BAB 22

17.8K 1.3K 48
                                    

Hinata sudah lelah berpura-pura. Penampilan feminim dan segala tingkah anggunnya kemarin entah hilang kemana. Jeans rebble biru dengan kaos ketat dan kemeja menjadi gaya-nya kembali. Lagipula sang mertua tidak menuntutnya berlaku anggun. Dia lebih senang seperti ini.

Dia bukan mahkluk urakan. Dia hanya menyukai sesuatu yang simple. Mungkin hidupnya yang tidak pernah simple mendasari alasan itu. Apalagi kabar bahwa dirinya adalah istri dan menantu serta ibu dari keluarga konglomerat Namikaze. Lengkaplah sudah ke-tidak-simple-an itu.

Boruto sekarang sudah bisa berjalan sedikit. Walau baru tiga langkah Bayi yang sudah bisa disebut Batita langsung terjatuh. Hinata juga sudah tidak pernah membawanya ke Universitas lagi. Karena sudah ada sang Grandma yang dengan sukarela mengasuh Namikaze kecil itu.

Hinata mengayuh sepedanya dengan semangat. Sepeda ini adalah milik Naruto. Pemuda itu memberikan padanya sebagai ganti sepedanya yang dikatai pemuda itu 'Rongsokan butut' dan sudah dimusnahkan entah kemana.

"Haaahh!! segarnya!"

Hinata menghirup oksigen  sedalam-dalamnya dan senyumnya mengembang, "senyum jelekmu bisa membuat bayi menangis!" namun segera luntur saat suara kurang ajar itu memasuki gendang telingannya.

Hinata mengerem sepedanya, Menyangga dengan dua kaki lalu melirik kesamping, kesebuah mobil limosin yang berhenti tepat disamping sepedanya.

Seorang pria pirang berparas Tampan itu menurunkan sedikit kaca mata hitam yang menutupi warna biru dimatanya.

"Naik!"

Hinata memutar mata dan kembali mengayuh sepedanya menjauh. Apa-apaan ini? Suaminya selalu menguntit kemanapun dirinya pergi. Hinata merasa tidak bebas. "Hinata?" suara berisik perempuan menarik atensinya. Gadis itu. Yang adalah,"Sakura?Apa kabar?"Gadis pink itu memeluk Hinata yang masih berada diatas sepeda. Membuat mereka sedikit terhuyung. "He he maaf " Sakura tersenyum kikuk.

"Kau mau kuliah ya?" Hinata mengangguk sambil tersenyum. Mata peraknya kembali melirik mobil yang berada disampingnya, tepatnya Hinata sedang melihat Naruto.

"Kenapa kau masih disini?Sana menjauh dariku!" Hinata berkata sambil menggerakkan tangannya seolah mengusir.

"Hn!" setelah gumaman dingin itu mobil khas orang kaya itu berlalu pergi. "Wah! aku tidak menyangka Naruto sangat Posesif padamu!" alis sakura naik turun dengan pancaran mata menggoda kearah Hinata. "Kau beruntung sekali Hinata!" Sakura menambahkan.

"Yang ada aku ini sial, Bukan beruntung!"

Bantahan Hinata itu membuat Sakura terkekeh. Gadis pink itu tidak pernah mengira akan melihat sisi keposesifan sahabat tunangannya. Semua ini karena Hinata. Sakura ikut senang apalagi Hinata adalah wanita yang baik. "Maafkan aku ya karena sempat membawamu ke Club waktu itu. Apa Naruto menghukumu?". Sakura bertanya dan menggenggam tangan Hinata erat.

"Tidak! Aku justru khawatir dengan kalian. Naruto menghubungi Sasuke-san waktu itu. Apa kau terkena masalah Sakura?". Hinata sedikit meringis saat mengingat suaminya sedikit memfitnah wanita pink ini. Mengenai lelaki bayaran.

Senyum Sakura luntur seketika.

"Sial! Seandainya aku tahu Naruto pelakunya. Sudah aku potong habis Miliknya! Gara-gara dia Sasuke menyita semua kartu kreditku. Untung saja aku masih menyimpan beberapa"

Urat kemarahan Sakura begitu terlihat membuat Hinata sedikit bergetar takut. "Hinata! Aku ikut denganmu! Aku harus memberi suamimu pelajaran. Tapi tolong bantu aku ya?!" Hinata hanya mengangguk dan seringai dibibir Sakura melebar.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang