Erina duduk dengan gelisah diruang tamu rumahnya, gadis kecil itu selalu berlari keluar setiap kali ada mobil atau motor yang berhenti lama didepan pagar rumahnya. Sementara dua orang dewasa yang melihat tingkahnya hanya bisa menggelengkan kepala seraya menghela nafas lelah, sudah hampir dua jam gadis kecil itu menunggu dan dia tidak mau diajak apapun main, makan, nonton, apalagi tidur
"Bi Sum, coba telpon Edgar lagi siapa tau dia tau dimana Sabil.." pinta Amel yang langsung diangguki oleh Bi Sum.. Yap, sedari tadi Erina menunggu Sabil yang tidak kunjung pulang padahal jadwal pulangnya sudah lewat hampir dua jam, dihubungipun ponsel gadis itu tidak aktif membuat Amel kelimpungan sendiri
"Nyonya, kata bapak mba Sabil tadi sudah izin sama beliau pulang telat karena ada kerja kelompok, untuk ponselnya mungkin kehabisan daya kata Bapak.." setelah mendapat penjelasan dari Bi Sum, Amel kembali menaruh Edo distrollernya lalu melangkah mendekati cucu pertamanya
"Sayang, masuk yuk... Kita main sama Adek Edo.. Mama Sabilnya sedang ada urusan dikampus jadi pulang terlambat.." bujuk Amel namun bukannya menurut, Erina malah menitihkan air mata isakan juga mulai terdengar dari bibir mungilnya
"Pa.. Pa.. Hiks.. Pa.. Pa hiks... Papa suruh mama.. Pergi.. Papa marah Ina manggil mama sabil mama hiks hiks.. " racaunya dalam isakan membuat Amel kelabakan, dia mengerti maksud dari ucapan Erina walau tidak jelas, wanita paruh baya itu segera merogoh ponselnya lalu menghubungi putranya
"Halo, ada--loh kenapa Erina nangis ma?"
"Kamu nyuruh Sabil pergi?"
"Hah? Sabil pergi?"
"Ini kata Erina kamu nyuruh Sabil pergi karena marah dia panggil Sabil Mama.."
"........."
"Halo!! Edgar!!"
"Hhh.. Iya ma, bisa tolong kasih HPnya ke Erina?"
"Baik, Ini! Erina Papa mau bicara.."
"Ha-Halo pa.."
"Putri Papa kenapa nangis, Nak?"
"Ti-tidak.. Hiks.."
"Erina dengar papa ya... Mama Sabil ga pergi.. Mama ada urusan dikampusnya mangkanya pulang terlambat.. Erina makan, mandi lalu tunggu dikamar ya sembari mengerjakan PR biar Mama Sabil senang.."
"Be-bener pa? Hiks.. "
"Iya nak.. Mangkanya Erina harus jadi Princess yang baik yaa.. Jangan buat Mama Sabil khawatir.."
"I-Iya... Pa.. Ini Oma.."
"Halo ya Edgar..."
"Hhh.. Semua makin rumit ma.. Yasudah Edgar tutup ya.. Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.. "
Amel menatap punggung mungil cucunya yang makin lama menjauh dan hilang dibalik pintu, Amel merasa bingung satu sisi dirinya senang karena cucunya itu mulai bisa lebih mengekspresikan diri namun disisi lain dia gelisah, ketergantungan Erina pada Sabil mulai membuatnya ketakutan akan apa yang terjadi jika saat itu tiba
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Romance*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...