Pagi menjelang siang ini mobil Edgar sudah bertengger didepan rumah tetangga Sabil, pria itu juga tidak turun dari mobilnya memilih untuk mengamati Satrio yang sedang mengangkat putrinya kedalam mobil Innova dibantu Pak Ngadiman. Bukan tidak ingin membantu tapi dia tidak ingin rencananya hari ini gagal.
Begitu Sabil beserta kursi rodanya sudah berada di dalam mobil, Edgar memutar balik mobilnya dan mulai membelah jalan raya yang ramai tapi tidak macet ini untuk tiba dikampusnya.
Tanpa sadar sudut bibir Edgar tertarik beberapa kali membayangkan ekspresi yang akan dikeluarkan wajah manis itu saat dia menjalankan rencananya nanti. Suara getar ponsel menarik perhatiannya, Pria itu langsung memasang earphone kecil ditelinganya setelah melihat Id call dilayar ponselnya
"Hallo Assalamualaikum..."
"Hallo, Waalaikumsallam.. Dimana Mas?"
"Baru masuk mobil nih, tapi mau ketemu klien dulu sebentar baru ke kampus... Kamu dimana? Sudah sampe?"
"Belum, aku masih dijalan.. Ohya nanti sorekan aku jadwal terapi, Mas gausah nganterin ya.. Aku pinjem Pak Ngadiman aja."
"Loh? Kenapa? Biasanya juga sama aku.."
"Iya, ih.. Tapi ini ga biasa soalnya Vera sama Nina maksa mau nganterin aku.. Yaya.. Ayah juga ikut kok..."
"Hmm.. Yaudah, biar nanti aku yang jemput anak-anak.. Sudah dulu ya.. Kamu hati-hati.."
"Makasih Masku.. Okey, Mas juga hati-hati ya.. I Love you... Assalamualaikum.."
"Ya, I know.. Waalaikumsallam.."
Edgar langsung memutus sambungan seraya terkekeh geli, membayangkan wajah kesal yang selalu Sabilnya tampilkan setiap kali dirinya tidak membalas pernyataan cinta itu. Senyum Edgar makin lebar saat matanya melirik kearah jok samping yang terdapat beberapa barang untuk gadis itu
15menit kemudian mobil Edgar sudah memasuki area parkir kampus, setelah memarkirkan mobilnya diantara deretan mobil dosen lain Edgar turun dan melangkah pasti ke arah lobby utama tanpa mau memperdulikan tatapan aneh serta kepo orang-orang yang ada disana.
Ya, jelas saya mereka kepo, pasalnya dosen yang selalu terlihat dingin tak tersentuh kini senyum sendiri apalagi ada buket bunga ditangan kirinya
Edgar berdiri gagah didepan lobby utama menantikan mobil Innova putih yang membawa wanitanya sampai, beberapa orang yang dia yakini mahasiswinya sengaja berkumpul dilorong belakangnya untuk mendapat jawaban dari semua keingintauan mereka, tapi Edgar tidak perduli itulah tujuannya menjalankan rencana ini.
Pria itu setia berdiri menanti Sabilnya sambil sesekali membalas sapaan atau godaan dosen-dosen yang kebetulan lewat. Ya rekan-rekannya memang sudah tau karena sebelum menjalankan rencana ini Edgar lebih dulu berdiskusi dengan beberapa Dosen dan Pihak Universitas. Dia tidak ingin ada masalah yang menimpa Sabil nantinya
Sepuluh menit kemudian mobil Inovva memasuki area kampus, Edgar makin mengembangkan senyumannya. Setelah mobil berhenti sempurna didepan Lobby, Pak Ngadiman bergegas menurunkan kursi roda Sabil diikuti dengan Satrio. Pria paruh baya itu hendak menggendong Sabil saat deheman pelan terdengar dibelakangnya
Secara bersamaan kedua Ayah dan anak itu menoleh kearah suara, namun menyambutnya dengan ekspresi berbeda. Satrio dengan senyum hangatnya dan Sabil dengan mata yang hampir keluar saking terkejutnya
Satrio menggeser tubuhnya memberi jalan untuk Edgar agar bisa melakukan keinginannya, setelah menitipkan barang bawaan ditangannya pada Pak Ngadiman, Edgar mulai menyelipkan tangannya dilekukan kaki dan punggung Sabil yang masih belum tersadar dari rasa terkejutnya
Dengan hati-hati Edgar mendudukan Sabil dikursi roda, memberikan bunga kepada gadis itu lalu mengecup kening Sabil lama. Semua perlakuan Edgar disaksikan oleh beberapa warga kampus, beberapa wanita bahkan terpekik histeris dan tidak sedikit yang mengabadikan moment itu
Sabil? Jangan ditanya.. Gadis itu linglung, satu sisi dia ingin sekali mencakar wajah tanpa dosa milik Edgar tapi disisi lain dia merasa bahagia karena perhatian yang Mas Edgarnya lakukan
Setelah mengecup kening Sabil, Edgar berlutut dihadapan wanitanya tangannya merogoh saku Jasnya mengambil benda kecil berbentuk hati berwarna merah. Mata Sabil makin terbelalak dan suasana makin heboh saat Edgar membuka benda kecil itu dan menampilkan cincin indah didalamnya
"Pertama. Jadilah Istriku yang selalu mendampingi aku sampai akhir hayat, Kedua. Jadi Ibu dari anak-anak kita yang mampu mendidik dan mencintai mereka seperti yang sudah kamu lakukan selama ini... Ini bukan permintaan, tapi tugas.. Aku mencintaimu.." ujar Edgar lantang, beberapa orang memekik histeris namun ada juga yang melongo seperti Sabil. Gadis itu masih tidak bisa menguasai dirinya bahkan sampai Edgar selesai memakaikan cincin indah itu ke jari manisnya dan mencium punggung tangannya
Hilang sudah angan-angannya dilamar di pinggir pantai dengan alunan romantis biola, lampion dan ribuan balon-balon cantik atau dilamar di dalam pesawat yang sedang mengudara. tapi entah kenapa rasa bahagianya kini berkali-kali lipat dari rasa bahagia yang selalu dia bayangkan dulu
Dan akhirnya Sabil mengerti, kebahagiaan tidak melulu harus dengan hal romantis dan kemewahan, Bahagia baginya Sederhana, hanya dengan Edgar dan Anak-anak disampingnya, tanpa ada rasa takut akan ditinggalkan dan kehilangan. Sampai takdir tuhan yang memutuskan mereka harus berpisah.
🔜🔜🔜🔜
Tbc
Aku sudah Up lagi... Yeay 🎉🎉
Sedikit? Iya maafkan wkwk soalnya ini part special wkwk *alasan*
Aku usahain nanti malem up lagi.. Tapi ga janji juga hahaa
Jadi, jangan lupa Vote dan Commentnya yaaa
Love Zat 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Romance*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...