"Kami sudah sangat putus asa untuk membuat Naruto berubah. Kami memutuskan membiarkannya melakukan apapun yang dirinya inginkan setelah cucu kami lahir nanti. Kami tidak akan lagi mengganggu kesenangannya. Ini semua kesalahan kami"
Kushina mencengkeram kemeja Minato hingga kusut. Wanita itu menangis dia putus asa.
"Kalian egois!"
Mata biru Naruto memincing. Pemuda itu kecewa. "Bahkan kalian sampai akhir tidak pernah memikirkan perasaanku!" tambahnya datar. Kedua paruh baya itu tersentak. Saara baru saja akan membantah tapi gelengan dari Hinata mengehentikannya.
"Aku hanya butuh satu kata tapi itu sekarang sudah tidak penting lagi".
Naruto bangkit berdiri. Dia meninggalkan ruangan itu dengan suasana hati yang buruk. semua wajah memandangnya sendu. Kushina menutup mulutnya karena tersadar sesuatu. Putranya benar. Dia hanya sibuk berusaha membuat sikap Naruto berubah tapi dia melupakan hal yang paling penting. Sebuah kata Maaf . Kushina semakin meraung dalam tangisnya.
"Aku sangat Bodoh!".
Hinata berjalan setelah menitipkan Boruto pada Saara. Dia berjalan sambil mengira-ngira kemana Naruto pergi. Kamar mereka.
Ibu muda itu menghapiri Naruto yang sedang berada dikamar dan memegang sebotol anggur. Tidak ada gelas, tangan Tan itu beberapa kali mengarahkan botol itu ke mulutnya. Tegukan kasar langsung dari botol itu membuat Hinata mendengus.
"Kau kekanakan sekali!"
Cairan hangat menuruni kerongkongannya yang terasa begitu kering. Rasa sakit dan sesak yang dideritanya sungguh besar. Dia merasa menjadi sebuah Boneka. Diciptakan hanya untuk dimainkan saja. "Diam!" bibir itu berucap dingin sambil sesekali meneguk alkohol.
"Maaf aku tidak bisa!"
Hinata memandang Naruto dan berjalan duduk disamping suaminya itu. Betapa Rapuhnya pria ini. Kesempurnaan yang dipandang semua orang dibangun diatas rasa kesepian yang mendalam. Kepala berhelai kuning itu dipeluknya erat. Tak lupa pula elusan lembut dia berikan.
"Kau tahu tidak?! Aku merasa kasihan padamu!"
Naruto mendengarkan sambil terus merasakan elusan lembut dirambutnya. Perasaannya sedikit membaik. "Aku tahu kau marah pada mereka. Tapi kau juga salah karena tidak mengatakan keinginanmu. Semua orang tua pasti menyayangi anaknya. Bahkan kau yang seorang playboy busuk saja menyayangi Boruto" Naruto sedikit mendengus karena ejekan Hinata barusan.
Pipi bergores itu tertangkup sempurna. Perak dan Biru beradu, Saling menyelami pikiran masing-masing.
"Aku percaya padamu! Berbaikanlah dengan mereka!".
Pertama kali dalam hidupnya, Hinata memulai ciuman pada lawan jenis. Hanya kecupan manis penyalur kasih sayang. Pengalamannya mungkin tak sebanyak Naruto. Tapi percayalah keamatiran Hinata yang membuat ciuman ini istimewa.
Tidak ada nafsu, hanya menempel. Menyalurkan berbagai rasa yang berkecamuk satu sama lain. "Sekarang kita turun? Bicaralah pada mereka sekali lagi! Dan cobalah berbaikan hm?" kata Hinata lembut sambil membelai pipi Naruto.
Dia adalah mutlak. Dia adalah pria egois dan tidak suka diperintah. Tapi kali ini perkataan Hinata yang menyuruhnya mencoba berbaikan dia turuti.
"Terimakasih kau sudah melahirkan Bolt!".
Naruto menenggelamkan wajajnya di dada besar Hinata. Istrinya hanya memaklumi kebiasaan mesum itu.
"Bukan aku yang melahirkan Boruto"
"Kalau begitu lahirkanlah adik Boruto!" jawab Naruto se-enaknya.
"Astaga! Menjauhlah dari dadaku. Kau keenakan ya? Dasar Hentai! Otak selakangan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
YUME O TSUZUKI
RomanceHidup seorang Playboy kaya raya yang melenceng dari jalurnya. kemunculan seorang gadis cantik miskin yang selalu menggendong anak kecil berparas mirip dengannya. apa yang sebenarnya terjadi. apa itu anaknya?. Disc. Chara : M. Kishimoto main chara:...