BAB 15

16.8K 1.2K 26
                                    

Saara sedang berada di Apartemen mewahnya bersama seseorang.  "Apa kau sudah memberi tahu bibi tentang keadaan Hinata sekarang? Aku harap beliau tidak mengamuk!" Mata Hitam lelaki itu menyipit saat tersenyum.

"Tentu Nona! Nyonya besar akan segera sampai beberapa jam lagi".

Saara tertawa begitu keras sambil memegangi perutnya. Perempuan itu sungguh merasa geli memikirkan pertunjukan apa yang akan terjadi sebentar lagi. "Kau tahu?! Naru-chan sama sekali tidak mengingatku! Dia bahkan tega mengancamku, Kakak sepupunya! Hahaha " seseorang bermata hitam itu tersenyum mendengar celotehan Saara.

"Sebaiknya kita lanjutkan misi selanjutnya. Aku rasa kali ini Naru-chan yang harus jadi target. Pasti akan menarik"

Saara menyeringai diikuti sosok disebelahnya. "Anda benar! Kalau begitu saya permisi undur diri! " lelaki itu membungkuk dan Saraa hanya mengangkat tangan kanannya.

Selang beberapa menit satu soaok kembali hadir dan langsung memeluk perut ramping Saara dari belakang.

"Selamat datang sayang~"

"Kenapa kau bisa tahu?"

Saara tersenyum dan mengelus lengan kekar yang memeluk erat pinggang rampingnya. Tangan mulus Saara menunjuk sebuah bayangan yang terpantul. Membuat lelaki dibelakangnya terkekeh sambil menciumi leher Saara. "Wanitaku memang pintar" ucap lelaki itu.

Saara hanya tersenyum dan berbalik, Meletakkan tangannya melingkari leher didepannya. "Aku butuh bantuanmu menghukum seseorang" Saara berjalan ke arah meja dan mengambil selembar foto.

"Namikaze?" Alis laki-laki itu sedikit naik. "Ya kau tau kan dia anak nakal! Aku mau menghukumnya sedikit karena melupakanku. Tolong ya kimimaru-kun" Saara memohon kepada sang Tunangan. Sang lelaki hanya mengangguk pasrah. Saara meloncat, mendekap laki-laki itu erat.
"Hyuuga? Bukankah gadis ini Hyuuga Hinata?".

Kimimaru bertanya sedikit kaget saat melihat sosok perempuan yang berdiri disamping Naruto di selembar foto yang dirinya pegang.

"Kau kenal dia?" Saara melepas pelukannya dan ikut memandang wajah Hinata. "Tentu saja! Dia adik Neji, Sahabatku!" Kimimaru memandang sedih foto itu.

"Aku dengar Neji dan istrinya sudah meninggal". Saara mengangguk dan memeluk lengan sang terkasih dan menyandarkan kepala merahnya.

"BaiklahAku akan membantumu! Tentu saja tidak gratis"

Saara mendelik saat Kimimaru menyeringai. "Dua ronde?" jari kekar itu teracung ke udara disertai seulas senyum mesum. "Tidak!" Saara menolak dan mundur lalu berlari menjauh. "Ayolah sayang~ Aku merindukanmu~" Kimimaru mengejar Saara. Mereka berdua berputar-putar diruangan itu.

"Pergi sana! Jangan mendekat! Kyaaahmmpp.."

.

.

.

Bangunan besar yang memang terlihat terlalu besar untuk sebuah rumah itu membuka gerbangnya. Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilap berhenti tepat di pintu utama. Sepasang kaki turun dan berjalan keluar dari dalam mobil.

Mata ungu milik wanita bermahkota merah panjang itu mengedar. Memindai setiap sisi bangunan yang sudah belasan tahun tidak pernah dipijaknya lagi.

"Rumah ini tidak berubah"

Pintu terbuka beberapa Maid menyambut kedatangannya. "Selamat datang Nyonya besar". Mereka membungkuk,Berbaris dan berjejer rapi.

"Mana dia?"

Khusina memandang satu persatu pekerjanya.

"Tuan muda sedang berada dikamarnya"

Iruka muncul dati dalam dan mengambil koper dari tangan sopir pria yang mengantar sang nyonya. Sepatu mahal berwarna biru itu menaiki anak tangga menuju kamar yang begitu dia hafal dimana letaknya.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang