BAB 18

16.9K 1.2K 28
                                    

Langkah kaki itu begitu tergesa mengabaikan langkah lain dibelakangnya yang beberapa kali tersandung. "Kau kenapa sih?" Hinata berusaha menarik tangannya yang sedikit nyeri dan kebas. Apa Naruto berusaha mematahkan tangannya.

Tubuh mungil itu terlempar keatas Ranjang, rambut indigonya berserakan. Kepalanya sedikit pening karena membentur kasur -walau empuk. Suara baju yang dibuka dengan tergesa membuatnya menyilangkan tangan kedepan. Pertahanan mungkin.

Naruto memandang Hinata. Pemuda itu bahkan sekarang bertelanjang dan hanya mengenakan celana ketat berwarna Hitam. Hinata sedikit merona saat iris peraknya tidak bisa berhenti melotot pada sesuatu yang terlihat menyembul diantara dua kaki didepannya. Naruto merangkak mendekati Hinata.

Tangan Pria itu bahkan merobek paksa kaos yang dikenakan Hinata. Bra berwarna Hitam menyambut pemandangan permata biru itu. Kulit bersih tanpa noda. Kaki berbalut celana itu menendang-nendang karena dipaksa melepaskan penutupnya.Sekarang mereka sama-sama hanya memakai pakaian dalam saja.

"Ini Hukumanmu karena membuatku marah!"

Hinata kembali berbaring karena tarikan Naruto. Pemuda itu meraih wajah Hinata dan mencium bibir wanita itu kasar. Bahkan sebelah tangannya meremas Payudara besar nan kencang milik istrinya itu.

Setelah puas mencium Hinata, Naruto kembali menempatkan wajahnya di ceruk leher Hinata. Pemuda itu memeluk istrinya Posesif. Mereka berdua berpelukan dengan badan setengah telanjang. 

"Jika kau membuatku marah lagi. Kupastikan setiap tahun kau akan melahirkan Namikaze kecil"

Naruto dapat merasakan tenggorokan Hinata naik turun. Pemuda itu akhirnya tertidur meninggalkan Hinata yang merasa dilecehkan. Sayangnya tubuhnya menikmati pelecehan itu.

'Namikaze brengsek. Playboy cap Pup anjing'

.

.

"Kemarin kau kemana sayang?"

Khusina bertanya sambil memangku sang cucu yang sedang meminum susunya. Perasaan Hinata tidak enak apalagi pandangan mata biru yang berada tidak jauh darinya. Kegugupan itu begitu terasa, tenggorokannya mendadak kering. Mata biru itu mematikan seluruh syarafnya.

"Bolt!  Nanti kalau besar jangan suka melotot! Nanti kau jelek seperti Daddy-mu"

Khusina menunjuk hidung Naruto yang sedang memincingkan mata pada Hinata. Wanita itu memang tidak tahu apa yang terjadi. Hinata hanya terkekeh kikuk. "Kau berangkat denganku!" perintah dengan Nada mutlak itu meluncur bebas dari bibir merah kecoklatan milik Naruto

"Tidak ada bantahan!"

Naruto menyambung perkataannya saat melihat Hinata akan berbicara. Hinata merengut, wajah cantiknya terlihat imut. Naruto terus memandang bibir Hinata yang mengerucut. Dia terangsang, Sial.

Naruto meruntuki dirinya. Hanya dengan Hinata tubuhnya bereaksi aktif. Dulu saat masih bergonta-ganti wanita tidak pernah seperti ini. Terangsang hanya karena memandang bibir wanita- "Bodoh!" Bahkan nafsunya yang dulu menggebu dan serasa tidak pernah habis sekarang hanya akan naik dengan melihat wajah istrinya. Naruto sepertinya sudah terjatuh pada pesona sang Lusuh dan kumuh Hyuuga Hinata.

"Hey kau tuli?! Lampu sudah hijau! Kau menghalangi lalu lintas! Kenapa kau memandangku begitu?"

Suara Hinata menyadarkan Naruto dari lamunannya. Pemuda itu menggeleng dan mobil mewah itu melaju. Perjalan tidak diawarnai obrolan. Hinata meremas sabuk pengaman digenggamannya begitu kuat. Dia memang sudah menikah dengan Naruto. Dia sadar sekarang siapa dirinya. Tapi aksi pria ini yang main cium sembarangan membuatnya geram.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang