Edgar bergerak gelisah dikursi dosen, kelasnya baru saja dimulai 20 menit yang lalu namun dia sudah ingin keluar dan mencari keberadaan gadis yang berhasil membuatnya gelisah semalaman. Ya, semalaman pria itu tidak bisa tidur, pikirannya terus berputar mencari kemungkinan dari alasan Sabil memeluknya tadi malam
Pria itu tau semalam Sabil menangis dipunggungnya walau tidak bersuara tapi baju belakang yang basah memperkuat dugaannya. Hanya saja jiwa pengecut menguasai dirinya malam tadi, Edgar terlalu takut bertanya, terlalu takut mendengar kenyataan terpahit Sabil akan meninggalkannya
Dan akhirnya sekarang dia menyesal, rasa penasaran membuatnya gelisah terlebih ponsel gadis itu dari semalam sampai sore ini tidak aktif. Sabil juga tidak terlihat dikampus, padahal dia amat tau hari ini jadwal Sabil full
1 jam 40 menit terasa begitu lama bagi Edgar, setelah jam menunjukan pukul 4.40 wib pria itu langsung mengakhiri kelasnya dan bergegas pergi, setelah menaruh absensi dan absen pulang diruang fakultas tentunya
Dengan tergesa Edgar mengarahkan mobilnya ke kostan Sabil, setelah mengetuk pintu cukup lama tetangga kamar kost Sabil menghampirinya dan mengatakan bahwa Sabil tidak pulang dari semalam. Dengan pikiran yang kalut Edgar pergi kerumah Luna, hanya itu satu-satunya tempat yang dia tau
Edgar menatap rumah minimalis dengan Cat Grey yang dominan itu cukup lama, tiba-tiba saja perasaannya tidak enak dan dia jadi ragu untuk turun atau tidak. Setelah mengumpulkan cukup keberaniannya akhirnya Edgar turun dari mobilnya dan menekan bell yang disediakan
Tak lama Luna keluar, wanita itu cukup terkejut saat mendapati Edgar didepan rumahnya "Eh, Pak Dosen ada apa?" tanya Luna agak gelisah, membuat Edgar makin bertanya-tanya
"Saya mencari Sabil, apa dia ada? Seharian saya mencarinya dikampus namun menurut teman kelasnya dia tidak masuk.."
Luna menyernyit bingung, masih dengan agak gelisah wanita itu menggeleng pelan "Apa dirumah anda tidak ada? Sabil pergi ke kampus--"
"Kalau ada tamu suruh masuk dong, Lun..." suara lembut namun mengerikan bagi Luna memotong ucapannya, Luna dan Edgar bersamaan menoleh ke arah sumber suara tadi
Dari arah samping kiri Edgar agak kebelakang sekitar 15meter terdapat seorang wanita paruh baya dengan beberapa kantong plastik ditangannya
"Eh engga kok Bun, dia udah mau pulang..." ujar Luna makin gelisah, tentu saja gelisah dia sangat mengenal Bundanya dan bisa dipastikan wanita yang melahirkan dan membesarkannya itu pasti akan mampu mengalahkan orang yang tidak disukainya dengan topeng kelembutan yang justru mengerikan
"Ga sopan kayak gitu loh, Lun... Ayo Nak Edgar masuk, kita perlu banyak bicara..." ujar Ayu dengan senyum yang Edgar yakin dipaksakan, pria itu juga sempat kaget karena wanita yang diduga orangtua Luna dan Sabil ini tau dirinya
"Lebih baik anda pulang..." bisik Luna tentu saja Ayu bisa melihatnya namun wanita paruh baya itu memilih diam sembari mempertahankan senyumannya dan mulai melangkah masuk kedalam rumah mendahului Edgar dan Luna
"It's okey... I can handle this..." ujar Edgar sembari mengikuti langkah Ayu memasuki rumah Luna. Sementara sang tuan rumah hanya bisa menghela nafas, perasaannya mengatakan akan ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi kedepannya
❇❇❇
Sabtu ini pagi-pagi sekali Erina sudah berada didepan rumah Luna, hari ini gadis kecil itu mengajak Sabil untuk pergi berdua saja. Tentu saja dengan Pak Ngadiman yang akan setia mengantarkan kemana saja mereka akan pergi
Lima menit menunggu akhirnya Sabil keluar dari rumah Luna, gadis itu memakai pakaian casual dengan atasan yang kembar dengan atasan yang dipakai Erina.
Setelah Sabil duduk di jok belakang bersama Erina, mobil yang dikendarai Pak Ngadiman mulai membelah keramaian jalan ibukota menuju kearah taman Safari. Semua karena permintaan Erina yang ingin kesana berdua saja dengan Sabil
Selama diperjalanan, Sabil menyuapi Erina Nasi goreng Sosis yang sengaja dia siapkan karena tau, gadis kecilnya itu pasti tidak sempat sarapan. Setelah selesai makan Sabil tidak pernah melepas pelukannya kepada Erina begitupun sebaliknya, mereka bernyanyi bersama, bercanda ria bahkan sampai mereka ketiduran sampai akhirnya mereka sampai di Taman Safari
Sabil dan Erina menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan melihat dan memberi makan hewan-hewan yang ada disana, mereka juga beberapa kali berfoto ria, untuk sesaat beban yang beberapa hari dirasakan Sabil terangkat, dia tidak mau memikirkan ketakutannya saat ini yang dia inginkan sekarang adalah menikmati kebersamaannya dengan gadis kecil yang diam-diam sudah mencuri segenap kasih sayangnya
Puas berjalan-jalan disekitar hewan, mereka memutuskan untuk mencari tempat makan karena jam makan siangpun sudah lewat dan mereka belum sempat makan karena terlalu asyik bersenang-senang
Seperti biasa Sabil memilihkan makanan untuk Erina, karena takut ada kandungan kedelai yang bisa membahayakan gadis kecil itu, Erina sendiri tidak keberatan sama sekali, apa lagi terkadang mama Sabilnya itu suka menyuapinya
Usai makan Erina meminta Pak Ngadiman untuk memfotonya dengan Sabil walau sebenarnya sudah banyak sekali foto yang mereka ambil bersama hari ini
Hari menjelang senja, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Namun entah kenapa suasana dimobil kali ini berbeda dengan suasana riang saat mereka berangkat tadi, Erina sibuk memperhatikan fotonya dengan Sabil yang diambil direstoran tadi. Sementara Sabil sendiri sibuk memperhatikan gadis kecilnya yang terlihat murung
"Is everything alright?" tanya Sabil akhirnya karena tidak tahan dengan ekspresi yang keluar dari wajah Erina
Gadis kecil itu menoleh menatap Sabil dalam, Erina mengangkat tangan mungilnya menyusuri wajah orang yang sudah dia anggap sebagai sosok Mama yang selama ini tidak dia miliki, Sabil memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang terasa begitu berarti hingga Entah kenapa dadanya terasa sesak sekali
"Cantik.." lirih Erina membuat Sabil membuka kembali matanya, membalas tatapan gadis kecilnya yang terasa begitu dalam hingga dia serasa tenggelam didalam tatapan itu
"Mama cantik, apa lagi kalau senyum.." Erina kembali membuka suaranya tangannya menarik sudut bibir Sabil hingga terbentuk sebuah lengkungan indah
"Ina mau Mama tersenyum... Apapun yang membuat Mama menangis beberapa hari terakhir ini, Ina mau mulai sekarang Mama melaluinya dengan senyuman yang cantik ini.." ujar Erina lagi, kini suaranya agak bergetar hidung dan matanya memerah
"Ina mau Mama tau... Apapun yang terjadi Ina sayang sama Mama, Selalu dan selamanya.." lanjut gadis kecil itu, dan tangis yang ditahannya pun pecah. Erina menangis melepaskan segala kesesakannya, Dan Sabil yang melihat kesedihan dimata Erinapun ikut menangis
Menyesali dirinya yang terlalu lemah dan beberapa kali menampakkan kesedihannya didepan gadis kecil yang sudah seperti putri kandungnya sendiri. Sehingga kini gadis itu ikut merasakan kesedihannya
Hanya satu yang Sabil tidak tau, bukan kesedihannyalah yamg membuat Erina menangis kesakitan. Tapi karena perjanjiannya dengan Sang Papa, perjanjian yang sejujurnya tidak ingin dia lakukan tapi itulah yang terbaik menurutnya.
🔜🔜🔜🔜
Tbc
Aku up lagi...
Gimana nih Part ini dapet feelnya ga?
Aku nulisnya ngebut biar bisa up hari ini juga soalnya, jadi apa adanya banget 😿😿 blm diedit pula jadi maaf kalo ada typo 👍Comment dan Vote jangan lupa yaa
Love Zat 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Romance*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...