S: Ted, aku mau cerita.
Ted: Aku nggak jual cerita. Coba cari di online shop.
S: Astaga, Ted. Garing ah haha.
Ted: Tapi kok ketawa?
S: Aku punya cerita. Nah!
Ted: Cerita apa, S?
S: Aku pernah nggak percaya sama bucket-dream-list, Ted.
Ted: Kenapa?
S : Dari dulu aku percaya, mimpi itu harus setinggi-tingginya. Biar kalau jatuh, setidaknya nggak akan sampai ke bawah banget.
Ted: Lalu?
S: Sampai pada titik aku muak bermimpi karena hampir semua yang aku tulis di bucket-dream-list itu nggak terwujud. Aku jadi nggak percaya sama kekuatan impian.
Ted: Ah, sepertinya kamu pernah menunjukkan bucket-dream-list itu ke aku ya, S?
S: Hmm. Yaaa pernah.
Ted: Aku boleh jujur?
S: Tentang?
Ted: Seperti yang tadi kamu bilang, kamu percaya bermimpi itu setinggi-tingginya. Nah, semua yang kamu impikan yaa menurutku memang terlalu tinggi, S. Bukankah untuk sampai di anak tangga tertinggi, kita harus memulainya dari anak tangga paling bawah?
S: Yap, kamu betul.
Ted: Kamu seperti melompat dari lantai dasar ke anak tangga tertinggi. Kakimu belum siap dan belum berpengalaman untuk lompat tinggi. Sehingga, hasilnya kamu malah terjatuh, bukan sampai tujuan.
S: Yap. Karena hal itu aku jadi nggak percaya kekuatan bucket-dream-list. Aku menyalahkan hasil tanpa menikmati prosesnya terlebih dahulu. Seorang kawan pernah mengatakan ini, Ted, "Lo merasa gagal sama mimpi-mimpi lo, sekarang gue tanya yah, lo sudah mengupayakannya dengan maksimal atau belum? Lo sudah melakukan apa saja?" Ah, pertanyaannya membuat aku merenung cukup lama, Ted.
Ted: Hmm. Menurutku, membuat bucket-dream-list itu sebaiknya dimulai dari hal-hal sederhana saja, S. Besok mau melakukan apa. Lusa mau mengerjakan apa. Seminggu, sebulan, to do list-nya bagaimana. Nggak perlu terlalu jauh sampai 5 atau 10 tahun yang akan datang.
S: Karena untuk mencapai ribuan hari ke depan, kita harus melalui hari ini, esok, lusa dan seterusnya kan?
Ted: Betul. Untuk esok hari pun tergantung hari ini kamu melakukan apa.
S: Setelah aku sadar tentang kekeliruan rasa percaya pada bucket-dream-list, aku mulai berani bermimpi lagi kok, Ted. Persis seperti yang kamu katakan tadi, aku mulai dari hal-hal sederhana.
Ted: Segala sesuatu yang besar harus dimulai dari yang kecil dulu, S.
S: Yap, betul hehe.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Wicara #1
Ficción GeneralMenemukanmu seperti menemukan harta karun. Kamu adalah penyelam yang baik dan handal di kedalaman isi kepala dan hatiku. Bersamamu, aku tenang. Kamu adalah air untuk bara api di dalam dadaku. Bersamamu, aku damai. Terima kasih mau meluangkan waktu d...