4 hari sebelumnya...
Hari ini Sabil tidak kerumah keluarga Edgar seperti biasa, tadi pagi dia mendapat telpon dari Luna yang memintanya untuk pulang kerumah sang kakak hari ini. Tadi juga dirinya sudah menelpon Erina agar gadis kecil itu tidak menunggunya, untungnya kini Erina sudah mulai dewasa dan mengerti keadaan mereka jadi gadis kecil itu tidak terlalu masalah walau beberapa kali dirinya tinggal, seperti hari ini
Usai membayar ongkos ojek onlinenya, Sabil langsung memasuki pekarangan rumah bergaya minimalis milik kakaknya. Sebenarnya beberapa kali Luna menawarkannya untuk tinggal bersama namun Sabil menolak dengan alasan ingin mandiri dan tidak ingin merepotkan kakaknya itu
Rumah tampak sepi, berkali-kali gadis itu mengetuk pintu rumah namun tidak ada jawaban. Akhirnya dia berinisiatif menelpon kakaknya. Setelah berbicara dengan kakaknya ditelpon Sabil menarik bangku kecil lalu menaikinya untuk mengambil kunci yang ditaruh diventilasi, Luna ternyata sedang belanja dan sebentar lagi akan pulang.
Setelah berhasil membuka pintu dan masuk kedalam rumah kakaknya, Sabil menghempaskan tubuhnya disoffa maroon besar di ruang keluarga sekaligus ruang tamu itu. Tubuhnya sangat lelah hari ini karena tugas yang menumpuk dan jadwal kuliahnya yang padat hari ini
Entah berapa lama dirinya mengistirahatkan tubuh hingga hampir saja memasuki gerbang mimpi, namun suara yang amat dikenal menarik kesadarannya. Sabil langsung berdiri dan berlari kecil kearah pintu
Seketika saja rasa lelahnya hilang, gadis itu berlari keluar dan langsung berhambur memeluk kedua tubuh orang yang sangat dirindukan itu
"Waaaahh, Ayah.. Bunda... Aku kangenn..." pekik gadis itu girang, dia sampai berjingkrak-jingkrak kecil seperti anak kecil. Kedua orang itupun membalas pelukan anak bungsunya tidak kalah erat melepaskan kerinduan karena sudah beberapa bulan tidak bertemu ya, walau mereka intens selalu bertukar kabar lewat Telpon atau Video call
"Duh.. Anak Ayah.. Kalau kangen kenapa ga pulang... Ngarang aja kamu tuh.." cibir Ayahnya bercanda, Sabil melepas pelukannya sembari memamerkan cengiran
"Hehee mau banget pulang.. Tapi yaa tau sendirilah, Yah, berat diongkos.."
Kedua orangtua itu hanya menggelengkan kepalanya, lalu mereka masuk kedalam menyusul Luna dan Roro yang sudah lebih dulu menyelonong masuk. Sabil sempat menyernyit bingung saat mendapati sorang pria tidak dikenal berada dibelakangnya
Namun rasa penasarannya diurungkan setelah sang Bunda berbisik didekat telinganya "Masuk dulu nanti Bunda jelaskan..."
❇❇❇
Sabil bersusah payah tetap menampilkan senyuman diwajahnya sepanjang pembicaraan dirinya, kedua orangtuanya dan Pria yang terakhir dia ketahui Bernama Dimas itu.
Dimas Ariatma, Pria keturunan Jawa Cina itu adalah anak dari Om Arinto dan Tante Fatma tetangga Neneknya sekaligus teman bermain Sang Bunda dulu. Pria itu tergolong tampan dengan mata sipit dan kulit putih bersihnya, tubuh Dimas tidak terlalu besar tidak tergolong kecil juga dan tinggi tubuhnya hampir sama dengan Sabil, hanya lebih beberapa cm
Dan ya... Dimas adalah calon yang disiapkan sang Bunda untuknya, ternyata Bunda menganggap serius ucapannya waktu itu dan sekarang Sabil menyesal mengatakan kalimat itu.
Sabil juga tidak mengerti, dalam dirinya sudah menolak mentah-mentah sejak pertama kali sang Mama mengatakan bahwa Dimas dan dirinya hendak dijodohkan. Namun karena dasar sopan santun dan mengingat hipertensi sang Bunda yang cukup buruk, Sabil memilih diam dan menanggapi seperlunya, namun saat ditanya persetujuannya Sabil hanya mampu mengatakan "semua perlu waktu."
Dimas adalah PNS muda yang bertugaskan dijakarta, usianya 4tahun diatas Sabil, pria itu juga berencana meneruskan studynya dan saat itu sang Bunda langsung heboh menyarankan untuk masuk ke Universitas yang sama dengan Sabil. Sabil? Tentu saja hanya bisa memaksakan senyumnya terlalu bingung harus berkomentar apa
Sementara sang Ayah juga tidak terlalu ikut larut dalam pembicaraan itu, terlalu sibuk dengan Cucunya yang sedang bermanja-manja dipangkuannya
Menjelang malam Luna mengajak mereka makan malam, dan setelah makan Dimas berpamitan untuk pulang. Sepeninggal Dimas, Sabil mencoba menenangkan diri dikamar kakaknya, emosinya tiba-tiba tersulut saat dengan kurang ajarnya pria itu mengusap kepalanya menjalar ke bahu dan terakhir kelengannya, biasa saja mungkin bagi sebagian orang tapi untuknya itu adalah nilai minus, baru beberapa jam kenal saja sudah berani pegang-pegang
"Kenapa lo dek? Dicariin Bunda tuh.." ujar Luna yang baru saja memasuki kamarnya
"Kak Lun, apaan dah ini kenapa tiba-tiba Bunda bawa cowo lenje itu kesini?" cecar Sabil yang masih merasa ganjal dengan kedatangan orangtuanya yang tiba-tiba. Ditambah lagi mereka membawa pria yang tidak dia kenal sebagai calonnya, oh tuhan ya kali
Luna menghela nafasnya, menutup pintu kamarnya lalu duduk diranjang berhadapan dengan Sabil
"Lo, pernah ketemu sama keluarganya Tante Fera?" tanya Luna dengan wajah serius, Sabil menyernyit bingung "Tante Fera istrinya Om Brio?" kata Sabil balik bertanya. Luna mengangguk sebagai jawaban
"Iya, gue ga sengaja ketemu sama Mba Yesa... Terus pernah janjian juga jalan bareng sekali.. Kenapa emang?" ujar Sabil masih bingung dengan arah pembicaraan ini.
"Yesa tau soal Edgar dan Erina?" tanya Luna lagi yang hanya diangguki oleh Sabil
Luna menghembuskan nafas kasar lalu merebahkan setengah tubuh diranjang dan membiarkan kakinya menjuntai dilantai
"Kak kenapa sih? Apa hubungannya coba?" desak Sabil gemas
"Bunda tau soal hubungan lo sama dosen kece itu.. Menurut Ayah, Bunda tau dari tante Fera.. Dan yaa lo bisa tebaklah selanjutnya..." penjelasan Luna membuat Sabil menegang, otaknya berputar cepat menghubungkan setiap kejadian hari ini dan dia tau maksud sang Bunda tiba-tiba datang
Bunda tidak menyetujui hubungan yang memang tidak jelas itu, tapi entah kenapa hatinya terasa sakit bayang-bayang perpisahannya dengan Erina, membayangkan tangisan Erina karena perpisahan itu membuatnya makin ketakutan dan tanpa bisa ditahan aliran cairan bening mulai membasahi pipinya
Luna menatap Iba adiknya yang menangis tanpa suara, dengan cepat dia bangun dan menarik sang adik ke dalam pelukannya. Membiarkan adiknya itu meluapkan semua beban dalam dirinya. Luna tau betapa cintanya Sabil dengan gadis kecil bernama Erina dan dia tau ketakutan apa yang kini melanda adik kesayangannya itu
Apa lagi kenyataan sudah ada perasaan yang mulai tumbuh untuk Edgar, walau Sabil terlalu cuek untuk bisa menyadari perasaannya sendiri tapi Luna bisa melihat perasaan adiknya untuk dosen kece itu, dari binar mata setiap kali sedang membicarakan Edgar.
🔜🔜🔜🔜
Tbc
Aku Sudah Up lagi..
Kita sudah mulai masuk Konflik yaa
Aah aku sebenernya masih bingung gimana endingnya sad or happy, jadi kalo next partnya agak lama maafin yaa
Bisa juga loh kasih pendapat kalian mau Happy atau Sad endingnyaa
So Comment dan Vote yaaa
Love Zat 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Romance*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...