10 // rain, rain, go away //

299 63 2
                                        

Aku memutuskan untuk membeli kebutuhan bulanan sendiri. Sangat mengejutkan, tidak ada bahan makanan sedikit pun yang tersisa di penthousenya. Seperti yang Harry katakan, ia membawa mobil dan Kendrick bersamanya, jadi aku memutuskan untuk menaiki taxi. Beruntung supir taxi ini tidak mengenaliku. Aku jadi bisa bernafas lega.

Perutku mengintrupsi diriku untuk pergi ke restoran Jepang favoritku di tengah kota. Aku sangat lapar, mengingat hanya memakan satu roti bakar dan segelas kopi di bandara. Dan saat ini aku juga sadar ada yang memotretku diam-diam dengan ponselnya. Bukan berarti dia penggemar, bisa jadi dia haters yang selalu memberi komentar jahat di akun Instagram milikku.

Tidak sadar aku memutar mataku dan berusaha mengacuhkannya yang berbisik-bisik dengan teman semejanya. Mengalihkan perhatianku pada makanan yang baru saja diantar oleh pelayan. Aku mengucapkan terima kasih pada pelayan itu dan makan dengan khitmat.

Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Aku memakai kaca mata hitam agar orang sekitar tidak menyadari keberadaan istri dari Harry Styles di dekatnya. Lagi pula supermarket tidak terlalu jauh dari restoran Jepang yang sempat aku singgahi tadi.

5 menit kemudian, aku sampai. Tidak perlu waktu lama untuk memilih apa yang akan dibeli karena status yang menyebalkan dari Harry. Dulu aku adalah tipikal orang yang lama memilih dalam belanja; memastikan mana yang terbaik; mengelilingi setiap sudut supermarket namun sekarang semuanya berubah drastis.

Seluruhnya aku bayar di kasir, tidak lupa untuk membeli tas belanja cinta lingkungan karena kecerobohanku yang lupa membawanya. Aku berjalan keluar sambil memainkan ponsel namun, oh—sialan! Hujan lebat mengguyur London sore. Aku juga lupa membawa payung. Semua orang meneduh di lobby supermarket untuk menunggu jemputan. Sedangkan aku, siapa yang akan menjemputku? Aku rasa Harry akan pulang pada jam makan malam.

Aku mencoba untuk memesan di aplikasi taxi online, tetapi semua menolak karena hujan lebat. Aku mendengus pasrah ikut bergabung bersama mereka yang menunggu, bedanya aku menunggu keajaiban hujan reda sedangkan mereka menunggu jemputan.

Samar-samar aku mendengar keluhan orang-orang tentang orderan taxi online mereka yang ditolak. Tuhan, ternyata bukan aku saja. Oke, diriku tidak boleh terlalu banyak mengeluh. Ini salahku sendiri tidak pernah meminta daftar kontak supir Harry. Dan bodohnya, aku tidak pernah ingin tahu hingga saat ini yang membuatku berubah pikiran.

Hanya saja, yang aku cemaskan sekarang ialah semoga orang-orang tidak menyadari keberadaanku. Aku tidak sanggup diserang seorang diri dengan kantung belanjaan berat seperti ini, biasanya Robert akan melindungiku.

Ah, ya, Robert!

Mengapa aku tidak mencoba menghubunginya? Tetapi lagi-lagi sesuatu menamparku kembali pada kenyataan, akan memakan waktu sangat lama dan itulah alasan Harry menggunakan Kendrick ketimbang Robert. Aku berada di kawasan penthouse-nya bukan rumahnya.

"Rain, rain, go away. Come again another day. Little Stephie wants to play. Rain, rain, go away."

Tidak sadar diriku menyanyi. Itu lagu yang sering diputar Michelle di YouTube. Rasanya ingin menangis saja. Aku ingin pulang namun hujan tak kunjung reda.

"Hey, permisi, apakah kamu Stephanie Styles?"

Deg.

Secara otomatis aku menoleh ke sampingku, mendapati 2 remaja perempuan dibalut dengan sweater yang bukan sembarang sweater. Itu merchandise Harry. Sialan, kepalan tanganku mengerat pada tas belanjaan yang kubawa.

"Yeah?" jawabku yang malah terdengar seperti pertanyaan.

Mereka saling menatap dengan mata yang hampir lepas dari kelopaknya. Remaja yang satu lagi memekik girang, berusaha meredam sebuah teriakan. Aku tahu.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kami boleh berfoto bersamamu?"

Aku melirik sekitar yang lumayan terfokus pada hujan dan ponsel masing-masing. "Tentu. Tapi aku mohon, jika kalian ingin memposting ke media sosial, jangan sekarang. Aku sangat memohon pada kalian."

Sialan. Mengapa pula aku memelas sampai terdengar ingin menangis? Semoga mereka bukan salah satu dari Macan Liar Harry. Dan semoga mereka tidak menyadarinya berkat kacamata hitam yang kukenakan.

"Baiklah. Kamu tidak perlu memohon seperti itu, Steph. Kami merasa sangat buruk."

"Hey, tidak, bukan, maksudku... maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk membuat kalian merasa buruk." Tanganku melebar untuk memeluk keduanya. Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Apa aku benar-benar kelewatan? "Ayo, kita foto!"

Kami benar-benar berfoto setelahnya, dengan mereka yang bergiliran memotret. Mungkin setelah ini aku harus berlatih untuk mengontrol panik. Mereka sungguh sangat baik.

"Apakah Harry baik-baik saja?" tanya si berponi yang menyapaku terlebih dahulu.

"Ya, dia sangat baik."

"You called yourself 'Stephie' is the  cutest thing ever." kata yang satunya.

Jadi mereka mendengarku menyanyi? Batinku meringsut ke dalam selimut malu. "Kalian menyadari keberadaanku karena nyanyianku? Astaga, ini sangat memalukan." Aku benar-benar terkikih malu mengucapkannya.

Mereka ikut terkikih, "kamu menggemaskan, Steph. Oh iya, kami menggunakan merchandise Harry." salah satunya berputar memamerkannya padaku. "Kami tidak menyesal membelinya dengan harga mahal. Ini nyaman."

"Ya, aku tahu itu. Aku juga punya satu di rumah." Mereka sangat hangat. Menunggu hujan bersama mereka menjadi kegiatan yang tidak membosankan lagi. Sering kali, aku terkikih atas pengakuan mereka yang dulu memang ikut membenciku seperti penggemar lainnya. Jujurnya sangat brutal dan aku suka itu. "Hujan mulai reda, kalian tidak pulang?"

"Sesungguhnya, kami belum masuk ke dalam supermarket." Mereka terkikih. "Kamu akan pulang?"

Mataku kembali melirik sekitar yang mulai berpencar pulang, mengeluarkan payung mereka masing-masing. Aku rasa ini saat yang tepat. "Ya, dengan begitu kalian bisa berbelanja." Aku tersenyum.

"Sangat berat memgucapkan selamat tinggal padamu. Apa kamu akan ikut Harry tour mengelilingi dunia?"

"Kita lihat saja, mungkin aku akan sibuk menyiapkan project yang akan datang." Hampir saja mulut ini keceplosan membeberkan usahaku sendiri. Gadis batinku seakan ingin melempar sebuah meja besar pada kepalaku.

"Project?"

Aku mengangguk santai—berusaha untuk terlihat santai.

"Baiklah, Steph. Aku harap aku akan melihatmu di Eventim Apollo hari pertama saat Harry konser. Kami berada di barisan depan!"

"Ya, boleh kami menitipkan sesuatu untuk Harry?"

Ia memberiku amplop, tanganku terulur untuk menerimanya. Sungguh pertemuan yang berkesan. Harry tidak akan pernah mempercayai apa yang aku lalui hari ini. Mereka berdua menghujaniku pelukan sebelum aku melangkahkan kaki pulang.

💘💘

THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang