BAB 14

16.5K 1.2K 33
                                    

Permata perak itu mulai terlihat. Gelap, entah waktu menunjukkan angka berapa. Kepalanya begitu pusing. Hinata tidak mengingat apa yang terjadi. Yang dia ingat saat itu lamaran Naruto kemudian ci.. "Astaga!" Hinata menutup mulutnya. Ingatan kejadian itu berputar kembali. Tangan kecilnya menjambaki surai Indigo yang menjadi mahkota di kepalanya.

"Ngh... Kau ini berisik"

Tubuh Hinata menegang. Kepalanya menoleh dengan Kaku. "Jangan bergerak! Aku masih ngantuk" Naruto mengeratkan pelukannya dan Hinata hanya bisa berkedip. Sedetik kemudian "Ouch!" dia menendang Naruto hingga pemuda Itu terjatuh dari ranjangnya.

"Kau ini kenapa sih!"

Surai pirangnya yang sudah berantakan semakin berantakan karena diusap secara kasar. "Ke-kenapa?" Naruto mengangkat alisnya sedikit dan berakhir dengan tersenyum sangat tipis. "Kau istriku jadi kau sudah seharusnya tidur denganku kan?" Naruto kembali menaikan badannya dan memeluk tubuh hangat Hinata.

Hinata merasa bingung. Di abaikannya tangan Naruto yang melingkari tubuhnya. "Kapan kita menikah? Bukankah aku tidak menerima Lamaran mu?" Hinata berusaha menyingkirkan kepala Naruto yang terus menempel di lehernya. Mesum sekali si kuning ini. Naruto tidak menjawab dan Hinata sungguh merasa kesal. Tangan wanita itu menjambak surai pirang Naruto yang sedikit panjang.

" Berhenti menjambak Rambutku!"

Naruto sedikit bangkit dari tidurnya. Tangannya membuka laci dan mengambil sebuah map. Dilemparkannya map itu ke wajah Hinata dan kembali memeluk wanita itu.

"Apa ini?! Kapan aku menempelkan cap jempolku disini? Ini pasti ulahmu! Tidak bisa! Dokumen ini ilegal! Aku tidak setuju!"

Hinata terus mendorong badan besar Naruto yang menempelinya. "Lepaskan! Kau ini licik sekali! Aku tidak terima!"

Hinata terus meronta. Tapi sia-sia, tenaga perempuan tidaklah sebanding dengan tenaga milik laki-laki. "Diamlah Nyonya! Atau Boruto akan segera mempunyai adik!" dan Hinata sukses membeku.

Hinata meratapi Nasibnya yang sungguh sial. Dia dijebak oleh playboy mesum yang dia akui memanglah sangat Tampan. Selamat tinggal pada marga Hyuuga yang selama 20 tahun ini mengawali namanya.

"Nanti kau harus ikut denganku. Bawa Boruto juga"

Hinata tidak menjawab, bergerak-pun wanita itu tidak sudi. Naruto yang melihat Hinata terdiam sedikit menekuk wajahnya. Dia diabaikan lagi oleh Hinata. Dia tidak suka. Istrinya harus dihukum.

"Apa yang kau lakukan?!"

Hinata berteriak dan terduduk sambil memegangi lehernya setelah mendorong paksa tubuh besar Naruto. "Apa? Aku hanya menjilat lehermu". Jawab Naruto santai.

"Kau playboy mesum brengsek! Mati sana!" Hinata memukuli Naruto dengan bantal. "Terimakasih" Naruto menjawab sambil terus mengelak dari pukulan Hinata.

.

.

.

Bar Moonlight . Bar terbesar yang terdapat didistrik ini. Malam ini secara khusus sudah dibooking oleh sang mantan Cassanova Namikaze Naruto yang baru menikahi seorang wanita. Bisa dibilang memaksa dinikahi lebih tepatnya.

"Tidak bisakah menyewa tempat yang Normal?! Boruto tidak nyaman disini"

Hinata yang bermarga Namikaze memandang suami paksanya sinis. Pagi tadi Hinata di kagetkan oleh sepasang tangan besar melilit sekeliling pinggangnya. Hinata memberontak dan mendorong Naruto hingga pria itu terjatuh kebawah dan diakhiri perang bantal dan sedikit ciuman paksaan dari Naruto.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang