BAB 10

17.4K 1.4K 59
                                    

"Ini gambar yang anda inginkan"

Mata Hitam pria itu menatap kebawah.kepalanya tidak berani mendongak. Dia hanya merasa takut pada seseorang yang saat ini berada didepannya. Seseorang itu melihat-lihat hasil foto diatas meja.

"Bagus! Awasi terus jangan sampai kau ketahuan. Setelah urusanku selesai aku juga akan ikut berperan sebentar lagi. Bawa ini pergi dan berikan padanya. Aku rasa dia akan berteriak kegirangan".

"Baik Nona saya permisi".

Pria itu membungkuk dan berjalan pergi. Meninggalkan sosok perempuan muda yang memegang bingkai jendela.

"Sebentar lagi Naruto-kun. Tunggulah!"

Seringai itu mengandung banyak arti. Entah apa maksud dari orang ini. "Tugas ini merepotkan. Semua ini gara-gara dia! ". Telunjuknya mengarah kesebuah foto pemuda bersurai pirang. Namikaze Naruto.

.

.

.

.

Namikaze Mansion terlihat ramai. Suara bisik-bisik dari para maid yang paling Dominan disana. Kehadiran lima pria tampan dan kaya. Siapa yang tidak ingin melihatnya. Beberapa maid perempuan bahkan terang-terangan berkata beruntung bisa bekerja disini. Teman Tuan muda mereka begitu tampan.

Naruto melempar dua lembar kertas keatas meja. Sasuke yang pertama kali membacanya. Setelah selesai dia mengoper kertas itu kearah Shikamaru. Dan Shikamaru mengoper lagi ke arah Sai hingga berakhir ditangan Kiba.

"Kertas apa sih ini. Kata-katanya aneh sekali. Eh! ada Nama Naruto disini. .. Namikaze Na-astaga! Benarkah ini? Jadi si gendut mini ini anakmu? Benar-benar anak kandungmu?"

Kiba menunjuk Hidung mungil Boruto. Bayi gendut itu tidak nyaman. Sebagai ayah yang baik Naruto segera menepis telunjuk kiba dengan tenaganya yang begitu kuat "Aw!" Sehingga Kiba menjerit. Merasakn telunjuknya berdenyut dan ngilu.

"Jaga telunjukmu!" perintah Naruto dingin.

Lelaki pecinta anjing itu meringis kikuk.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

Shikamaru memandang serius pada Boruto kemudian beralih memandang Naruto "Tak ada" seru Naruto datar. Tangan kanannya membelai surai pirang sang anak. "Tapi dari mana kakak Hinata mendapatkan. Sperma-mu?" Sai menimpali dengan tersenyum.

Sai tersenyum kikuk, bukan senyum palsu seperti biasanya. Dia sedikit merasa aneh saat menyebutkan kata sperma. Entahlah dia sedikit mual saja.

"Hinata juga tidak tahu. Sebaiknya kalian pulang".

Badan mereka menegang saat Naruto berkata seperti itu. Naruto bukan mengusir dia hanya ingin anaknya tidur. Bayi itu terlihat lelah dan beberapa kali memejamkan matanya. Shikamaru tersenyum tipis.

"Baiklah. Ayo kita pulang. Daddy ingin menidurkan Baby-nya"

Biasanya Naruto akan sangat marah jika ada orang yang mengejeknya. Tidak peduli siapapun itu. Mereka tidak boleh menghinanya. Tapi Naruto berusaha bersikap dewasa mulai sekarang. Walau dihatinya sungguh ingin merobek mulut Kepala ayam yang barusan berbicara.

Para pemuda kaya itu meninggalkan Mansion Namikaze. Naruto menggendong Boruto kedalam Kamarnya. Membaringkan bayi gembul itu keatas Ranjang yang ber sprai putih dengan selimut berwarna Hitam. Mata birunya melembut. Tangannya membelai surai yang persis seperti miliknya.

"Daddy.."

Kata panggilan seperti itu tak pernah sekalipun terlintas dalam pikirannya. Menjadi seorang ayah di usianya yang masih muda. Apakah dia sanggup? Tapi perasaan hangat ini, Kebahagiaan seperti ini -dia menyukainya. Naruto tersenyum. Akhir-akhir ini ekspresi yang sangat tabu baginya itu terus terlihat.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang