"Bu, emang enggak ada topik lain, ya, selain itu? Laksita sebentar lagi mau manggung, lagi tegang, eh, Ibu malah ngebahas topik yang bikin Laksita tambah tegang." Laksita berujar dengan gusar. Suaranya diiringi bunyi gemeletuk giginya yang sibuk mengunyah es batu. Ia dan bandnya memang telah cukup sering tampil di acara-acara besar, tapi tetap saja rasa nervous selalu mengganggunya setiap kali hendak tampil. Duduk di kursi ruang tamu bersama ibunya, sore itu ia telah bersiap-siap berangkat ke acara peringatan setahun meninggalnya Sitor Situmorang. Sebuah gitar akustik nilon yang belum dimasukkan ke tasnya berada di kursi di hadapannya, cahaya matahari sore yang menembus kelambu menerpa setemannya yang terbuat dari besi stainless sehingga menimbulkan kilatan-kilatan cahaya. Dengan bernyanyi sambil memainkan gitar, rasa groginya jika berada di atas panggung akan hilang.
"Inget, lo, Sita, batas waktu kamu sedikit lagi. Kalau sampai lusa kamu belum menunjukkan pacarmu, uang saku kamu bulan nanti bakalan ibu potong 50 %," ujar Laksmi tenang tanpa memandang Laksita. Ia sedang asyik mengetik novel barunya sambil sesekali menyisip secangkir teh manis hangat.
"Yah, Ibu. Bu, kan, udah Laksita bilang kalau Pacar Laksita itu jauh, di... di... Hongaria. Lagian, sekarang dia lagi sibuk," timpal Laksita dengan nada gusar. Baginya, uang saku yang dipotong 50 % adalah horor yang sangat mengerikan. Itu berarti akan sulit baginya menyisihkan lagi uangnya untuk membeli buku, apalagi bulan ini salah satu penerbit akan menerbitkan seri buku-buku sastra klasik, dan gongnya adalah novel "Anna Karenina" karya Leo Tolstoy yang sudah sangat dinanti-nantinya. Penerbit itu sebetulnya dulu sudah pernah menerbitkan buku tersebut, bertahun-tahun yang lalu, dan kini buku tersebut menjadi barang yang sangat langka dan diburu. Laksita sudah mengeceknya di online shop-online shop dan harganya sangat mahal. Buku tebal itu dibagi menjadi dua jilid, dan harganya di online shop berkisar 700.000-an! Oleh sebab itu, Laksita merasa girang ketika novel ini akan diluncurkan kembali dengan harga di bawah 200.000. Sejak jauh hari ia telah mengumpulkan uang untuk membelinya bulan nanti, juga buku-buku lainnya.
Laksmi tersenyum geli. "Laksita Dewanti Swastika, Ibu enggak peduli. Lagian, tempo hari kamu bilang kalau pacarmu itu kuliah di Venezuela, sekarang kamu bilang di Hongaria. Pokoknya batasnya lusa. Titik." Kali ini Laksmi berbicara sambil memandang anaknya. Sorotnya begitu tajam dan keras, sampai-sampai Laksita merasa tidak sanggup balik memandangnya. Ia menekuk batang lehernya, dan merengut memandangi sobekan pada bagian lutut celana jeansnya. Ketika itulah, terdengar bunyi ketukkan pelan dari pintu, diiringi salam dari sebuah suara yang sangat familiar bagi Laksita. Suara yang membuat jantungnya tersentak. Diangkatnya wajahnya, dan dari bagian samping jendela ia melihat lelaki itu. Lelaki yang sangat dibencinya. Airlangga. Segumpal ludah tertelan cepat di kerongkongannya, seiring rasa kesal yang mulai naik ke wajahnya. Tapi tiba-tiba sebuah ide melencing di pikirannya, dan ia tersenyum sambil memandang Laksmi dengan tatapan licik.
"Biar, Laksita yang buka pintunya, Bu," kata Laksita diiringi senyuman lebar yang dibuat-buat ketika Laksmi baru saja hendak meletakkan laptop di pangkuannya ke atas meja. Laksita lalu beranjak menuju pintu dengan langkah yang riang. Dibukanya pintu tersebut, dan ketika mendapati Airlangga yang berdiri di hadapannya dengan wajah kikuk, ia segera memberi kode dengan wajahnya supaya lelaki itu agak menjauh. Ditutupnya kembali pintu tersebut setelah sebelumnya ia keluar.
"Dari mana lu tauk alamat gua, heh? Ngapain juga lu mau ke sini?" ujar Laksita setengah berbisik dengan nada yang kesal.
"Sit, gua ke sini mau..." belum sempat Airlangga merampungkan kalimatnya, Laksita menyuruhnya diam dengan menempelkan batang telunjuknya ke bibir mungilnya.
"Ssssttt, diem. Ga, gua punya tawaran menarik buat lu," ujar Laksita hampir berbisik.
"Tawaran apa, sih? Sit, gua ke sini cuma sebentar, cuma mau..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Serangga Asparagus
Roman d'amourIni adalah sebuah kisah sederhana tentang makna dari cinta sejati, dan bagaimana Tuhan, dengan takdirnya yang misterius dan penuh kejutan membimbing dan mempertemukan hati sepasang manusia... Ada Airlangga, Airlangga Lazuardi, seorang lelaki "menyeb...