Pria berbadan tegap itu mengambil langkah seribu sesaat setelah keluar dari mobilnya, bahkan dia memarkir asal mobil itu saking tergesa-gesanya, jantungnya berdegup kencang membuat pikirannya makin kalut, dalam hati tak habis-habisnya merapalkan doa agar ketakutannya tidak benar-benar terjadi, berdo'a agar tuhan tidak menghukumnya lebih kejam lagi
Langkah kakinya terasa berat seketika saat melihat seorang wanita paruh baya menangis meraung didekapan pria yang dua jam lalu baru berbincang-bincang dengannya, perasaannya makin gelisah saat mendengar wanita paruh baya itu meraung sembari mengucapkan "Putri kita, Yah... Putri kita.." berulang-ulang.
Kakinya berhenti lima meter dibelakang sepasang paruh baya itu, menyiapkan hati dan dirinya untuk kemungkinan terburuk hingga getaran ponsel disaku celana menarik perhatiannya. Tanpa melihat siapa yang menelpon pria itu langsung mendekatkan benda pipih kesayangannya ketelinga
"Ya.."
"................"
"Edgar belum tau, Ma... Tolong bawa anak-anak kehotel dulu... Nanti Edgar kabarin lagi kalau sudah dapat kabar..."
Tanpa mau menunggu lama lagi pria itu menutup sambungan telpon dan kembali menaruh ponselnya kedalam saku celana, dengan langkah pelan Edgar menghampiri Satrio dan Ayu sambil berharap ini semua mimpi dan dia akan segera terbangun dikamar hotelnya
Tapi lagi-lagi kenyataan pahit harus diterimanya saat sebuah brankar pasien keluar dari ruang IGD entah hendak kemana namun satu yang pasti, wanitanya.. Mahasiswi yang biasa menampilkan senyuman menawan hingga mampu menjadi penguasa hatinya itu terbaring lemah tak berdaya diatas brankar, perban yang ada di kepala dan kakinya masih tampak mengeluarkan darah segar
Seketika tubuhnya terasa bagaikan Jelly, badan tegap itu luluh ke dinginnya lantai rumah sakit dengan airmata sudah membasahi wajahnya, Edgar menangis begitu pilu. Dia tidak mampu menahan dirinya sendiri
Suara tangisan Edgar merambat ketelinga sepasang suami istri paruh baya yang masih berpelukan di depan ruang IGD, keduanya menoleh kearah pria itu dan saling bertatapan. Satrio membantu Istrinya berdiri lalu menuntunnya untuk duduk dikursi besi yang disediakan pihak rumah sakit, lalu Satrio melangkah kearah Edgar dan melakukan hal yang sama seperti pada Istrinya
"Kamu harus kuat, Sabil membutuhkanmu..." bisik Satrio berusaha memberi kekuatan pada Edgar setelah pria muda itu duduk dikursi besi yang sejajar dengan Ayu, Pria itu hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Setelah mendapat kekuatannya kembali Edgar bangkit dan berpamitan pada kedua orangtua Sabil.
Hatinya terlalu resah jika hanya berdiam diri menunggu kabar hasil kerja dari dokter-dokter yang menangani Sabil, Edgar perlu menenangkan hatinya dan memohon keajaiban kepada sang pencipta untuk menyelamatkan wanitanya, pria itu belum siap jika harus benar-benar kehilangan Sabil dengan cara seperti ini
Setelah menunaikan ibadah wajibnya dan menenangkan hatinya. Edgar menghubungi Mamanya, meminta agar membawa Erina dan Edo kerumah sakit, entah kenapa Edgar merasa dengan keberadaan anak-anak yang dia tau sangat dicintai Sabil mungkin bisa menambah motivasi gadis itu untuk berjuang hidup
Tak habis-habisnya Edgar merapalkan doa, bahkan memohon ampun agar tuhan tidak menghukumnya dengan mengambil kembali kebahagiaannya, Karena jika tanpa Sabilnya mungkin Edgar akan kehilangan arah
❇❇❇
Ayu terus menangis dipelukan sang suami, meratapi keputusan tuhan yang menyakitkan baginya. Berkali-kali bahkan wanita paruh baya itu pingsan hingga harus mendapat tindakan medis. Edgar tak kalah kacaunya pria itu juga terpukul walau tidak sedalam Ayu dan Satrio, Edgar hanya mampu duduk terdiam dikursi besi ruang tunggu. Tatapannya kosong, siapapun yang melihat bisa tau betapa menderitanya pria itu
Tepukan ringan di bahunya membuat kesadaran Edgar sedikit pulih, pria itu menoleh memandang sang Papa yang mengisyaratkan untuk mengikuti langkahnya, Edgar mengikuti Bryan dalam diam menuju salah satu kamar rawat yang kini dihuni oleh Ayu.
Kedua pria itu menatap nanar, Ayu yang masih terisak dalam dekapan suaminya. Walau tidak sehisteris seperti saat berita menyakitkan itu hadir namun masih terlihat jelas rasa terpukul, kesedihan, ketakutan dan kehilangan yang dia alami
"Mas Sat... Kami sudah menyiapkan pemakaman dan Istri saya beserta para tetangga sudah mengurus semua keperluan untuk pengajian. Maaf saya lancang tapi rasanya lebih cepat kita melakukan pemakaman akan lebih baik.." ujar Bryan berusaha untuk tidak memancing emosi Ayu ataupun Satrio, dia tau benar saat-saat ini adalah saat paling renta tersulut emosi, kesedihan karena rasa kehilangan membuat seseorang jadi lebih sensitif
Satrio menoleh kearah Bryan dan Edgar sebentar lalu mengurai pelukan Istrinya, menatap dalam sang istri berusaha meyakinkan Ayu bahwa ini hal terbaik yang bisa mereka lakukan, manusia memang punya keinginan namun Tuhanlah yang memutuskan segalanya. Akhirnya Ayu mengangguk pelan, menandakan bahwa dia menyetujui pemakaman putrinya segera dilaksanakan
"Terimakasih untuk segala bantuannya, Pak Bryan.. Kita akan melakukan pemakaman besok siang.." ujar Satrio dengan nada kehilangan yang sangat ketara, Bryan mengangguk mengerti lalu menepuk punggung Edgar pelan berusaha memberikan kekuatan untuk sang putra sebelum akhirnya keluar ruangan itu
Sepeninggal Bryan suasana hening menyelimuti, Edgar masih kalut dengan pemikirannya sendiri memilih diam sejenak mencari kalimat yang tepat atau setidaknya memperoleh ketenangan
"Bisa kamu dan anak-anak berada disisi Sabil selama acara pemakaman? Setidaknya agar dia merasakan keberadaan kalian bersamanya..." suara lirih namun tegas itu membuat Edgar mendongak tidak percaya, pasalnya bukan Satrio yang mengatakan itu tapi Ayu, wanita angun tapi menyeramkan yang entah bagaimana menjadi orang pertama yang mampu membuat seorang Edgar merasa terintimidasi
"Baik, Bu.. Besok kami akan selalu berada di sisi Sabil..." janji Edgar mantap, Ayu mengangguk samar lalu merebahkan tubuhnya di brankar.
Hal yang wanita paruh baya itu lakukan selanjutnya adalah mengistirahatkan tubuh tuanya untuk menghadapi hari esok yang bagaikan mimpi buruk, mimpi buruk karena harus mengantarkan putri kandungnya ketempat peristirahatan terakhir.
🔜🔜🔜🔜
Tbc
Aku sudah Up lagi...
Karena hari ini aku libur jadi mungkin bisa double up...
Tapi ga janji yaa... Semua tergantung kalian hohohoo
Jadi jangan lupa vote dan Commentnya yaaa
Love Zat 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Student (The End)
Romance*Dilarang keras mengcopy atau menggandakan cerita ini dalam bentuk apapun tanpa seizin Author* Dia bukan siapa-siapa yang diubah waktu menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anak Gue dan Waktu makin mengubahnya menjadi sulit untuk gue lepaskan k...