terlihat sedikit rewel.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang