Epi to the Log

26.3K 1.3K 109
                                    

"Hina-"

Perkataanku menggantung, Mataku melihat seisi kamar yang aku tempati bersama Hinata ,istriku yang cantik. Ehm! Perempuan pertama yang membuatku merasakan segala hal. Cinta,cemburu, kecewa,marah, semuanya.

Wanita miskin dan lusuh dengan pakaiannya yang lebih mirip kain pel. Berwajah cantik alami tanpa polesan topeng bernama make-up. Itulah kesanku saat pertama kali bertemu pandang dengannya. Yang pasti dia bukan dan tidak akan pernah jadi type-ku. Itu pikiranku dulu.

Aku adalah seorang pria yang sangat tampan. Aku sedang tidak berbohong. Puluhan wanita sudah aku tiduri. Aku tidak pernah meminta. Mereka sendiri yang melemparkan dirinya kebawah kuasaku. Sebagai lelaki normal tentu saja dengan senang hati aku setubuhi mereka. Brengsek memang tapi -itulah aku.

Tapi semua itu sudah menjadi masa lalu. Sekarang aku sudah memiliki keluarga lengkap. Seorang istri dan dua anak yang lucu. Boruto yang berusia hampir empat tahun dan Himawari putri manis ku yang berusia satu tahun lebih.

Istriku yang cantik dan sedikit sialan itu sempat pergi dan menghilang. Membuatku untuk pertama kalinya merasakan khawatir bercampur kecewa dan juga marah. Dan sekarang aku sedang merasakan Dejavu. Setiap pagi setelah mataku terbuka selalu tidak ada dirinya.

"Hinata?"

Suaraku masih saja datar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena ini seperti sudah mendarah daging padaku. Walau sesekali aku juga menangis, menangis hanya karena Hinata. Dan sekarang sesuatu mengalir dipipiku. Tanganku terangkat dan "Hah?" aku menangis lagi.

Entah kenapa aku merasa sangat sensitif belakangan ini. Dan aku tidak bisa jauh dari Hinata. Wanita itu harus selalu berada di area mataku memandang. Jika aku tidak melihatnya aku akan menjadi seperti ini, menangis seperti bayi. Rasanya aku akan mati jika istriku yang sialan itu pergi.

"..hiks.." ya tuhan aku bahkan terisak sekarang.

"Daddy menangis lagi?"

Anak pertamaku Namikaze Boruto datang. Mendorong kereta bayi yang aku yakini sedang ada Putri cantikku didalamnya. Boruto menjadi kakak yang baik untuk adiknya. Cetak biru-ku itu selalu berada disekitar adiknya.

"Mencari Mommy ya? Dia sedang pergi kerumah Uncle ".

Aku tahu siapa yang dipanggil anakku dengan sebugan Uncle. Dia adalah cinta pertama istriki sekaligus suami dari Saara-Nee sepupuku.

Entah apa sang terjadi. Kurasa anggapan bahwa istriku mulai bermain dan menjalin affair dengan si uban itu menguat. Hinata bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah sepupuku sekarang. Bersama si uban Kim-kim itu. Aku malas menyebut namanya.

"Sudahlah Daddy. Kita susul Mommy kesana ya? Daddy jangan menangis lagi.."

Sial! Aku terlihat idiot didepan kedua buah hatiku. Air mata sialan berhenti lah mengalir.

Aku mendengar getaran ponsel milikku diatas nakas. Ternyata Saara-nee. Pasti dia akan memarahiku lagi dan mengajukan banyak Protes.

"Aunty ya??"

Aku mengangguk dan menerima panggilan itu. Sebelumnya aku menghela Nafas. Semoga aku tidak tuli.

"NARUTO! BAWA ISTRIMU PERGI! DIA MENGGANGGU KUALITAS WAKTU KU DENGAN KIMIMARU-KUN! "

Nah! Apa yang aku takut kan terjadi. Telingaku sedikit berdengung padahal ponsel itu tidak menempel di telingaku. Jika menempel pasti aku sudah tuli sekarang.

"Ta-.."

"AKU TIDAK BUTUH ALASANMU! JEMPUT DIA ATAU KAU MATI!"

Sambungan terputus sepihak. Aku menghela nafas dan turun dari ranjang yang menjadi tempatku bercinta dengan istriku. Aku rutin melakukanya. Menyenangkan bisa meraba dan mengurungnya di bawahku. Tapi sebulan ini aku tidak bisa menyentuhnya. Hinata terus menghindar, dirinya selalu menolak. Dan kebiasaan barunya yang membuat aku was-was adalah Hinata berubah centil kepada setiap melihat lelaki yang sedikit tampan. Karena yang tertampan tetaplah aku seorang di dunia ini. Hahahah.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang