BAB 20

16.1K 1.2K 41
                                    

Tangan putih halus dengan selang infus yang terhubung dan terbalut perban mulai bergerak.

"Kushina kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Bagian mana yang sakit?"

Minato bertanya sambil mengusap air mata yang terjatuh dari mata yang selama 23 tahun setia menemaninya.

"Kita orang tua yang buruk!" wanita ber mahkota darah itu menangis. Menutup wajah cantiknya yang terlihat pucat. Tubuh itu bergetar hebat dalam pelukan sang Suami.

"Kita sudah berusaha Kushina. Mungkin inilah karma yang harus kita terima"

Minato sudah tidak tahu apa yang harus dia perbuat untuk merubah perilaku brengsek anaknya. Ini adalah kesalahannya karena gagal menjadi seorang ayah. Kesibukan membuatnya mengabaikan sang putra dan lebih egois lagi dengan memboyong serta sang istri bersamanya. Seharusnya tidak begini, berapapun akan dia bayar jika saja waktu dapat kembali. Tapi itu hal yang mustahil.

"Sebaiknya kita pulang dan bicara langsung pada Naruto! Aku ingin meminta maaf. Ayo kita pulang ke Jepang Minato-kun!".

Kushina nyaris berteriak karena dia sungguh menyesal. Segala laporan yang diberikan Asuma begitu merobek ulu hatinya sebagai seorang ibu dan juga wanita. Putra semata wayangnya berubah menjadi sampah masyarakat. Berfoya-foya dan gemar bermain wanita. Bahkan beberapa bukti foto yang menunjukkan Putranya sedang bermain wanita telah sampai ditangannya.

Kekecewaan dan penyesalan yang begitu besar membuat wanita paruh baya itu tidak kuat. Anemia akut miliknya kambuh. Menjungkir balikkan semua senyumannya. Dia gagal. Ibu yang gagal.

"Baik! Setelah kau sembuh kita berangkat"

Minato yang sama terlukanya dengan sang Istri hanya mampu bersabar. Dia marah dan juga kecewa atas perilaku bejat putranya. Tapi apa mau dikata, semua ini juga tak luput dari perannya yang gagal sebagai orang tua. Dia tidak pernah mendidik anaknya. Materi ternyata bukanlah segalanya dan dia baru tersadar sekarang saat semua sudah terlambat.

Secara tidak sengaja mereka lah yang membentuk Naruto seperti itu. Penyesalan sudah tidak berguna. Usaha yang mereka lakukan, berbagai macam skenario serta ancaman bahkan tidak mampu merubah Putra mereka menjadi lebih baik. Jalan satu-satunya adalah berbicara.

Jika berbicara sudah tidak bisa maka mereka akan menyerah. Menganggap ini sebuah karma. Karma yang akan mereka bawa sampai mati.

.

.

.

Bulan oktober seperti ini cuaca menjadi sedikit dingin. Kepulangan mereka sekarang adalah untuk memohon maaf dan membujuk sang anak agar mau berubah menjadi lebih baik. Tapi apakah mungkin terjadi? Mereka yang sudah lama tidak saling sapa?apakah akan berhasil?.

"Hentikan mobilnya!"

Kushina berteriak, seketika mobil mewah yang membawanya itu berhenti tepat dijalanan yang sedikit sepi. Tidak banyak orang berlalu lalang karena memang sudah terlalu malam untuk beraktifitas. Wanita itu berlari disusul suaminya, menghampiri sosok  muda berambut panjang yang terlihat ingin bunuh diri.

Sosok itu berambut coklat panjang itu terus menatap air yang mengalir. Entah apa yang sedang dicarinya. Kaki jenjangnya memancat pagar pembatas, keputusannya sudah bulat. "Tunggu!" suara itu mengagegkannya. "Aduh!" membuatnya tergelincir dan mendarat dengan bokong terlebih dahulu.

Bunyi gedebuk itu membuat kedua paruh baya itu meringis iba. Mereka mendekati sosok itu. "Kenapa gadis cantik sepertimu ingin bunuh diri?" tanya Minato mencoba mencari motif dengan berbasa-basi. Rambut panjang itu tersibak memperlihatkan wajah tampan seorang Pemuda, bukan wajah cantik.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang