BAB 5

17.4K 1.3K 34
                                    

Hinata baru menyadari kemiripan yang terdapat pada dua sosok didepannya saat ini. Tapi pikirannya tidak sampai menebak-nebak apakah mereka memiliki hubungan darah atau tidak. Lagipula mana mungkin mendiang kakaknya bisa mendapatkan Sperma dari pria didepannya ini. Namikaze? Yang benar saja.

Hinata bukannya tidak tahu siapa itu Namikaze Naruto. Dia hanya tidak ingin berurusan dengan pria sombong berwajah tampan dan juga seluruh kekayaan yang di milikinya. Bukannya dia takut, ia hanya tidak ingin. Reputasi Naruto begitu buruk dengan julukan Cassanova. Hinata tidak ingin berada satu lingkungan dengan pria sejenis Naruto, Itu saja.

Jalan satu-satunya adalah berpura-pura tidak tahu dan tetap diam. Hinata mengira dirinya akan baik-baik saja setelah berhasil menghindari interaksi dengan Naruto diawal pertemuan mereka. Tapi kenapa Pemuda itu sekarang mengikutinya bahkan sampai ke tempatnya bekerja.

"Katakan apa mau-mu Tuan!".

Suara sumpit yang dibanting keatas meja membuat beberapa pengunjung dikedai itu memandang aneh pada Hinata -sang pelaku. Naruto tidak menjawab hanya memandang wajah merah Hinata.

"Bisakah kau menjauh dariku dan anakku?! Katakan apa tujuanmu mengikuti kami?".

Hinata berusaha tidak membentak. Tapi emosi menguasainya begitu saja. Nada tinggi itu begitu saja lolos dari mulutnya.

"Tidak ada"

Jawaban Naruto membuat dada Hinata naik turun. "Sudah cukup!"  Ungkap Hinata dengan sedikit kasar. Hinata menaruh beberapa Yen diatas meja dan menggendong Boruto pergi. Tentu saja Naruto mengekori mereka kembali. Bahkan jika diperhatikan wajah datarnya sedikit melembut.

"Apa sih mau mu?!"

Hinata berbalik dan memandang sengit pada stalker Tampan dadakan yang terus mengekori dirinya.

"Kau"

Naruto menjawab singkat pertanyaan Hinata. Wanita Hyuuga itu mengambil nafas dalam-dalam. Dan itu tampak lucu dimata Naruto.

"Sebaiknya anda pergi! Lingkungan ini tidak cocok untuk anda yang terlahir dengan sendok emas di dalam mulut" sindir Hinata dengan pedas.

Namikaze dan sifat keras kepalanya adalah satu kesatuan. Tentu saja Naruto tidak mendengar gertakan Hinata atau sebenarnya dia sedang berpura-pura tuli. Sepatu sport mahal itu terus mengikuti sneakers usang didepannya. Naruto sungguh menikmati ini. Dia akan sering-sering melakukannya. Bersama Hinata tidak buruk juga.

"Berhentilah mengikuti kami! Kau terlalu mencolok".

Naruto hanya diam dan tidak menjawab. Jantungnya berdebar setiap kali Hinata memakinya dan menyuruhnya menjauh. Naruto terus mengikuti Hinata. Walau wanita itu sering berbalik hanya sekedar menyuruhnya menjauh. Raut kekesalan Hinata tampak lucu dimatanya. Dan sangat menyenangkan bisa memandangi wajah kesal itu.

.

.

.

.

Alunan musik menghentak dengan aroma menyengat mengisi ruangan. Entah itu berasal dari alkohol atau asap rokok. Beberapa wanita berpakaian nyaris telanjang terlihat disetiap sudut. Di tempat yang terlihat sedikit eksklusif karena mempunyai sekat penghalang terdapat 4 orang pemuda tampan sedang berbicara.

"Bagaimana?".

Tanya lelaki berambut Hitam -Shimura Sai yang sedang bersandar di sofa mata Hitamnya melirik pada temannya yang menghela nafas lelah.

"Masih tidak diangkat. Fuu mengatakan tadi Naruto langsung keluar begitu saja".  Kiba menjawab sedikit lelah dan juga jengkel. Kemana lagi sahabat bodohnya itu.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang