2006 ...
Saat itu hari Minggu. Mulanya ia menganggap dengung lembut dan samar yang ditangkap telinganya hanyalah bunyi mesin penyedot debu yang biasa dinyalakan tetangganya setiap pagi. Ia sedang duduk di kusen jendela kamarnya, dan ibunya sedang memasak sup asparagus di dapur. Lama-lama ia penasaran juga, sampai-sampai bunyi itu mengalihkan perhatiannya dari novel anak-anak karya Roald Dahl yang berada di pangkuannya. Selama ini belum pernah ada sesuatu yang dapat mengalihkan perhatiannya dari Roald Dahl selain sup krim asparagus buatan ibunya dan bunyi makian ayahnya kepada ibunya yang setiap hari nyaris didengarnya (terkadang diselingi bunyi tamparan dan benda yang pecah). Ia lalu menolehkan kepalanya dan mendapati bahwa dengung tersebut berasal dari kepakkan sayap seekor serangga di halaman samping rumahnya. Ia merasa belum pernah melihat serangga seperti itu. Serangga itu seukuran ibu jari, berbentuk agak mirip lebah, dan dari perutnya memancar cahaya biru. Begitu takjubnya ia dengan serangga yang terbang di antara baju-baju jemuran ibunya itu, sampai-sampai otaknya yang kaya akan imajinasi mengambil dua kesimpulan: pertama, bahwa ia telah menemukan spesies serangga baru, dan kedua, bahwa serangga tersebut tertarik kepada wangi dari konsentrat pewangi pakaian yang merebak dari pakaian yang dijemur ibunya (dan ia tersenyum bangga ketika memikirkan hal tersebut, ketika anak-anak seusianya mungkin hanya akan menunjukkan senyum seperti itu ketika baru saja diberi sepeda motor atau smartphone canggih oleh orang tuanya).
Begitulah, dilemparnya buku novel Roald Dahl ke atas ranjang, dan ia turun dari kusen jendela, mengendapi dinginnya rumput teki yang masih lembap oleh embun di halaman samping rumahnya. Aroma sup krim asparagus keluar dari lubang udara dapur tidak jauh dari tempatnya mengintai di balik kerimbunan daun kuping gajah. Tapi kali ini aroma sup krim asparagus itu benar-benar tidak memicu seleranya. Serangga tersebut telah benar-benar membuatnya terpesona. Pelan-pelan ia bangkit dari jongkoknya dan melangkah perlahan mendekati serangga yang kini hinggap di baju daster ibunya yang bermotif bunga-bunga dan sesekali bergoyang ditiup angin. Sayang sekali, ia menginjak patahan ranting pohon mangga dan kesunyian pagi membuat bunyinya terdengar jelas dan mengkhawatirkan, bagaikan bunyi 'krak' dari tulangmu yang patah saat terkilir atau bunyi derit engsel pintu rumah tua. Serangga tersebut menoleh sebentar, menatapnya lekat-lekat sebelum akhirnya terbang tinggi, menjauh, membelah dinginnya udara pagi. Bunyi dengung lembut sayapnya pelan-pelan melindap samar, seolah-olah ditelan kabut pagi yang tipis.
Tapi ia tidak mau menyerah. Sejak saat itu, bayang-bayang serangga tersebut terus menghinggapi benaknya. Tiga hari kemudian ia terkekeh di dalam kamarnya ketika ibunya kebingungan mencari cairan konsentrat pewangi pakaian di botol yang mendadak hilang, sementara ia sibuk meneteskan cairan tersebut ke bunga-bunga tiruan yang dibuatnya sendiri. Ia memang anak yang sangat kreatif. Setiap helai kelopak bunga itu terbuat dari tali rafia yang dibentuk sedemikian rupa, lalu dirangkai, direkatkan melingkar pada sebiji tutup botol bekas air mineral, dan untuk tangkainya ia menggunakan kawat yang sebelumnya dibalut oleh kertas krep berwarna hijau tua. Di tengah tutup botol yang diposisikan terbalik itu ia menaruh kapas, dan di sanalah, setiap pagi ia meneteskan cairan konsentrat pewangi pakaian tersebut. Bunga-bunga itu sendiri ditaruh di sebuah area taman kecil di samping tiang jemuran, di antara bunga-bunga dan tumbuhan lainnya, berharap suatu hari serangga tersebut akan datang kembali.
Sayang sekali, serangga itu tidak pernah datang lagi. Meski begitu, ia tetap setia menantinya...
***
2016 ...
Belakangan ini Airlangga selalu mendapat mimpi buruk yang sama hampir setiap malam. Mimpi tentang ayahnya, dan sama seperti malam-malam sebelumnya, malam ini mimpi buruk tersebut membuatnya terbangun dengan kepala yang sangat pening. Setelah sebelumnya tergeragap dengan napas yang menderu, ditatapnya jam weker yang berada di meja. Pukul empat pagi. Sebuah dengusan panjang keluar dari bibirnya yang dinaungi kumis tipis manakala pandangannya tertuju pada laptop di samping jam weker tersebut, menyadari bahwa ia baru tidur sekitar satu jam setengah setelah sebelumnya berjuang mati-matian tanpa hasil, berusaha mencari ide cerita untuk novelnya. Bayang-bayang mimpi buruk dan "rasa-gagal-menjadi-penulis" memberinya efek psikosomatik yang mengkianhebatkan rasa pusing di kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serangga Asparagus
RomanceIni adalah sebuah kisah sederhana tentang makna dari cinta sejati, dan bagaimana Tuhan, dengan takdirnya yang misterius dan penuh kejutan membimbing dan mempertemukan hati sepasang manusia... Ada Airlangga, Airlangga Lazuardi, seorang lelaki "menyeb...