BAB 9

16.9K 1.3K 92
                                    

Naruto mengendarai mobil sport dengan harga selangit yang baru saja dibelinya beberapa jam yang lalu. Mobil berwarna putih beloro lamborgini itu berhenti di area parkir khusus untuk dirinya dan juga ke-empat Sahabatnya. Dia keluar dengan pakaian yang selalu tampak mahal.

Jeritan para perempuan membuat hari-harinya semakin lengkap. Biasanya dia akan mendelik jika suara itu mengganggunya tapi hari ini pengecualian karena Naruto sedang merasa Bahagia.

"Wow! Seringai di pagi hari? Apa ada sesuatu yang baik terjadi padamu kemarin? Apakah kau mendapatkan pelayanan yang sangat memuaskan?".

Seperti Biasa Inuzuka dengan segala kecerewetan yang dimilikinya. Biasanya Naruto akan mengacuhkannya tapi ingat dia sedang bahagia jadi Naruto melakukan sesuatu yang berbeda.

"Kau benar kiba. Terjadi sesuatu dan aku menyukainya".

Bukan Hanya Kiba, Tapi Sai, Sasuke bahkan Shikamaru tidak mempercayai pendengaran mereka. Naruto baru saja menjawab ocehan tidak penting dari kiba. Apa yang sebenarnya terjadi. Mereka terkejut. Shikamaru yang biasanya paling pemalas mendadak bersemangat dan mengejar langkah Naruto diikuti yang lain dibelakangnya.

"Apa karena wanita Hyuuga itu?"

Sebagai yang paling jenius tentu saja Shikamaru sudah menduganya. Naruto melirik Shikamaru dan menyeringai. Shikamaru membeku. Bukan seringai yang terlihat dimatanya. Tapi senyum tipis yang sangat tulus. "Ada apa Shika?" Sasuke bertanya karena Shikamaru mendadak berhenti berjalan.

"Naruto kita sudah besar.."

Shikamaru berkata aneh. Tapi Sasuke dan Sai mengerti apa maksud pemuda Nanas ini. Berbeda dengan Kiba yang mempunyai kepekaan paling rendah diantara mereka semua.

"Naruto kan sudah besar dari dulu. Kau ini Amnesia ya?".

Lihat kan! Inuzuka dengan kecerewetan dan kebodohannya. Ketiga orang pemuda yang memiliki rambut Hitam itu menoleh pada Kiba.

"Apa? Kenapa kalian melihatku begitu?"

.

.

.

Naruto mengedarkan pandangannya dikelas. Beberapa perempuan menghampiri dirinya.

"Apa kau mencariku Naruto-sama".

"Pasti Namikaze-kun merindukanku ya?"

"Kau menjemputku disini. Kita akan pergi kemana Naruto-kun?"

Naruto tidak menggubris perkataan genit beberapa perempuan yang meraba-raba badannya itu. Dia sedang mencari Anaknya. Iya Anaknya beserta Ibunya juga tentu saja. Semalaman bahkan matanya tidak dapat terpejam. Dia begitu ingin bertemu dengan dua sosok yang mendadak menjadi penting Di hari-harinya belakangan ini.

Naruto terus memindai setiap sudut dan mata biru miliknya menemukan apa yang dia cari. Dia berjalan santai dan mendudukkan badannya disamping Hinata. Boruto yang melihat Naruto merasa senang.
"Dad kya ha ha Dadda "

Boruto terus mengoceh, Naruto mengelus surai pirang Putranya. Entah kenapa saat dia memikirkan kata itu dadanya berdetak dan merasa Hangat. Hinata hanya mengangkat kepalanya sebentar kemudian kembali menaruhnya diatas meja.

"Kau sakit" Naruto bukan bertanya tapi itu pernyataan. Hinata tidak menjawab. Wanita itu hanya diam. Tak mendapat respon positif Naruto menyentuk Tangan Hinata dan kaget karena merasakan panas. "Kau sakit! Kita pergi kerumah sakit. Jangan berani menolak perintahku".

Semua penghuni kelas menjerit saat tubuh besar Naruto membopong Hinata yang terlihat pasrah. Mau bagaimana lagi Badannya terlalu lemah. Naruto meletakkan Hinata di bahu kirinya. Dan merangkul boruto dengan Tangan kanannya. Hinata memang pendek jadi ini tidak begitu sulit.

Naruto yang melihat para sahabatnya berjalan menuju kelas menghampiri mereka. Boruto diberikan kepada Sai yang langsung terkaget karena tangannya tiba-tiba membawa Naruto mini.

