#30 . Nurani dan Logika

761 72 1
                                    

S: Kemarin menggebu-gebu, Ted.

Ted: Merasa ada yang keliru ya?

S: Ada. Banyak.

Ted: Lantas?

S: Terkadang kita salah mengartikan niat. Tiba-tiba bercabang. Tiba-tiba menjalar ke banyak hal. Jadi sesuatu yang baru. Dan ternyata tanpa sadar malah keluar dari jalur niat yang sebelumnya.

Ted: Memang seperti itu cara kerjanya ambisi, S. Membenarkan banyak hal. Memaklumi segala keadaan.

S: Selalu merasa nggak pernah cukup.

Ted: Yap.

S: Sejujurnya aku meragu, dari awal.

Ted: I know.

S: Tapi pengalihan-pengalihan itu selalu berhasil menenangkan aku. Memenangkan aku.

Ted: Karena di sisi lain, kamu ingin.

S: Tapi di sisi satunya, nggak ingin. Aku hanya ingin mengupayakan. Hanya ingin menghidupkan.

Ted: Banyak yang bisa menangkap sinyal-sinyal itu, S.

S: I know.

Ted: Apakah kamu siap dengan semua konsekuensinya?

S: Aku memikirkan hal ini sejak semalam.

Ted: Solusinya?

S: Kamu mengerti aku kan, Ted?

Ted: Sudah kuduga.

S: Am i wrong?

Ted: Sebenarnya setiap orang punya hak untuk itu.

S: Jadi?

Ted: Ternyata sisi pemikir kamu ini nggak pernah bisa hilang ya. Dan hal seperti ini lagi yang dibahas.

S: Aku terlalu overthinking.

Ted: Ada bagusnya. Ada nggaknya juga. Penuh pertimbangan kadang diperlukan.

S: Ted, am i wrong?

Ted: Sekalipun aku bilang kamu salah, atau kamu benar, kamu nggak akan berhenti kan? I know.

S: Ted, ini membuat aku ragu sebenarnya.

Ted: Mungkin ini cara Tuhan menguji kemantapan hati kamu, S. Keraguan itu bisa jadi sebuah ujian. Kamu akan berhenti atau tetap melangkah maju ke depan?

S: Mmm. Mungkin.

Ted: Nurani kamu bekerja kali ini.

S: Dan logika aku berontak.

***

Temu Wicara #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang