Waktu bisa menjawab semua do'a, waktu bisa menyembuhkan luka, dan semua akan indah pada waktunya. Setidaknya itu pepatah yang Sabil dan Edgar percayai kini, mereka telah merasakan indahnya kala bersama dan sakitnya perpisahan.
Merasa bersyukur sebab tuhan mengganti setiap airmata yang sudah mereka titihkan dengan kebahagian yang sempurna, mempersatukan mereka kembali dengan cinta yang utuh. Tanpa disadari airmata kebahagiaan merembes dari pelupuk mata Sabil
Edgar yang sedang membereskan barang-barang disoffa sudut ruang rawat itu langsung menghentikan pergerakan tangannya, rasa khawatir menyeruak membuatnya mengambil langkah seribu kearah Sabil lalu menangkup wajah gadis itu
"Hey... Kenapa? Ada yang sakit? Kita tunda aja ya pulangnya.." ujar Edgar panik, seketika Sabil menggeleng heboh tanpa bisa berkata-kata gadis itu menangis dan langsung memeluk Edgar erat, dengan sabar Edgar membalas pelukan Sabil tangannya bergerak membelai punggung gadis itu membiarkannya tenang terlebih dulu
"Aku laper...." rengek Sabil disela isaknya, membuat Edgar dengan cepat mengurai pelukan mereka. Menatap tidak percaya gadis yang kini mengeluarkan ekspresi memelas lengkap dengan pipi basah akibat airmatanya
"Kamu nangis cuma karena laper?" tanya Edgar yang diangguki cepat oleh Sabil, pria 31 tahun itu tersenyum lembut seraya mengacak pucuk kepala wanitanya gemas
"Hm.. Jadwal makanan Rumah Sakit masih dua jam lagi, Aku beli dikantin aja mau?" tawar Edgar namun kali ini Sabil menggeleng lucu
"Aku mau Steak dan Pasta diResto yang terkenal itu loh. kita makan disana aja yaa. Oh ya disana makanannya mahal-mahal jadi kakak harus kudu wajib teraktir aku.. Haha iyalah yaa, percuma juga punya pacar dosmud kalo ga mau neraktir.." oceh Sabil lucu, tanpa beban gadis itu menggelayut manja di lengan Edgar. Mendengar ocehan Sabil Edgar terkekeh sesaat tapi begitu suatu yang ganjal melintas diotaknya pria itu melepas rangkulan Sabil lalu menatap wanitanya
"Pacar? Huh?" tanya Edgar dengan ekspresi mengejek, wajah ceria Sabil lenyap begitu saja. Gadis itu tampak salah tingkah sesaat tak lama tertawa hambar
"Hahaa, uops sorry.. Suka lupa kalau kita cuma dua orang yang saling berciuman.. Hahaa.. Ralat.. Masa deket sama dosen kaya ga ditraktir..." kata Sabil berusaha terlihat biasa namun sia-sia Edgar sudah menangkap ekspresi sendunya dan itu sedikit membuat dosennya ini merasa bersalah.
"Sal..." panggil Edgar tapi tidak direspon Sabil, gadis itu susah payah menggeser tubuhnya lalu berbaring dibrankar membelakangi Edgar yang tengah mengutuk bibirnya sendiri niat hatinya hanya ingin menggoda wanitanya tapi dia lupa kondisi Sabil saat ini membuat gadis itu menjadi lebih sensitif
Edgar menghela nafasnya, tanpa perduli tubuhnya yang tidak kecil itu, pria itu mengambil tempat kecil dibelakang Sabil memeluknya dari belakang, Sabil ingin berontak namun tidak bisa karena kalah cepat dengan Edgar yang sudah lebih dulu mengambil posisi nyaman dibelakangnya
"Kak... Lepas ih nanti ada suster atau Bunda masuk, malu..." protes Sabil sambil berusaha melepas tangan Edgar dari perutnya
"Jadwal suster masuk masih lama... Bunda dan Ayah juga sedang istirahat dihotel.. Nanti sore baru kembali saat kamu keluar dari sini, jadi aman.." sahut Edgar dengan bisikan diakhir kalimatnya.
Pria itu menyusupkan wajahnya dilekukan leher Sabil tangannya bergerak naik turun memberikan belaian lembut pada perut rata gadis itu, mengabaikan fakta bahwa dengan posisi yang berdempetan seperti ini dan gerakan-gerakan yang dia lakukan membuat jantung Sabil bermarathon ria
"Kita bukan sekedar dua orang yang saling berciuman, Sayang.. Tapi aku juga ga setuju dengan Status pacar yang kamu bilang itu.." Edgar menjeda kalimatnya memberikan kecupan ringan dibahu Mahasiswinya itu menyebabkan jantung Sabil hampir meloncat keluar kalau saja tubuhnya itu made in china, bukan ciptaan tuhan.
"Kamu itu Calon Istriku, Aku mau kita halal secepetnya jadi aku ga harus bohongin si junior terus.." lanjut Edgar diakhiri dengan kecupan dalam dibahu dan leher belakang Sabil.
Butuh sepersekian detik untuk Sabil mencerna semua kalimat Edgar hingga akhirnya otak cerdasnya menangkap arti dari ucapan dosennya itu. Sekuat tenaga dia melepas pelukan Edgar mencondongkan tubuhnya kebelakang hingga pria itu terhayung turun dari brankar
"Dasar Dosen Tembok, Mesum!!!" pekik Sabil lalu menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Menggemaskan
Pikir Edgar dan langsung tertawa lepas melihat tingkah lucu wanitanya.
❇❇❇
Selama perjalanan menuju Bandung tidak henti-hentinya Sabil menyunggingkan senyuman, tidak sabar rasanya ingin bertemu Erina,Roro dan Edo yang sudah lebih dulu berada dirumah Orangtuanya
Senyuman itupun tertular pada Edgar dan Kedua Orangtua Sabil, Mereka tak habisnya mengucap syukur karena akhirnya mampu melihat senyuman itu lagi.
Perjalanan cukup panjang dan melelahkan akhirnya terbayar saat mobil Fortuner hitam milik Edgar memasuki pekarangan rumah dengan suasana asri, Edgar memarkirkan mobilnya disebelah Kijang Innova yang lebih dulu terparkir rapih dihalaman itu, menandakan Bahwa keluarga Edgar memang sudah tiba
Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan baik, Edgar keluar dari mobilnya membantu Satrio menurunkan barang bawaan mereka, lalu terakhir menurunkan kursi roda
Edgar mendorong kursi roda itu hingga tepat didekat pintu samping pengemudi, membuka pintu itu lalu membalas senyuman dari wanitanya. Dengan hati-hati Edgar menyelipkan tangannya dikaki dan punggung gadis itu lalu mengangkatnya dan diduduki dikursi roda
"Sudah nyaman?" tanya Edgar pelan yang ditanggapi dengan anggukan pelan dan gerakan bibir yang mengucapkan -Terimakasih- tanpa suara
Semua pergerakan keduanya tidak lepas dari perhatian Ayu dan Satrio, diam-diam keduanya tersenyum haru tidak menyangka ada pria yang begitu tulus mencintai putri mereka. Ayupun menangis dalam diam, menyesali segala keputusan dan keegoisannya memisahkan kedua muda-mudi itu
Menyesal pula karena tidak pernah mendengarkan perkataan putri sulungnya, yang selalu membujuknya untuk mengerti dengan perasaan Sabil yang sesungguhnya, hingga pernah mereka sampai adu mulut dan perang dingin selama beberapa hari
"Kamu benar, Mba Lun... Bunda menyesal.. Bunda bersalah.." lirih Ayu pelan namun masih bisa didengar Satrio yang berada disampingnya, terbukti dari pergerakan suaminya itu yang langsung merengkuhnya dalam dekapan hangat.
🔜🔜🔜🔜
Tbc
Aku sudah Up lagi Yeaaay 🎉🎉
Kalau aku bikin cerita baru kira-kira kalian mau baca ga? Hohohoo
Jangan lupa Vote dan Comment yaa
Love Zat 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Roman d'amour*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...