Sabil yang ceria, Sabil yang cerewet, Sabil yang penuh semangat, akhirnya menghilang. Tidak ada lagi senyum tulus yang tercetak diwajah manisnya, tidak ada lagi ocehan yang keluar dari bibirnya. Sabil berubah hanya saat didepan Erina dan keluarganya, gadis itu pura-pura biasa saja namun nyatanya hatinya selalu berdegup kencang, dia ketakutan. Takut, karena bisa saja detik itu adalah detik terakhir dia bisa melihat keceriaan Erina
"Jadi Ibu sambung merupakan hal yang berat Sabil... Kamu masih terlalu muda, masa depan kamu masih panjang, sia-sia kalau kamu gunakan hanya untuk mengasuh anak orang lain."
"Bunda hanya mau yang terbaik untuk kamu dan Bunda tau hubungan kamu dengan dosen itu bukan yang terbaik!"
"Kalau kamu masih menganggap Bunda ini Ibu kamu, akhiri hubungan itu dan fokuslah ke masa depanmu bersama Dimas. Kamu sudah janji akan mencoba menjalaninya selama 1tahun, kamu ingat?"
Perkataan Ayu-bunda Sabil- masih saja berputar dikepalanya, dilema besar sedang melanda hatinya. Gadis itu merasakan sesak yang amat sangat saat membayangkan dirinya tanpa Erina namun disisi lain Sabil juga tidak mau mengecewakan Bundanya.
Dan sejak kedatangan Orangtuanya bersama Dimas 4 hari yang lalu hidupnya tidak karuan, Insomnia yang dideritanya dulu kembali bahkan sempat Gadis itu tidak tidur selama 2 hari, nafsu makannya pun menurun dan semangatnya hilang
Sementara ini Ayu dan Satrio akan tinggal dirumah Luna, tentu saja itu kemauan Ayu agar bisa mengawasi putri bungsunya. Sabil juga harus berbohong karena Bundanya itu selalu mengecek keberadaannya, dan mengharuskan dirinya pulang kerumah Luna bukan ke kostannya
Seperti biasa malam ini Edgar mengantarkan Sabil kembali ke kostannya, dan setelah Edgar pergi dia akan kembali pergi kerumah Kak Luna. Namun sepertinya hari ini adalah hari kesialan Sabil karena begitu dia hendak pergi ternyata Edgar masih berada di area kostannya dan melihatnya pergi
"Mau kemana kamu malam-malam begini?" tanya Edgar dengan nada agak tinggi, dia sengaja tidak membawa mobilnya dan justru mengikuti Sabil dengan berjalan kaki
Mendengar suara yang tidak asing dibelakangnya tentu saja membuat Sabil terperanjat kaget. "Kak.. Kakak kok ada disini?" ujar Sabil tergagap
Edgar memasukan tangannya kesaku celana jeansnya seraya terus menatap Sabil tajam, sebenarnya pria itu sudah gemas ingin memastikan keadaan mahasiswinya ini apa lagi sejak pembicaraannya dengan Elma tadi, Edgar makin penasaran itulah sebabnya dia memutar balik dan kembali ke kostan Sabil namun malah tidak sengaja melihat Sabil berjalan dengan lunglai
Jelas sekali ada yang mengganggu Mahasiswinya itu, bayangkan saja Edgar berjalan tepat dibelakangnya selama 15menit dan gadis itu tidak menyadarinya sama sekali padahal seingat Edgar, Sabil adalah orang yang sangat peka terhadap sekitar
"Aku tanya mau kemana kamu?" tanya Edgar dengan penekanan disetiap katanya
"A-aku mau kerumah Kak Luna.." cicit Sabil tergagap, wajahnya menunduk jari-jari tangannya saling meremas
"Ohya? Yaudah ayo aku antar.." ujar Edgar lalu menarik pergelangan tangan Sabil, namun gadis itu bergeming dia menahan diri agar tetap berdiri ditempatnya
Pria itu menoleh menatap Sabil dari atas kebawah, merasa bingung karena gadis dihadapannya ini terlalu sulit untuk ditebak
"Ada apa?"
"A-aku bisa sendiri, ga enak sama Kak Lun kalo kakak nganter aku malam-malam begini.." ujar Sabil, agak ragu dengan ucapannya. Edgar menghela nafas mengacak rambutnya frustasi lalu mencengkram kedua bahu Sabil
"Dengar, aku hanya akan mengantar sampai kedepan gerbang... Setelah itu aku akan pergi, kakakmu tidak akan melihatku... Demi tuhan ini sudah malam Sal.. Terlalu bahaya jalan sendirian seperti ini.." gumam Edgar terlihat jelas dirinya menahan emosi. Setelah mengatakan itu Edgar melepas cengkramannya dan menggenggam tangan Sabil memaksa gadis itu berjalan bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Romance*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...