"Titip dia! Jaga untukku!"

Empat kata dan dua permintaan Naruto terus saja membuat para sahabatnya terkagum atas perubahannya.

Kiba memandang Boruto dan bertanya. "Ibumu kenapa?" Kiba lagi-lagi membuat yang lain memutar matanya Bosan. Dia bertanya pada bayi yang belum bisa berbicara mereka menggeleng jengah.

"Mam sa..um..ti." Boruto berceloteh kearah Kiba. Dan pemuda dengan tato dipipi itu mengangguk-anggukan kepalanya. Membuat yang lain mendengus.

"Boruto bilang Mommy-nya sakit setelah pulang dari rumah Daddy. Mommy-nya belum makan dan semalaman badannya demam".

Kiba berkata dengan santai. Seolah apa yang baru saja dia perbuat adalah hal yang biasa. Tidak sadarkah dirinya ketiga temannya itu memandang kagum padanya untuk pertama kali. "Boruto juga bilang Daddy akan membawa Mommy kerumah sakit".

Mereka bertiga terkagum akan kemampuan kiba dia sangat mengagumkan mereka jadi- "Daddy dan Mommy yang dimaksud itu siapa sih?" -muak kembali karena Kiba tetaplah Bodoh.

"Kenapa kau tidak tanya saja padanya?"

Jari Shikamaru menunjuk kearah Boruto yang memandangi Sai dengan datar.

"Kau gila!? Mana mungkin aku bertanya pada Bayi yang belum bisa berbicara" ungkap Kiba kesal, semntara yang lain hanya mendengkus, mimpi apa mereka mendapat Sahabat idiot dari klan Inuzuka.

"Kita pergi!"

Shikamaru dan yang lain berjalan kearah Naruto pergi. Sedangkan Kiba berjalan kearah kelas. Kiba yang menyadari aahabatnya tidak berjalan dengannya menoleh. "Hey! kalian mau kemana? Kelas kan kearah sini!" Kiba berteriak dan berlari menyusul yang lain.

"Abaikan dia!" seru Sasuke.

.

.

.

Ruangan pasien VVIP ini dipesan khusus oleh Naruto untuk merawat Hinata. Seandainya Hinata sedang sehat pasti perempuan itu akan mencaci kekuasaan yang Naruto miliki. Hinata memang membenci orang kaya. Walau tidak semuanya. Hinata hanya membenci orang kaya yang suka semaunya dan mempunyai reputasi buruk. Semacam Namikaze ini misalnya.

"Malam ini biar Boruto menginap denganku. Aku tidak ingin dia tertular penyakitmu".

Seperti biasa Naruto dan perkataannya yang menyinggung. Mau diapakan lagi Naruto memang sejak lahir sudah menyebalkan. Dirinya tidak bisa berkata manis. Itu sangat menjijikkan. Dia hanya spontan mengatakan apa yang ada dipikirannya. Itu saja.

Hinata memandang lemah Naruto. "Lakukan sesukamu!" Hinata membelakangi Naruto dia merasakan badannya mengigil dan kepalanya begitu pusing. Dia mual dan merasakan ingin muntah. Dia ingin segera Tidur saja.

"Aku akan kembali Nanti"

Naruto bangkit tanpa mendengar jawaban Hinata. Lagipula pemuda itu yakin bahwa Hinata tidak akan menjawabnya. Mengingat dia selalu diacuhkan oleh wanita ini.

" Terimakasih.." Naruto menoleh. Walau sangat lirih Naruto masih bisa mendengarnya. Dan Naruto hanya tersenyum. Dia pergi keluar Meninggalkan Hinata yang menutup matanya. Wanita itu tertidur.

Saat selesai menutup pintu Naruto menemukan para Sahabatnya didepan kamar rawat Hinata. Mereka semua memandang datar pada Naruto yang melakukan hal serupa.

"Sebenarnya kami sudah menebak. Tapi kami ingin mendengarnnya langsung darimu"

Shikamaru berbicara mewakili yang lain. Dia sudah bisa menebak apa yang terjadi. Tapi sebagian masih merasa sulit terpecahkan. Termasuk soal pembuatan Boruto. Setahu mereka Naruto tidak tertarik dengan gadis kumuh semacam Hinata.

"Tidak disini. Kita ke Mansion"

Naruto berjalan mengambil Boruto dari gendongan Sai. Yang lain hanya mengekorinya dari belakang tanpa bertanya lagi.
.

.

.
Sepasang mata hitam mengawasi dari kejauhan dan pergi setelah mengambil beberapa gambar.

***

BERSAMBUNG


YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang