28 // love is at risk //

228 29 14
                                        

Aku bergeming di ambang pintu kamar hotel. Tidak percaya akan pemandangan yang aku lihat. Thomas langsung pergi ke rumah sakit untuk menengok Ibu selepas sarapan bersama kami. Belum lagi kalimat 'cinta itu beresiko' yang terus terngiang di kepalaku beberapa saat lalu, sekarang aku tidak ingin menerima kejutan lainnya.

Sumpah, satu pun masalah belum terselesaikan. Kuharap ini bukan yang baru. Dadaku agak sesak ditemani perasaan jengkel dan geli menerima suguhan panorama langka di hadapanku.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" kataku sangat-sangat terkejut.

Pasalnya, di sepanjang pagiku dengan Thomas, ia tidak membahas tentang  kehadiran keluarganya di kota (jika aku benar). Seingatku perempuan pirang itu Cher, istri Thomas. Dan pemuda kecil di samping Harry aku asumsikan sebagai Jerome. Memangnya siapa lagi? Mulutku terbuka lebar sekarang. Dalam tanda kutip aku sudah menyebut tidak menyukai Cher apalagi situasi ini.

"Kamu sudah kembali?" tanya Harry. Ia bangkit menghampiriku, membuatku tersadar akan pintu di balik punggungku yang belum aku tutup. "Dimana Thomas?"

Semua ini sangat konyol. Aku menutup pintunya, "apa kehadirannya termasuk dalam rencana kalian? Demi Tuhan, Cher tidak banyak berpartisipasi dalam kehidupanku, Harry. Menambah pusingku saja!" ujarku kesal, memandangi Harry dan wanita tua itu bergantian. Lalu tak sengaja menangkap tatapan gugup pemuda kecil yang masih duduk di sofa. Bahunya membungkuk saat ia menciut.

 Bahunya membungkuk saat ia menciut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghela napas. "Hai, apa kabar, Cher?" bisikku sesal.

Amarah yang masih berkelebat berusaha aku redamkan. Aku siap menantang siapa pun tapi tidak di hadapan anak kecil. Tidak seharusnya aku bersikap kasar. Suasana berubah canggung.

Cher mengerjapkan mata, "yah... beginilah. Aku harap kamu sudah merasa lebih baik sekarang." jawabnya.

Wajar sekali. Aku paham perkataannya. Ia sudah tahu banyak tentang apa yang menimpaku. Semoga kehadirannya yang tidak aku inginkan juga termasuk.

"Kamu Jerome? Bukan begitu?" tanyaku menghampiri pemuda kecil itu di sofa. Mengulurkan kantung makanan yang aku bawa dari restoran. "Ini ada choux untukmu. Aku tidak tahu kamu mampir bersama Ibumu, tahu begitu aku akan beli banyak."

Tadinya pastry itu ingin kuberikan pada Harry. Tapi sudahlah, itu tidak penting lagi, ia tidak akan keberatan. Aku duduk di tempat yang sebelumnya diduduki Harry bersamaan dengan ucapan terima kasih dari mulut Jerome.

"Sama-sama. Berapa umurmu?"

"Sebelas." ujarnya malu-malu.

Masuk akal, pikirku murung. Cukup lama setelah Ayah meninggalkanku. "Wah, kelas lima, ya?"

Jerome mengangguk.

Aku mengalihkan pandangan darinya ke Cher. "Kalian sudah lama tiba?"

"Mm, lumayan."

THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang