BAB 23

17.4K 1.2K 63
                                    

Badannya menggigil kedinginan dan perban dikepalanya sedikit berantakan. Surai indigonya mencuat dan sangat tidak rapi, Hidungnya juga tersumpal tissu.

"Ibu aku sakit~ Suamiku tidak perhatian~"

Hinata merancau didalam tidurnya. Naruto hanya memandang datar walau dihatinya sangat jengkel dan marah.

Mata birunya menajam, ingin sekali Naruto memaki tapi itu bukan gayanya. Naruto sedikit tersenyum mengingat istrinya lah yang menyelamatkannya. "Kau manis" andai Hinata mendngarnya. Pasti wanita itu akan mengejek Naruto sampai berbusa.

Sepulang dari menyelamatkannya, Naruto tidak membawa Hinata kerumah sakit. Perempuan itu ingin berada dirumah saja. Kosong dan tidak berpenghuni, Hanya ada penjaga gerbang saja. Semua orang menghilang. Naruto yakin ini adalah perbuatan orang tuanya.

Beri kami cucu perempuan!

Itulah yang tertulis didepan Pintu kamarnya saat baru sampai di Mansion ini. Cucu apanya? Istrinya bahkan jatuh sakit sekarang. "Bangun! kau harus makan!" Naruto mengguncang tubuh lemah Hinata.

Ini pertama kalinya bagi Naruto merawat orang sakit. Sebelumnya bahkan dirinya tidak pernah berfikir akan berada diposisi seperti ini. Merawat seseorang.

"Dingin~"

Hinata menggigil. Badan wanita itu melingkar bagaikan ular. Naruto memaksa Hinata menelan beberapa suap bubur. Dan meminumkan obat yang diresepkan dokter beberapa jam yang lalu.

"Dingin.."

Hinata merancau didalam tidurnya. Wanita itu menggigil, kontras dengan badannya yang sangat panas. Naruto merasakan pucuk jari Hinata memang terasa dingin. Air conditioner bahkan tidak menyala. Apa yang harus dirinya lakukan. Inilah akibatnya jika tidak pernah meminta bantuan orang lain dan hanya bisa memerintah.

"Dingin.. Siapapun tolong peluk aku.."

Hinata semakin menggigil. Naruto berbaring dan memeluk Hinata. Perempuan itu langsung merespon dan merapatkan tubuhnya ke tubuh Naruto. Getaran di badan Hinata sedikit membuat Naruto kepanasan. Badan mereka terlalu dekat. Dan jiwa liar Naruto naik kepermukaan.

"Aku bisa menghangatkanmu.." gumam Naruto sangat pelan. Tapi jarak ini membuat suara pelan itu tetap tertangkap telinga Hinata.

"Kalau begitu lakukanlah.." Hinata menjawab dan semakin menelusupkan wajahnya ke dada bidang Naruto.

Wanita dalam pelukannya  ini sedang tidak sadar tapi dirinya juga pemuda dengan darah yang panas. Lagipula mereka sudah resmi. Jadi Naruto rasa tidak masalah.

Naruto terduduk memandangi wajah cantik istrinya. Perban pada kepala Hinata sedikit dia benahi. "Kau cantik" pujian itu begitu saja lolos didertai dengan senyum maut yang mampu membuat ratusan wanita mengangkang untuknya.

Naruto tahu ini pertama kalinya untuk Hinata. Dia sedikit meringis mengingat keberuntungannya mendapat seseorang yang masih murni seperti istrinya dan  kesialan sang Istri yang mendapatkan kebekasan dari dirinya.

Naruto begitu saja menelanjangi Hinata. Sedikit meraba kulit halus yang terasa seperti terbakar ditelapak tangannya.  Hinata sedikit melenguh saat tangan besar Naruto mengusap bahu telanjangnya. Pria itu menempatkan Posisinya memeluk tubuh mungil sang istri. Dia sadar diri untuk tidak melakukan lebih.

"Sial!"

Naruto mengumpat akibat merasakan desakan gairah. Dada bidangnya menempel sempurna dengan kulit telanjang Hinata. Dirinya ingin tapi tidak bisa. Demi tuhan, dilema ini seperti ingin masuk surga tapi harus melewati neraka.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang