4 // london //

454 68 8
                                    

"Astaga, aku tidak buang air sama sekali di pesawat!" teriakku kegirangan, "what a recor!"

"Dumbitch."

Aku mendengarmu, Styles. Kata kasar seperti itu contohnya sudah bukan hal asing lagi yang sehari-hari kudengar. Begitu pun sebaliknya baginya. Seusai lega membuang air, aku langsung menuju kamar utama di lantai dasar untuk merebahkan diri. Jetlag? Terkadang. Pesawat seakan sudah menjadi rumah kedua bagiku semenjak menikah dengannya.

"Mereka akan kemari." Harry memasuki ruangan yang kusinggahi, bahkan aku berharap dia tidur di kamar atas. "Siapkan sesuatu untuk—"

"Bitch, shut up! Aku tidak peduli dengan siapapun orang yang kamu maksud termasuk dirimu juga, jadi kumohon keluarlah dan biarkan wanita tapi bukan wanitamu ini tidur sendiri. Selamat malam."

"Tapi diriku tidak bisa keluar jika sendirian dan kau memintaku untuk meninggalkanmu tidur sendiri, bagaimana caranya aku bisa keluar di dalammu?"

Apa? Apa-apaan dia?! Benar-benar mulut biadab. Tuhan, izinkan aku untuk melakukan kekerasan sekali ini saja dalam rumah tanggaku. Tangan ini sudah gatal ingin merobek mulutnya. Jadi, kuputuskan untuk meninggalkan ruangan dengan cepat tak lupa menguncinya dari luar. Dia berteriak memohon untuk dibukakan. Rasakan itu, Sialan.

Omong-omong perutku lapar. Lihat apa yang aku temukan setelah mengoyak freezer yang sudah lama tidak disentuh, menghancurkan tatanannya, bakso ikan cepat saji. Bahkan aku lupa jika tidak memiliki stok susu di rumah ini.

Aku menjerit panjang, terkesiap, dan meloncat-loncat begitu merasakan seseorang memelukku dari belakang.

"Astaga, baru dipeluk saja sudah seperti ini, apalagi jika nanti aku di dalammu."

Tanganku mendarat di pipi mulusnya, meninggalkan cap lima jari berwarna merah. "Jangan sentuh aku!"

"Itu sakit, Steph," ringisnya. "Kamu adalah Penyekap Paling Bodoh Sedunia."

"Ya, beruntung aku tidak mengunci jendela kamarnya juga. Kau mau mati kelaparan?" ujarku seraya melanjutkan kegiatanku. Beruntung pisau yang kupegang tadi tidak ikut tertancap di pipinya.

"Kamu masak apa, Kerdil?"

Dia memang memanggilku seperti itu, karena mantan kekasihnya banyak yang jauh lebih tinggi dariku. "Jaga ucapanmu, Keriting, jika dirimu tidak ingin aku memasakkanmu babi."

"Baiklah, baik, kamu akan ikut denganku besok dan lusa, omong-omong."

Bukankah aku memang selalu mengikuti bokongnya?

Kuputuskan untuk mempercepat kerjaku supaya tidak mendengar ocehannya yang tiada guna. Kami makan dengan cepat dan di selimuti oleh kebisuan selama itu lalu pergi ke kamar setelah membersihkan diri masing-masing. Kali ini kami berada di satu ranjang.

☆☆☆

Di pagi harinya aku pergi ke gym. Harry tidak ikut denganku.
Robert menemaniku—dia bodyguard sekaligus supir kepercayaannya dan aku—berjaga untuk menghindari macan liar di sekitarku nanti. Ya, bahkan aku agak sering mendapat cakaran para macan liar tersebut.

Waktu berjalan tiga kali lebih cepat saat Hidung Besar itu tidak bersamaku. Sekarang hampir pukul setengah sebelas di sini, haruskah aku pulang kendati diriku masih betah berlama-lama tanpanya?

Oke, aku mengayunkan kakiku ke pintu keluar, Rob membukanya untukku—oh, tidak setelah sekarang adalah mimpi buruk. Beberapa meter tak jauh dari mobilku ada 3 macan yang kuyakini sedang mencegat. Ya Tuhan, seharusnya aku tahu jika tidur seranjang dengan idola mereka adalah hal haram. Kakiku memelan seiring mereka berjalan ke arahku dan juga Rob.

"Oh my God, I'm shaking!" kata macan berbaju biru.

"Stephanie, omg I love you. May we take a picture please?" kata macan yang berkaca mata hitam dengan outter biru dongker tersenyum histeris padaku.

Aku menuruti mereka. Dua macan itu bergiliran memotretku dengan salah satunya sedangkan sisanya menangis. Entah naluri dari mana aku memberanikan diri untuk memeluknya yang sedang menangis. "Don't cry, oh my God!"

Dia membalas sangat erat, "I love you so much," ujarnya terisak. "You are so cute."

"Thank you."

Ah, mereka yang termanis yang pernah aku jumpai. Bagaimana bisa? Mereka pergi begitu saja setelah mengucap terima kasih dan kata cinta sewajarnya tanpa bertanya sedikitpun tentang Harry, seakan mereka penggemarku bukan penggemarnya. Aku turut senang dan bangga.

"Rob, bukankah tadi menakjubkan?!"

"Ya," katanya berbelok ke arah tikungan. "Sungguh kejadian langka, aku paham maksudmu."

Jadi, aku menganggap mereka singa betina jinak, bukan macan liar lagi. Harry tidak akan percaya jika aku menceritakan apa yang telah aku lalui pagi ini, bayanganku tergambar justru ia sangat ingin aku diguyur tepung seperti layaknya pengalaman Kim Kardashian di red carpet.


♡♡♡

I know dis chapt is boring asf but don't forget to leave your vomment(s) bellow loves💕

-tysm

THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang