#7 . Peran Ayah

1.3K 123 3
                                    

S: Peran Ayah untuk keluarga sepertinya sangat besar ya, Ted.

Ted: Contohnya?

S: Peran Ayah kan mencari nafkah ya. Sejak aku mulai mengerti bahwa keperluan rumah tangga itu sangat banyak, aku masih nggak habis pikir bagaimana kerja keras Ayah untuk memenuhi semua kebutuhan itu.

Ted: Kesannya sepele ya, S. Tinggal bayar listrik. Tinggal bayar air. Tinggal belanja bulanan. Tinggal bayar cicilan ini itu. Tapi kalau ditotal, jumlahnya bisa jadi berlebih dari pendapatan Ayah per bulan. Bisa selalu lebih besar pasak daripada tiang.

S: Iya, betul. Apalagi kalau punya banyak anak, keperluan sekolah, tabungan untuk masa depan juga. Dan aku menyesal sekarang.

Ted: Menyesal untuk apa?

S: Dulu nggak pernah menanyakan hal ini ke Ayah. Sekarang terlambat.

Ted: Makanya laki-laki harus pintar mencari istri yang bukan hanya berkepribadian baik, tapi juga mampu mengatur keuangan keluarga. Pendapatan mau sebanyak apa pun, kalau pengeluaran selalu lebih banyak, tentunya nggak akan pernah cukup.

S: Tapi, Ted, selalu ada saja pengeluaran-pengeluaran mendadak yang nggak pernah diduga-duga. Misal listrik di rumah ada gangguan, atau perabot rumah ada yang rusak, entah bisa diservis atau harus beli baru, kan tetap butuh dana.

Ted: Ini juga penting. Bagaimana kita dan pasangan kita bisa merawat barang dengan sebaik-baiknya. Beli yang perlu-perlu saja. Sisanya bisa ditabung untuk keperluan mendadak kan?

S: Yap. Dulu, Ibu asuhku bilang, "Kamu boleh makan enak, S. Tapi jangan setiap hari. Pemborosan namanya. Sebulan makan enak sekali atau dua kali saja cukup. Sisanya makan warteg nggak masalah, kan?" Sepertinya aku mulai paham nasihat beliau.

Ted: Dan kurangin ngemil, S. Keluar sekian jajan ini itu walau sedikit tapi berkontinu, totalnya jadi besar juga.

S: Iya, harus belajar lebih hemat.

Ted: Oia, selain Ayah, peran Ibu di rumah juga sangat besar loh, S.

S: Tentang kesabarannya. Tentang curahan kasih sayangnya. Tentang ketulusannya. Tentang hangat pelukannya. Tentang damai senyumannya. Tentang ketegasannya. Tentang kepatuhannya kepada suami. Tentang apalagi ya, Ted?

Ted: Banyak sekali. Intinya Ayah dan Ibu harus saling bersinergi menjadi sebaik-baiknya contoh di rumah. Bukan sebagai pengeja atau pembaca aturan-aturan tentang hidup. Tetapi langsung mempraktikkannya agar dicontoh dengan baik sama anak-anaknya.

S: Menjadi orang dewasa itu tugasnya banyak ya, Ted. Kalau nggak kuat bagaimana?

Ted: Kenapa harus merasa nggak kuat? Kan punya Tuhan. Kita di sini hanya menjalankan peran. Dunia kan katanya panggung sandiwara hehe.

S: Jangan lupa bersyukur dan bersedekah kan, Ted?

Ted: Boleh hemat asal jangan pelit hehe. Prioritas sih yang penting, S.

S: Yap. Masih harus banyak belajar tentang ini. Thanks ya, Ted. Untuk kesekian kalinya kamu paling jago jadi teman diskusi tentang hidup.

Ted: Kembali kasih :)

***

Temu Wicara #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang