Sebuah mobil toyota Camry baru saja berhenti didepan pekarangan rumah, saat pintu belakang mobil itu langsung terbuka lebar tak lama seorang gadis kecil meloncat keluar dan berlari masuk kedalam rumahnya meninggalkan pintu yang masih terbuka dan seorang gadis dijok depan yang terpekik panik
"Oma.. Opa.. Aunty.. Ina pulangg.." teriaknya heboh membuat ketiga orang yang dipanggil dengan tergopoh-gopoh menghampirinya
"Astaga rusuh banget sih kamu dek!! Aunty kaget tau ga!" omel gadis remaja yang memakai rollan strawberry hanya dirambut panjang sebelah kirinya
"Pelan-pelan dong sayang, nanti Princessnya opa jatuh gimana.." tegur Bryan lembut seraya mengangkat gadis kecil itu kedalam gendongannya dan melangkah kesoffa ruang keluarga. Diikuti Istri dan anak bungsunya
"Jatuh ya bangun lagi lah, Opa.." sahut gadis itu sembari berusaha melepaskan diri dari pangkuan sang Opa
"That's my girl!!" komentar Edgar yang baru saja masuk bersama gadis manis dengan tangan yang penuh paper bag
"Ya ampun! Erina.. Acaranya kan cuma satu hari kenapa beli banyak banget.." semprot Amel yang shock dengan berbelas-belas paper bag ditangan putranya dan Sabil
Erina yang kena semprot malah mendengus sebal lalu menyambar paper bag berwarna pink ditangan Sabil "Ih, oma.. Ina sama mama itu cuma beli 2 gaun.. Papa tuh beli banyak banget karena semua pilihan Mama katanya.." adu gadis itu sembari dengan tidak berdosa membuka bungkusan gaunnya tanpa memperdulikan Sabil yang wajahnya sudah memerah karena malu dan Edgar yang sebal dengan kebocoran lidah sang anak
"Oh jadi ga perlu Mama lagi dong yaa yang beliin pakaian kamu.. Dalemannya beli sekalian ga?" goda Amel mengundang kekehan anak bungsu dan suaminya
"Apa sih Ma, udah ah Edgar mau taro ini dulu.. Elma, tolong bilang Bi Sum siapkan kamar tamu untuk Sabil ya." pinta Edgar sebelum menaiki tangga menuju kamarnya
"Eh, gausah, El... Mba tidur sama Erina aja.." cegah Sabil saat saat Elma ingin beranjak dari soffanya.
"Yeay.. Bobo sama Mama.. Oh ya Oma liat deh aku beli 2 gaun yang couplean sama Mama, kata Papa kami cantik loh.. Iyakan, Ma?" cerocos Erina dengan semangat yang menggebu, keempat orang dewasa dihadapannya hanya mampu ikut bahagia melihat kebahagian gadis itu yang baru dapat mereka nikmati beberapa bulan terakhir ini
Sementara dianak tangga paling atas, seorang pria hanya mampu tersenyum bahagia melihat interaksi keluarganya dengan sang Mahasiswi yang dulu begitu dia tidak anggap karena dikira malas dan tidak bertanggung jawab.
"Ternyata benar, waktu bisa mengubah segalanya, dan saya harap waktu juga bisa merubah statusmu menjadi milik saya, Sal..."
❇❇❇
Seorang gadis manis baru saja akan memasuki gerbang alam mimpi, ketika sebuah tangan besar tiba-tiba merengkuh pinggangnya. Gadis itu hendak bangun namun tenaga dari tangan kekar itu mengunci pergerakannya. Dia juga ga mungkin berteriak karena ada gadis kecil yang tidur disebelahnya
"Ssstt... Bentar aja, Sal... Biar seperti ini sebentar aja.." bisik pemilik lengan kekar tadi yang sialnya terdengar sangat seksi untuk gadis itu. Tubuhnya meremang, susah payah Sabil mengendalikan detak jantungnya dan mengusir setiap kenangan gila yang muncul dalam otaknya
"Kak, duh.. Lepasin dong.. Nanti ada yang liat ga enak..." protes gadis itu sembari berusaha menyingkirkan tangan yang justru makin erat memeluknya
"Bentar aja... Janji hanya peluk, aku ga akan macem-macem... Lagipula udah pada tidur jadi ga ada yang liat.." ujar Edgar dengan suara rendah, baiklah Sabil mungkin bisa menegang kata-kata pria itu tapi masalahnya Sabil tidak percaya dengan dirinya sendiri. Bagaimana kalau sisi jalangnya keluar dan langsung menerkam Edgar
"Aku sudah lama tidak merasakan kenyamanan seperti ini..." ucapan Edgar menghantikan segala pikiran gila dalam dirinya. Memilih membiarkan tangan Edgar merengkuhnya lebih erat
"Sejak kelahiran Erina dan kepergianku untuk melanjutkan study, hubungan pernikahan kami merenggang... Bukan lagi perasaan yang melandasi pernikahan itu melainkan hasrat saling mencari kepuasan.." Pria itu menjeda sejenak, menegakan tubuhnya mencari posisi ternyaman tanpa melepaskan pelukannya
Sementara Sabil, yang agak bingung dengan arah pembicaraan itu memilih diam, mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari bibir er seksi Edgar sembari membelai lembut tangan pria itu yang berada diperutnya
"Aku berulang kali mencoba memperbaiki tapi nyatanya aku gagal mencari kesalahan yang merusak hubungan kami... Rossa semakin jauh dan aku semakin malas mengejarnya.. Kami akhirnya memutuskan untuk berpisah namun tuhan sepertinya tidak mengizinkan, karena saat kami akan melayangkan surat kepengadilan, Rossa kembali mengandung Edo..." Edgar kembali menjeda kalimatnya, menyusupkan hidungnya dipucuk kepala Sabil. Menghirup dalam-dalam aroma lavender yang keluar dari rambut gadisnya itu
"Rossa murka, dia mencoba menghilangkan janin Edo yang baru berusia 7 minggu... Tapi aku tidak setuju, akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Rossa setuju kami menunda perceraian hingga Edo lahir dan setelah itu, Semua hak asuh anak akan berada ditanganku dan dia bebas dari pria mengerikan sepertiku.."
Edgar terkekeh hambar, merasa ada luka dalam yang coba dibuka dosennya itu, Sabil memberanikan diri menggenggam tangan Edgar lalu menarik kedekat bibirnya, memberi kecupan ringan pada punggung tangan itu
"Semua membaik saat usia kandugannya, 4 bulan.. Rossa mulai menyayangi anaknya terlebih saat USG menunjukan bahwa jenis kelamin janin itu laki-laki.. Sesuai dengan harapannya sejak dulu..." suara Edgar mulai bergetar, ada segurat kesakitan yang menikam dadanya. Sesak rasanya bernafaspun terasa berat
"5 bulan... Hanya 5 bulan kebahagiannya.. Rossa... Rossa mempertaruhkan nyawanya untuk putra sorang Edgar yang mengerikan..." Sabil membalik tubuhnya, menarik tubuh tegap itu kedalam dekapannya. Membelai punggung yang bergetar milik dosen temboknya
"Andai... Andai..." Edgar tidak dapat melanjutkan kalimatnya, untuk pertama kalinya pria itu menangis didepan orang lain
"Ssstt... It's not your fault... Ini semua takdir... Kakak sudah melakukan yang terbaik.. Bahkan kakak sudah berhasil menjadi ayah yang kuat untuk Edo dan Erina.." bisik Sabil tanpa melepas pelukan mereka
Dan malam itu, Edgar merasa seperti beban berat yang selama ini terganjal dalam hatinya, terangkat begitu saja. Hatinya terasa seringan kapas.
❇❇❇
Sinar matahari sudah mulai menyinari permukaan bumi, namun sepertinya tidak mampu mengganggu kenyenyakan sepasang anak manusia yang masih terlelap dialam mimpi
Bahkan saat gadis kecil disebelah mereka menggeliatpun mereka tidak terusik sama sekali. Gadis kecil itu, Erina tersenyum senang saat melihat Papa dan Mamanya tidur bersamanya
Dengan hati-hati dia turun dari ranjangnya, takut membangunkan kedua orang yang disayanginya itu. Membuka laci meja belajarnya, mengambil sebuah camera polaroid pemberian Opa saat ulang tahunnya yang ke 6. Lalu dengan mengendap kembali mendekat ke arah ranjang mengambil gambar dari penandangan yang selalu dia impikan, tidur dengan kedua orang tuanya, ya hanya mereka bertiga
Setelah menunggu beberapa saat hasil jepretannyapun keluar, buru-buru dia menaruh cameranya asal dan segera berlari keluar
"Omaaa... Liat deh, Mama bobo dipeluk Papa, kaya Mami sama Papinya Yolla..." pekik Erina diluar kamarnya membuat kedua sejoli yang masih terlelap tadi terlonjak kaget
"Erinaaaaaaa.."
🔜🔜🔜
Tbc
Aku Up lagi...
Mau masuk ke konfliknya tapi kasian sama Erina 😣😣Butuh saran nih gimana enaknya
Vote dan comment yaa
Love Zat 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Romance*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...