06

41.2K 1.9K 3
                                    

Seorang pria dengan kemeja navy dan celana bahan hitam yang melekat sempurna ditubuh atletisnya duduk tegak dikursi dosen, mata elangnya terpaku pada satu titik. Yaitu gadis dengan skinny jeans hitam dipadukan dengan kemeja putih tipis ditubuh mungilnya. Rambut panjangnya di ikat asal justru menambah kesan menawan

Gadis itu nampak gelisah ditempatnya, dia sadar sedari tadi pria dihadapannya ini memperhatikannya apalagi sahabatnya yang duduk di samping gadis itu beberapa kali berbisik sesuatu tentang sang dosen "Ngerasa si bapak liatin ga, Bil?" "Kayaknya itu dosen kurang kerjaan deh.." "Atau dia lagi ada masalah.." "Lo ga bikin masalah pas kemaren ngejar diakan?"

Gadis itu, Sabil sampai berulang kali menghela nafas lelah, dia benar-benar jengah berada disituasi seperti ini dalam hati merapalkan doa semoga jam tangan mungilnya segera menunjukan pukul 9.40. Sehingga dia bisa terlepas dari dosen itu

5 menit seperti 5 tahun bagi Sabil, bahkan dosen yang biasa hobby mengoceh didepan kelas itu kini lebih memilih menugaskan mahasiswa dan mahasiswinya, mencari artikel tentang teori dan membuat contoh teorinya

"Baik, kita akhiri pertemuan kita kali ini.. Seno tolong kumpulkan hasil tugas teman-teman anda dan taruh diruangan saya.." suara bariton itu terdengar dan disambut antusias oleh gadis itu tanpa sadar dia bernafas lega.

"Dan untuk Salsabille Maura Renjani..Ikut saya ke ruang dosen, Sekarang!"

Kembali suara itu terdengar dan sukses membuat Sabil terbelalak, dia kira bisa dengan aman menghindar dari pria itu seperti yang dia lakukan selama 2hari ini. Ya, 2hari terakhir Sabil harus main kucing-kucingan menghindar saat berpapasan dosen itu dilobby atau pura-pura tidak mendengar saat teman-temannya bilang bahwa dia dipanggil dosen itu keruangannya. Tapi hari ini, dia tidak bisa menghindari dari kelas pak Edgar karena absennya sudah benar-benar terancam.

"Tunggu apa lagi? Kelasmu selanjutnya masih 2jam lagikan?" tanya Edgar karena Sabil tidak juga beranjak dari kursinya

Dengan lesu gadis itu mengikuti Edgar, berusaha mengabaikan tatapan aneh teman kelasnya dan tatapan sinis spesies yang menamai diri mereka Edgaraholic di sepanjang koridor gedung fakultasnya

Edgar dan Sabil memasuki ruangan dosen, mereka berpapasan dengan Ibu Mei yang hendak pulang dan Pak Fadil yang akan mengajar. Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya Ibu Mei dan Pak Fadil meninggalkan ruangan yang penuh kecanggungan karena hanya ada Sabil dan Edgar

"Jadi, kenapa bapak memanggil saya ya, Pak?" Edgar mengangkat kepalanya, menutup MacBook miliknya yang baru dibuka dan menatap tajam gadis dihadapannya itu

"Kenapa kamu menghindari saya?" tanya Edgar to the point

"Eh, Eng.. Engga! Siapa yang menghindar dari bapak.." elak Sabil sedikit gelagapan

"Mengendap-ngendap seperti maling untuk menjenguk Erina, memutar jalan dikoridor saat berpapasan dengan saya, menutup wajah kamu dengan tas saat saya masuk kantin, mengabaikan panggilan saya, masuk kembali ketoilet saat melihat saya? Apa namanya kalau bukan menghindar?" cecar Edgar dengan wajah datar namun tatapan tajam

Mulut gadis itu sedikit terbuka, dia tercengang. Tidak menyangka kalau Edgar selama ini tau tingkah konyolnya. Butuh sepersekian detik untuk sabil mampu menguasai dirinya

"Hahaa, itu perasaan bapak aja kali.. Saya ga ngehindar kok! Buktinya saya masuk kelas bapak tadi..." sanggah Sabil, dia masih tidak mau mengaku. Gila saja bisa berakhir tragis nilainya

"Kamu masuk kelas saya karena ultimatum Absensi! Jangan mengelak lagi!" skakmat, Sabil memilin ujung kemeja putih yang digunakannya, gugup.

"Apa permintaan saya waktu itu mengganggumu?" Edgar kembali bertanya namun kali ini suaranya sarat akan kesedihan dan penyesalan

My Gorgeous Student (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang