Ted: Melipat kertas lagi, S?
S: Eh? Tepergok ya.
Ted: Kertas ke berapa?
S: Berapa ya?
Ted: Lima?
S: Mungkin sekitar segitu. Atau lebih. Belum genap sepuluh sepertinya.
Ted: ...
S: Kenapa menatap aku seperti itu?
Ted: Mau sampai kapan kamu membohongi perasaanmu sendiri?
S: Ini bukan membohongi.
Ted: Lalu apa namanya?
S: Menghilangkan.
Ted: Apa berhasil? Bukannya semakin dibuang justru semakin dalam?
S: Ini bukan membuang.
Ted: Kertas itu, kalau sudah dilipat, mau kamu buang kan? Atau mau kamu taruh di freezer biar beku, gitu?
S: Menghilangkan nggak sama dengan membuang, Ted. Kesannya jahat banget kalau aku buang.
Ted: Aku bicara fakta saja sih.
S: ...
Ted: ...
S: Iya, aku buang. Karena ini bukan pada tempatnya.
Ted: Bagaimana kamu bisa tahu kalau ini nggak tepat?
S: Ini salah, Ted.
Ted: Yang benar seperti apa? Bisa kasih aku contoh?
S: ...
Ted: Kamu trauma. Takut seperti sebelumnya. Persis.
S: Ini nggak sama.
Ted: Mmm?
S: Lebih rumit.
Ted: Ya sudah. Buang saja. Kalau memang perlu.
S: Eh? Tumben kamu setuju sama aku.
Ted: Sepertinya memang nggak ada solusi selain itu.
S: Ted?
Ted: Silakan, buru buang. Sebelum aku mau baca isi kertasnya.
S: Ted?
Ted: Ada banyak hal yang harus kamu lakukan. Aku setuju sama kamu bukan berarti setuju kamu membohongi diri kamu sendiri. Belum saatnya saja. Buru buang. Sebelum kamu babak belur, lagi.
S: Ted?
Ted: Hmm?
S: Kali ini aku benar kan?
Ted: Yap, sepertinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Wicara #1
General FictionMenemukanmu seperti menemukan harta karun. Kamu adalah penyelam yang baik dan handal di kedalaman isi kepala dan hatiku. Bersamamu, aku tenang. Kamu adalah air untuk bara api di dalam dadaku. Bersamamu, aku damai. Terima kasih mau meluangkan waktu d...