lima

8K 1K 72
                                    

Seperti kegiatan mereka sehari hari kalau lagi freeclass atau istirahat.

Reyna, Sohye, Chengxiao selalu duduk berdekatan. Jadi ya Reyna dan Sohye duduk sebangku sedangkan Chengxiao duduk dengan Pinky . yah mereka dengan pinky gak terlalu dekat sih.

Tapi lebih tepatnya Pinky lah yang tidak mau terlalu dekat dengan mereka. Jadi hubungan mereka hanya sebatas teman sebangku aja.

Sekarang Sohye sedang memakaikan kutek berwarna merah terang ke jari jari Reyna sedangkan Chengxiao sedang sibuk mengunyah snack potabee nya.

“Eh kantin yuk laper,”  ajak Chengxiao yang masih sibuk ngunyah.

“Tar, kelarin ini dulu,” kata Sohye yang matanya masih fokus pada jari Reyna

“Lo tuh, udah makan potabee dua bungkus masih belom kenyang?” Tanya Reyna

Chengxiao nyengir tanpa dosa “hehe, kan belom makan nasi. Jadi belum dihitung makan dong,” katanya. Reyna dan Sohye langsung mencibirnya.

Brak!

Seisi kelas menoleh dengan kaget kearah pintu depan kelas—dimana ada beberapa gerombolan laki laki yang pemimpinnya menggebrak pintu kelas, gimana gak kaget coba.

“Mana Yang namanya Reyna?!”
Yang merasa terpanggil menoleh dengan alis yang tertaut.

“Kenapa lo nyariin Reyna?” Tanya Reyna dengan suara yang tak kalah lantang.

Daniel langsung mendatangi gadis itu sembari membawa sepatunya yang sudah tercemari Nutrisari.

“kemana dia? Lo temannya? Nih coba liat apa yang dia taro di sepatu gua!” dengan Emosi Daniel menunjukkan sepatunya yang masih ada bungkus ciloknya—dia sengaja tak  menghilangkan barang bukti tersebut.

Reyna menatap sepatu tersebut dengan terkejut.

‘Loh anjir, ini bukannnya sepatu Ong?’ batin Reyna.

“apaan? Ini bukannya sepatu Ong?!” Tanya Reyna dengan nada tinggi.

“sepatu Ong ndasmu! Ini sepatu gua! Gak liat apa ini ori” jelas Daniel

‘mampus gua salah korban. Mampus dah,’

“kemana yang namanya Reyna itu? Atau jangan jangan lo yang namanya Reyna?!” –Daniel

“Itu memang Reyna Goblok,” sahut Jisung yang masih berdiri didepan pintu bersama teman-temannya yang lain.

Reyna membulatkan matanya karena sudah tercyduq sedangkan Daniel menatapnya dengan tajam.

“ikut gua,”

kata Daniel dan dengan dinginnya menarik kerah leher seragam Reyna dan ia menyeret gadis itu keluar kelas dengan posisi tersebut—seperti menarik anak kucing.

“bangke lo, lepasin! Mau bawa gua kemana hah?!” Reyna meronta-ronta minta dilepaskan—tapi Daniel tak mengindahkannya dan tetap menyeretnya hingga pada akhirnya mereka sampai di tengah lapangan.

Anak-anak dari kelas Reyna maupun Daniel sudah berkumpul di tengah lapangan, tapi bukan hanya anak anak dari kelas mereka saja—tapi dari kelas lain juga.

Rame nya udah kayak ada artis yang datang.

Kini Reyna dan Daniel menjadi pusat perhatian satu sekolah.

“ck, lo ngapain sih anjir, malu maluin tau gak!” bisik Reyna pelan.

Daniel menyilangkan tangannya didepan dada dan mengangkat dagunya “kenapa? Punya malu juga lo?”

“lo gak malu apa diliatin ama satu sekolah hah?!” kata Reyna masih setengah berbisik.

“ya ini juga gara gara lo, kenapa lo nyari masalah sama gua? Terus maksud lo nyiram sepatu gua pake cilok ama nutrisari buat apa? Kita kenal aja enggak” Tanya Daniel dengan nada yang semakin naik tiap kalimatnya.

Reyna mengerutkan keningnya “ya santai dong jangan nyolot!”

“elo yang nyolot!” –Daniel

Anak-anak yang menyaksikan hal tersebut sudah mengacungkan kamera hp nya untuk membuat snapgram sebanyak banyaknya.

“lo maunya apa sih?!” Tanya Reyna yang mulai kesal dengan sikap Daniel.

“Sungwoon!” Daniel tiba-tiba memanggil Sungwoon—lelaki dengan tubuh kecil itu langsung lari tergopoh menghampiri Daniel sambil memberikan sesuatu ke Daniel—dan itu Nutrisari.

“biar impas,”

Daniel menyeringai sambil menumpahkan Nutrisari yang ia pegang keatas kepala Reyna yang sontak  membuat Reyna kaget dan anak anak satu sekolahan heboh untuk mengabdikan momen tersebut.

“ANJING LO BERANI NYA SAMA CEWEK!”

Reyna yang gak terima langsung menyerang Daniel seperti macan—ia meraih kepala Daniel dan menjambak rambut belakangnya. Karena itu adalah salah satu titik lemah laki-laki,

soalnya dia sering ngejambakin rambut belakang kakaknya yang langsung minta ampun dilepaskan kalau Reyna sudah menjambak bagian itu.

Tapi Daniel berbeda—dia sama sekali tak mengaduh kesakitan dan tetap keukeuh berdiri bahkan ia juga ikut menjambak rambut Reyna.

“DASAR LO ULAR!” –Daniel

“ELO BERUANG EMPANG!” –Reyna

“BACOT LO ULAR KADUT,” –Daniel

“NIH RASAIN GUA RUSAK MASA DEPAN LO!”

DUG!

Reyna langsung menendang Daniel tepat didaerah tititnya dengan keras—alhasil Daniel langsung terkapar lemah di lapangan sambil meringkuk memegangi masa depan nya.

Jisung,Sungwoon, Woojin dan Ong langsung berlarian ke tengah lapangan untuk menghampiri Daniel

“YAAMPUN DANIEL OTONG EMAS LO, GAPAPA?” –Sungwoon

“DANIEL SUDAH TIDAK PERJAKA,” –Ong

“Heh Ong mulut lo anjir! Yaampun ini Daniel gimana nasib nya, dia masih bisa naena gak ya. Padahal otong dia udah lurus jadi bengkok. Astaga, ini gimana. Duh gua kasian sama istrinya Daniel ntar,” Kicauan Jisung dimulai lagi.

Daniel masih terpejam sambil menahan sakit yang menjalar hingga ke perutnya

“Bangke, sakiit,” Cuma itu yang bisa diucapkan Daniel

“ha? Apa? Biji lo pecah?” –Woojin

“WOI!” –Daniel, Jisung, Ong

PRIIIIIITTT

Terdengar suara peluit yang ditiup, perhatian orang orang yang ada dilapangan langsung tertuju pada sumber suara.

“HEH HEH INI ADA APA TO, KOK RAME RAME,”

Itu Pak Shindong.

Dear Daniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang