BAB 11

17.1K 1.3K 42
                                    

Naruto memandang datar pada kakinya yang menggunakan sendal berbulu berwarna krem lembut. Dia tadi mengantar Hinata pulang dan saat Hinata akan menutup pintu Naruto begitu saja menerobos masuk. Dan berakhirlah dia didalam dengan sandal murahan yang kata Hinata adalah barang baru itu.

"Kenapa kau tidak pulang saja?"

Hinata meletakkan segelas Ocha panas diatas meja. Naruto tidak bereaksi. Pemuda itu masih memandang sekeliling sambil berdiri.

"Kalau kau tidak suka disini kau bisa keluar. Aku rasa tempat ini tidak sebesar rumahmu sehingga aku perlu menunjukkan letak pintunya" seru Hinata sinis.

Naruto mengalihkan pandanganya pada Hinata. Wanita itu sudah berganti pakaian. Kaos longgar dan celana pendek. Benar-benar lusuh dimata Naruto. "Duduk dan Minum ini!" Naruto sedikit menekuk alisnya. Dia merasa tadi di sedang diperintah. Naruto tidak menyukai ini. Dialah yang harus memerintah bukannya wanita ini.

"Kau sedang memerintahku?"

Sebenarnya Naruto sudah tau tapi dia hanya ingin bertanya. "Iya. Kenapa kau tidak suka?" Hinata sungguh muak pada lelaki didepannya ini. Lihat saja kesombongannya yang tidak ingin duduk dan menikmati teh suguhannya. "Lakukan sesukamu!" Hinata berdiri menuju satu-satunya kamar di flat ini. Berbaring disamping Boruto lalu memejamkan mata. Mengabaikan Naruto yang berdiri memandang padanya.

Naruto berjalan keluar dari flat. Dia tidak pergi dari tempat itu tapi dia menemui Iruka yang sedang berada didepan.  Tidak lama Naruto masuk dan membawa bungkusan besar yang entah apa isinya.

Baru saja tangannya akan membuka bungkusan itu, Naruto teeingat sesuatu kemudian merogoh saku celananya.

"Besok suruh orang memperbaiki bangunan ini. Hancurkan dua Restoran yang membuat tempat ini Harus melewati gang!"

Naruto mematikan ponselnya dan mengeluarkan isi bungkusan itu. Gelas keramik mahal dan juga Futon berbahan kain sutra.

Naruto memindahkan Ocha buatan Hinata dari gelas keramik yang sudah retak kedalam gelas mahal miliknya. Dia tidak duduk. Naruto minum sambil berdiri.

Namikaze itu berjalan kearah kamar dan melihat dua sosok yang tengah tertidur pulas. Namikaze muda itu menggelar Futon Sutra-nya disebelah Futon usang milik Hinata. Lalu kemudian masuk dan tidur menyamping memandang Putranya yang berada ditengah-tengah dirinya dan Hinata.

Senyum tipis terukir sebelum jatuh tertidur. Menyusul Hinata dan Boruto yang sudah terlelap terlebih dahulu.

.

.

.

Kelopak mata berwarna Tan itu mengerjab menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Wajah menggemaskan seorang bayi menyapa pandangannya. Boruto sedang tertidur diatas tubuhnya. Entah kenapa bisa begini tapi Naruto menyukainya. Untuk pertama kali Naruto memiliki waktu tidur yang berkualitas.

Pemuda itu tidak menemukan Hinata dan memutuskan keluar sambil menggendong Boruto. "Kau sudah bangun? Aku sedang memasak sarapan. Aku kira kau sudah pulang" Hinata berbicara tapi tak sekalipun matanya memandang Naruto. Dia hanya malu karena tidur satu ruangan dengan seorang pria.

Hinata kaget dan hampir menjerit saat Naruto tidur sambil memeluk dirinya-begitu posesif dan ia sedikit kewalahan akan hal itu. Akhirnya Hinata meletakkan Boruto yang entah kenapa Bisa berada dibelakang tubuhnya ke atas tubuh Naruto.

"Makanlah! Tidak ada makanan mahal disini"

Hinata mengambil dan membawa Boruto kembali kedalam kamar. Naruto hanya memandang meja yang sudah menyediakan makanan sederhana. Dua mangkuk Nasi dan sup miso. Hinata kembali dan masih melihat Naruto berdiri. "Kalau tidak sesuai seleramu jangan dimakan". Hinata berkata datar.

Naruto akhirnya duduk berhadapan dengan Hinata. Pemuda itu melihat Hinata memakan sarapannya kemudian kembali melirik makanan didepannya. Dengan sedikit ragu dia memasukkan makanan murah itu kedalam mulutnya.

Wajah Naruto tetaplah datar tapi Hinata tahu bahwa pemuda itu menyukai masakannya terbukti dari lahapnya Naruto menikmati sarapannya. Hinata tersenyum.

.

.

.

Univeraity of Konoha dikagetkan oleh Pemandangan yang luar biasa langka. Namikaze Naruto sang Cassanova kaya raya sedang mengayuh sepeda dan membonceng seorang wanita, Hyuuga Hinata.

Naruto mengayuh santai sepeda yang baru saja dia beli itu. Dia tidak mungkin mau menaiki sepeda butut milik Hinata. Sepeda murah dan sudah karatan itu bahkan sudah dimusnahkan oleh Naruto. Disisi lain empat pemuda tampan baru saja keluar dari tunggangan mereka. Pagi ini terlalu Monoton dan tidak menarik.

Tapi semua itu hilang saat mereka melihat Naruto sedang membonceng Hinata dan Boruto yang sedang tertawa didalam keranjang sepeda.

"Na-Naruto!?" Kiba berkata tergagap saat Naruto berhenti didepannya. Memarkirkan sepeda dan mengambil Boruto dari keranjang. "Hn" jawaban Naruto masih datar. Hinata mengambil Boruto dari gendongan Naruto dan pergi meninggalkan sekumpulan Pangeran di UK.

"Sejak kapan kau naik sepeda Dobe? "

Naruto tidak menjawab dan pergi menyusul Hinata. "Aku rasa Naruto memang sudah besar" senyum palsu Sai mengembang. "Sebaiknya kita kekelas saja" Shikamaru berjalan mendahului yang lain. Jeritan para perempuan haus belaian mendengung. Sepasang mata hitam memandang kamera yang menampilkan pemuda pirang membonceng wanita Indigo.

"Baik! Saya akan mengirimkannya pada Nyonya nanti. Saya juga sudah menyiapkan apa yang Nona inginkan".

Sambungan Ponsel terputus. Lelaki misterius itu berjalan pergi.

.

.

Hinata merasa risih karena Naruto dan para sahabatnya duduk mengelilingi dirinya dan juga Boruto. Lihatlah semua pasang mata memandangnya penuh benci dan iri. "Bisakah kalian tidak dekat-dekat?" Hinata memohon dengan sedikit nada Frustasi. Dia hanya ingin tenang. Kenapa susah sekali.

"Jadi! kenapa kalian bisa berangkat bersama?" perkataan Hinata terabaikan. Sai memandang Naruto yang sedang memanku Boruto. "Aku menginap". Hanya dua kata tapi mampu membuat satu ruangan mendadak riuh. "Kau dan wanita kumuh ini? Kalian?" Kiba menyambung perkataan Naruto sambil menaik turunkan alisnya.

"Kenapa ada masalah? Bahkan kami bermesraan semalaman!"

Perkataan dari Hinata membuat semua orang melotot. tak terkecuali mata tajam berwarna biru. "Apa? Bukankah itu yang ingin kalian dengar!" Hinata memandang semua pasang mata yang menatapnya. Naruto memandang Hinata yang sedang mencoreti bukunya dengan gambar benang kusut. Bibir wanita itu terus mengomel.

"Kau serius Naruto?! Kau dan Hyuuga? bermesraan semalaman?" Kiba memang kurang peka situasi. Bahkan para sahabatnya saja tahu perkataan Hinata adalah sebuah kebohongan.

"Kau benar. Bukankah aku tadi memboncengnya. Itu karena dia kelelehan" kini mereka semua memandang Naruto tidak percaya bahkan Hinata juga.

"Bukankah begitu Hime~" Naruto menyeringai seksi.

Kelas menjadi sangat berisik. Perkataan Sang Player membuat semua semakin heboh. Hinata memandang Naruto sengit sementara Naruto masih memasang wajah datar khas miliknya.

Kelas menjadi hening ketika sepasang sepatu ber-merk terkenal memasuki ruangan kelas. "Saya dosen baru. Nama saya Saara" pandangan dosen Baru itu tak lepas dari sosok pirang yang tengah memangku seorang bayi.

"Bersiaplah Naruto-kun" Saara bergumam tanpa terdengar siapapun. Pandangannya menoleh kearah wanita indigo disebelahnya dan menyeringai.

"Target sudah dikunci. Menarik"

***

BERSAMBUNG

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang