Sudah hampir dua minggu hari-hari Sabil diwarnai dengan kehadiran sosok gadis kecil yang selalu menemuinya dikampus, Sabil awalnya hanya ingin menghibur gadis kecil itu karena dua kali bertemu dengan gadis itu, dia merasa ada sesuatu yang tidak biasa sedang dialami Erina
Erina tidak seperti anak seusianya yang terbuka dengan dunia luar, bahkan ia terkesan menutupi ekspresinya sendiri. Pernah suatu hari Sabil dibuat tercengang sebab saat tidak sengaja bertemu dengan salah satu teman kampusnya yang kebetulan membawa anak dikantin kampus, Erina mematung melihat interaksi sepasang Ibu dan anak itu, wajahnya datar tapi Sabil bisa melihat ada kesakitan yang tak bisa dijelaskannya terpancar dari tatapan mata Erina
Belakangan Sabil tau bahwa Ibunya Erina sudah tidak ada, informasi inipun diketahuinya dari Pak Ngadiman-supir keluarga Erina- yang selalu setia mengantarkan gadis kecil itu bertemu dengan Sabil, dari Pak Ngadiman juga dia tau bahwa baru dengan Sabillah, Erina dekat dengan orang luar selain keluarganya. Bahkan hanya dengan dirinya Pak Ngadiman bisa melihat ekspresi bahagia, sedih dan Merajuk yang jelas diwajah mungil itu
Ngomong-ngomong soal ekspresi, Sabil jadi ingat dengan dosen temboknya yang kembali susah ditemui, bahkan setiap hari sudah seperti minum obat Sabil menyambangi ruang dosen sok sibuk itu, dan hasilnya sama saja nihil...
Sabil kembali mendesah pasrah pada nilainya, kalau sampai harus mengulang dia akan mengambil kelas paling sore agar tidak harus mengulang mata kuliah menyebalkan itu lagi
Tringg...
Sebuah notifikasi membuyarkan lamunan Sabil, seutas senyum terbit diwajahnya saat melihat nama 'Pak Ngadiman' tertera dilayar ponselnya. Eh, jangan negative thinking dulu. Walaupun namanya Pak Ngadiman tapi biasanya itu ada hubungannya dengan Erina.
Gadis itu memang sengaja membiarkan nomernya pada Pak Ngadiman karena pernah sekali Erina menunggunya dilobby kampus hingga sore hari padahal dia sedang sakit jadi tidak pergi kuliah, karena Erina tidak memiliki ponsel akhirnya ponsel pak Ngadimanlah satu-satunya alternatif agar Sabil dan Erina bisa berkomunikasi
From : Pak Ngadiman
Maaf mba Sabil mengganggu,, Nona Muda terus bertanya kapan Mba Sabil kembali? Apa akan lama dikampung?
Begitulah isi pesan Pak Ngadiman, sudah dikatakan pasti ada hubungan dengan Erina jika Pak Ngadiman sampai menghubunginya.
Dan, ya.. Sekarang Sabil sedang berada dikota kelahirannya namun bukan kampung halamannya. Empat hari lalu Ayahnya memberi kabar kalo Bundanya sakit dan hari itu juga Sabil, Kak Luna dan Roro keponakannya pulang ke rumah orangtuanya dikota yang berbeda dengan tempatnya kuliah namun hanya memakan waktu 3-4 jam perjalanan
Tangan lentiknya bergerak menari diatas layar datar smartphone-nya, mengetik jawaban untuk Erina yang sedang menunggu kabarnya.
To : Pak Ngadiman
Mungkin lusa saya pulang pak.. Tolong sampaikan pada Erina untuk bersabar ya, Aunty Sabil akan membawakan oleh-oleh untuknya.
Setelah mengetikan pesan balasan Sabil tersenyum membayangkan ekspresi menggemaskan yang keluar dari wajah mungil itu, ah sebentar saja Sabil sudah merindukannya
"Kenalkan pada Bunda kalau memang sudah serius, ga baik lama-lama berpacaran.." suara lembut nan merdu itu mengalun indah masuk kedalam telinga Sabil, sontak saja membuat gadis itu menoleh dengan alis tertaut
"Maksud Bunda?"
"Itu yang kamu hubungi sambil senyum-senyum.. Jarang loh Bunda melihat anak bungsu Bunda ini tersenyum seperti itu.." ucap Bunda sontak saja membuat Sabil tertawa renyah
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Romance*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...