BAB 27

14.6K 1.1K 22
                                    

Naruto mendorong semua benda yang berada dijangkauannya. Merusak! Membanting! Dia sedang dalam puncak emosinya. Hinata ,istrinya tidak ditemukan dimanapun. Pasukan khusus milik keluarganya juga tidak bisa mendeteksi dimana istrinya berada. Bunyi kaca pecah di ikuti nafas yang memburu menjadi melodi dalam keheningan kamar miliknya dan Hinata.

"Sial! Kemana wanita itu?!"

Naruto takut Hinata kabur meninggalkannya. Kabur dan tidak kembali. Pesan terakhir mengatakan bahwa istrinya itu akan segera pulang dari Universitas. Naruto menunggu dan mendadak gusar saat istrinya tak kunjung sampai dirumah. Lewat tengah malam lelaki itu memerintahkan seluruh jajaran keamanan milik NK.Group mencari. Namum berakhir dengan hasil mengecewakan. Istrinya menghilang.

Naruto memeriksa seluruh CCTV di Universitas dan menemukan sang istri keluar area parkir dengan berjalan kaki. Kemana sepeda milik istrinya? Setelah diselidiki sepeda istrinya dicuri oleh seseorang. Naruto juga memeriksa CCTV di sepanjang jalan yang mungkin dilalui istrinya. Tapi Nihil! Tidak terdapat jejak sedikitpun. Hingga pagi menjelang Naruto tidak kunjung mendapat kabar baik mengenai keberadaan istrinya.

Naruto kembali menyelidikinya. Meminta atau lebih tepatnya memerintah para sahabatnya ikut mencari. Semua sempat kalang kabut karena melihat Naruto begitu emosi. Kemarahan Pria kuning itu bahkan membuat lebam di wajah Kiba dan Sai. Boruto diungsikan bersama iruka untuk sementara. Naruto menyadari sifat Tempramen miliknya tidak baik jika sampai telihat oleh anaknya.

Kedua orang tua Naruto juga sudah dikabari. Semua kalang kabut. Hinata menghilang tanpa jejak.

"Dimana kau?!!"

Tangan tan itu penuh luka sobekan. Tergores pecahan kaca. Kakinya yang tidak menggunakan alas juga tidak jauh berbeda. Naruto sakit, bukan sakit ditubuhnya melainkan sakit pada hatinya. Pikiran negative beberapa kali masuk di otaknya. Bagaimana bila istrinya itu diculik? Menyandang status Namikaze memang lah bukan hal yang ringan.

Menjadi konglomerat bukan berarti tidak ada musuh. Status ditambah kebrengsekannya dulu yang membuat Naruto terus berpikir Negative. Hinata beberapa kali menjadi korban penculikan oleh para jalang yang sempat mampir ke ranjangnya. Wanita itu selalu bisa mengatasinya. Tapi entahlah kali ini Naruto tidak yakin.

"Dobe! Sebaiknya kau beristirahat! Kau terlihat lelah."

Sasuke mencoba menasehati Naruto. Suami dari Hinata itu tidak tidur sama sekali. Kekhawatiran yang amat sangat membuat insomnia menyambanginya. Semua mengehela nafas, Kiba terlihat menerima telepon. Tidak lama kemudian dirinya menghampiri Naruto.

"Ada penerbangan menuju Paris atas nama Namikaze Hinata!"

Bagai angin segar, Naruto sedikit bernafas lega. Tapi kelegaan itu tidaklah lama. Di otaknya menyusun skenario apa yang membuat sang istri ke Paris. "Halo Asuma?! Siapkan jet Pribadi! Kita berangkat ke Paris malam ini!"

Naruto segera bergegas. Namun baru selangkah dia berbalik dan memeluk Kiba.

"Terimakasih!"

Taka ada yang bergerak bahkan setelah Naruto meninggalkan ruangan itu. "Naruto beterimakasih padaku?! Ya tuhan! Kalian lihat kan dia berterimakasih? Aku ingin Menangis!" Tamaki mengusap punggung kekasihnya. "Kau memang yang terbaik Kiba-kun.." Kiba semakin memeluk kekasihnya.

"Dasar cengeng!"

Sai dengan senyum palsu sukses mencetak perempatan siku di dahi Kiba. Pemuda yang hobby memelihara anjing itu memelototi Sai dan mencoba memukul wajah pucat pewaris Shimura Gallery.

***

Hinata sedang berjalan di kawasan Menara yang menjadi icon Negara Ini. Ponsel barunya bergetar, dia memang membeli yang baru agar tidak bisa dilacak.

YUME O TSUZUKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang