S: Kemarin menggebu-gebu, Ted.
Ted: Merasa ada yang keliru ya?
S: Ada. Banyak.
Ted: Lantas?
S: Terkadang kita salah mengartikan niat. Tiba-tiba bercabang. Tiba-tiba menjalar ke banyak hal. Jadi sesuatu yang baru. Dan ternyata tanpa sadar malah keluar dari jalur niat yang sebelumnya.
Ted: Memang seperti itu cara kerjanya ambisi, S. Membenarkan banyak hal. Memaklumi segala keadaan.
S: Selalu merasa nggak pernah cukup.
Ted: Yap.
S: Sejujurnya aku meragu, dari awal.
Ted: I know.
S: Tapi pengalihan-pengalihan itu selalu berhasil menenangkan aku. Memenangkan aku.
Ted: Karena di sisi lain, kamu ingin.
S: Tapi di sisi satunya, nggak ingin. Aku hanya ingin mengupayakan. Hanya ingin menghidupkan.
Ted: Banyak yang bisa menangkap sinyal-sinyal itu, S.
S: I know.
Ted: Apakah kamu siap dengan semua konsekuensinya?
S: Aku memikirkan hal ini sejak semalam.
Ted: Solusinya?
S: Kamu mengerti aku kan, Ted?
Ted: Sudah kuduga.
S: Am i wrong?
Ted: Sebenarnya setiap orang punya hak untuk itu.
S: Jadi?
Ted: Ternyata sisi pemikir kamu ini nggak pernah bisa hilang ya. Dan hal seperti ini lagi yang dibahas.
S: Aku terlalu overthinking.
Ted: Ada bagusnya. Ada nggaknya juga. Penuh pertimbangan kadang diperlukan.
S: Ted, am i wrong?
Ted: Sekalipun aku bilang kamu salah, atau kamu benar, kamu nggak akan berhenti kan? I know.
S: Ted, ini membuat aku ragu sebenarnya.
Ted: Mungkin ini cara Tuhan menguji kemantapan hati kamu, S. Keraguan itu bisa jadi sebuah ujian. Kamu akan berhenti atau tetap melangkah maju ke depan?
S: Mmm. Mungkin.
Ted: Nurani kamu bekerja kali ini.
S: Dan logika aku berontak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Wicara #1
General FictionMenemukanmu seperti menemukan harta karun. Kamu adalah penyelam yang baik dan handal di kedalaman isi kepala dan hatiku. Bersamamu, aku tenang. Kamu adalah air untuk bara api di dalam dadaku. Bersamamu, aku damai. Terima kasih mau meluangkan waktu d...