22

33.2K 1.6K 5
                                    

Hari demi hari Edgar lewati dengan suka cita, sejak persembahan puisi dari Erina untuk dirinya hingga berakhir dengan peristiwa 'Pemukulan Tembok' tiga minggu yang lalu, sikap Edgar dirumah berubah sedikit demi sedikit. Pria itu kini sering membantu memandikan Edo, menyuapi anak-anaknya bahkan dia lebih sering meluangkan waktu untuk bermain bersama kedua buah hatinya

Begitupun hubungannya dengan Sabil, walau belum ada peningkatan namun setidaknya ada gadis itu dalam hidupnya membuat ayah dua anak itu merasa lengkap. Hampir tiap hari Sabil meluangkan waktunya untuk mengunjungi Erina meski tidak pernah lagi menginap seperti dulu. Untungnya gadis kecil itu mengerti dan perlahan mulai lepas dari ketergantungannya pada Sabil

Seperti hari Rabu yang sudah-sudah, kini Edgar menunggu Sabil diparkiran kampus untuk pulang bersama karena hanya hari rabulah jadwal Edgar bisa pulang bersamaan dengan jadwal pulang kuliah mahasiswinya itu

Setelah 20 menit menunggu akhirnya yang ditunggu datang juga, dengan topi, kupluk dan masker yang menutupi wajahnya, Sabil memasuki toyota Camry milik Edgar. Ya walau hubungan mereka membaik, namun mereka tidak ingin satupun warga kampus mengetahuinya

Begitu Sabil duduk manis disampingnya, pria itu mulai memacu kendaraannya meninggalkan area kampus. Suasana hening menyelimuti perjalanan tidak seperti biasanya yang selalu mengoceh, kini Sabil lebih banyak diam.

Bukan cuma hari ini sebenarnya, sejak 3hari lalu Edgar sudah merasakan perubahan Sabil namun dia memilih diam membiarkan gadis itu tenang dan mengatakan sendiri alasan perubahannya. Edgar tidak ingin Sabil merasa tidak nyaman karena pertanyaannya

"Kamu sudah makan? Mama dan Bi Sum ga ada lagi bantu masak di rumah adiknya Mama... Kita beli makanan dulu untuk Elma dan Erina sekalian ya.." ucap Edgar mencoba memecah keheningan

"..........." Gadis yang sedang menatap jauh ke luar jendela, keningnya dia tempelkan dikaca mobil itu tidak menanggapi omongan Edgar, Seolah raganya memang disini namun pikirannya terbang entah kemana

"Sal..." panggil Edgar lembut tangan kirinya terulur mengusap lembut tangan Sabil. Membuat gadis itu terperanjat kaget

"Kamu lagi banyak pikiran ya? Sampe ga denger omongan aku gitu.." tanya Edgar hati-hati, tidak mau Sabil merasa sedang di introgasi

Sabil menegakan tubuhnya, menyelipkan helaian rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinga seraya menoleh dan melempar senyum tipis kearah Edgar, namun terlihat jelas senyum itu senyum yang dipaksakan

"Ah, maaf aku lagi kepikiran tugas.. Tadi kakak bilang apa?"

Edgar melirik sejenak tangannya dia angkat untuk membelai pucuk kepala Sabil seraya tersenyum tipis

"Aku bilang kita mau makan apa? Soalnya Mama dan Bi Sum ga ada... Kita beli makanan aja sekalian untuk Elma dan Anak-anak.."

Sabil berpikir sejenak, lalu merogoh tasnya mencari benda pipih kesayangannya. Gadis itu memainkan ponselnya sejenak sebelum akhirnya memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan aplikasi Map kepada Edgar

"Makanan disini enak-enak.. Kesana aja yaa... Erina suka Sop Buntutnya.." kata Sabil semangat seolah dia melupakan beban yang sedang menggelayut dipikirannya

Edgar manggut-manggut dan mulai mengarahkan kendaraannya menuju jalan yang ditunjukan oleh aplikasi map milik Sabil.

❇❇❇

Aneh. Satu kata itu yang menggambarkan sikap Sabil kini, Edgar sebisa mungkin mengabaikan perasaan itu tapi tidak bisa. Dia tau ada sesuatu yang terjadi pada mahasiswinya itu namun tidak ada yang bisa dia lakukan.

Semua itu membuatnya kebingungan, ingin bertanyapun rasanya lidahnya kelu, Edgar takut membuat Sabil tidak nyaman dan sebenarnya ada sedikit dihatinya takut mengetahui alasan gadis itu, takut perubahan itu karenanya atau menyangkut tentang dirinya

Jadi yang bisa dilakukan Edgar saat ini hanya memperhatikan Sabil yang sesang memangku Erina, gadis kecilnya itu sedang asyik memainkan games di ponsel Sabil tidak merasa terganggu sama sekali padahal sedari tadi wanita yang dianggapnya Mama itu memeluknya erat dan berkali-kali mendaratkan kecupan dipipinya

Edgar masih sibuk memperhatikan Sabil sembari menggendong Edo, saat Elma mencolek bahunya dari belakang dan mengkodekan untuk mengikutinya. Seolah ingin mengajaknya bicara namun tidak didekat Sabil, tentu saja pria itu menurut. Dia menaruh Edo yang sudah pulas tertidur disoffa lalu mengikuti Elma melangkah kearah taman belakang rumahnya

"Mas, ngerasa Mba Sabil aneh ga?" tanya Elma to the point, Edgar mengangkat sebelah alisnya lalu berjalan gagah dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celana pendeknya ke arah bangku taman lalu mendudukan bokongnya dibangku itu

"Ih Mas... Ngerasa ga?" desak Elma sembari ikut duduk disamping sang Kakak

"Aneh gimana maksud kamu?"

"Ya aneh, Mba Sabil emang keliatan sayang sama Erina dari dulu... Tapi sekarang kok aku ngerasanya berlebihan ya... Dia kayak ga mau lepas dari Erina gitu, terus aku beberapa kali dari kemarin-kemarin ngeliat dia meluk Erina sambil berlinang air mata gitu... Aneh ga sih?" tubuh Edgar menegang saat mendengar penjelasan Elma, pria itu bangun lalu berjalan mondar mandir sembari memegang kepalanya

Kalut, otaknya sungguh kalut saat ini. Ketakutan menjalar dihatinya untuk sesaat Edgar merasa Sabil akan meninggalkannya, Meninggalkan anak-anaknya, dan itu membuatnya ketakutan.

🔜🔜🔜🔜

Tbc

Aku sudah up..

Maaf ya part kali ini lebih pendek. sebenernya aku udah mau nulis dari tadi siang biar bisa up cepet, cuma ternyata Wattpad error..

Alhasil ide yang tadi udah bersarang dikepalaku mabur begitu saja hiks

Jadi segini dulu yaa besok aku usahain Up lagi deh

So, jangan Lupa Vote dan Comment yaa biar aku semangat hehehe

Love Zat 💙

My Gorgeous Student (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang