#32 . Logika - Kekhawatiran - Kata Hati

708 78 5
                                    

S: Ted.

Ted: Iya?

S: ...

Ted: Hey, kenapa? Mukamu kusut begitu.

S: Ekspresi mukaku nggak pernah bisa bohong ya. Menyebalkan.

Ted: Berbohong memang nggak boleh, S. Mukamu jujur. Bagus itu.

S: Mmmm.

Ted: Pasti isi kepala dan kata hati kamu sedang bertengkar lagi ya?

S: Yaa semacam itu.

Ted: Ada apa? Belakangan kamu menghilang. Lagi sibuk?

S: Sibuk merapikan ruang. Terlalu lama aku tinggalin, Ted. Sekalinya ada yang bertamu, atmosfernya jadi sensitif. Aku pikir, aku akan baik-baik saja. Sudah terlalu lama aku nggak menerima tamu, jadi agak canggung.

Ted: Sepertinya aku paham.

S: I know. Untuk setiap pesan tersiratku kan kamu paling jago mengartikan semuanya, bahkan sampai ke akar-akarnya.

Ted: Agak rumit sih untuk hal ini, menurutku yaaa.

S: Memang rumit kok. Dan untuk kesekian kalinya, logikaku menang. Padahal seorang kawan pernah berkata bahwa semesta punya caranya sendiri kalau memang sesuatu harus dan akan terjadi, ya terjadi.

Ted: Aku boleh menebak?

S: Apa?

Ted: Logikamu berhasil mengalahkan perkataan kawanmu itu ya?

S: Yap. Menyebalkan ya?

Ted: Seperti yang tadi aku bilang sih, agak rumit kali ini. Ada pihak ketiga di antara logika dan kata hati pula.

S: Eh? Siapa?

Ted: Kekhawatiran. Logika khawatir. Kata hati juga khawatir.

S: Ted.

Ted: Kamu nggak perlu merasa sedih, S.

S: Sebab?

Ted: Tuhan bersama orang yang bersabar, kan? Kamu hanya perlu percaya dan berusaha menghilangkan si kekhawatiran itu. Jangan lupa berdoa dan berserah juga yah.

S: Ted.

Ted: Kamu nggak sendirian. Pokoknya ingat, ada aku, selalu.

S: Ted.

Ted: Kamu nggak sendirian. Kamu punya Tuhan. Kamu punya aku. By the way, kamu membaik loh.

S: Dalam hal?

Ted: Pengendalian emosi. Kamu menghadapi ini dengan baik, nggak sericuh dan seberantakan yang sebelumnya.

S: People change. Time goes by.

Ted: That's true.

***

Temu Wicara #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang