S: Ted.
Ted: Iya?
S: Sibuk nggak?
Ted: Nggak juga.
S: Mau cerita.
Ted: Tumben izin. Biasanya langsung nyerocos.
S: Mood lagi diperbatasan.
Ted: Oh okay. Kenapa?
S: Beberapa waktu lalu ketemu kawan lama.
Ted: Lalu?
S: Dia menanyakan cita-cita yang pernah aku katakan padanya.
Ted: Lalu?
S: Bisa nggak ya, Ted?
Ted: Nggak bisa.
S: Yah kok gitu?
Ted: Yauda bisa.
S: Ted, serius.
Ted: Percuma kan? Mau aku bilang bisa atau nggak, kamu pasti akan keukeuh sendiri sama pendapat kamu, S. Kamu pernah mendengarkan pendapat aku?
S: Sering ah.
Ted: Lebih sering batunya. Keras kepala. Aku jawab nggak, kamu pasti bakal tetap membuat itu bisa.
S: Tapi kan setidaknya kamu kasih aku aura positifnya gitu, Ted. Mmm..
Ted: Mau kamu bisa atau nggak, mau kamu yakin atau nggak, mau kamu bagaimana pun, kamu nggak perlu khawatir karena aku selalu ada di belakang kamu. Ngeback up kamu.
S: Kok di belakang? Aku kepala pasukan di depan?
Tes: S, serius.
S: Kamu nggak mau di samping aku? Menemani aku jalan?
Ted: Yauda tinggal geser maju ke samping.
S: Hahahahahaha.
Ted: ...
S: Makasih ya, Ted.
Ted: Jawaban aku tadi membantu?
S: Adanya kamu, bersedianya kamu mau mendengarkan dan menanggapi aku, bahkan kamu bercanda mau pindah ke samping aku itu sudah sangat membantu.
Ted: Yang mau ke samping kamu itu serius.
S: I know. Hehe thank you so much!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Wicara #1
Fiksi UmumMenemukanmu seperti menemukan harta karun. Kamu adalah penyelam yang baik dan handal di kedalaman isi kepala dan hatiku. Bersamamu, aku tenang. Kamu adalah air untuk bara api di dalam dadaku. Bersamamu, aku damai. Terima kasih mau meluangkan waktu d...