Chapter 2

88.6K 6.3K 37
                                    

"Saya Briana my lord" balas Briana dengan wajah memerah, tentu saja ia juga terpikat akan ketampanan wajah Aidan, wanita mana yang tidak rela menoleh dua kali untuk melihat wajahnya yang begitu rupawan, belum lagi bentuh tubuhnya yang atletis.

Aidan semakin yakin kalau Briana adalah matenya, buktinya saja ia tidak bisa membaca apa yang ada di dalam pikiran gadis bermata biru itu "jangan formal begitu panggil saja Aidan"

Pipi Briana semakin memerah dan Aidan suka pemandangan itu melihat wajah gadisnya merona karena ulahnya "mari masuk dan nikmati pestanya mylady" lanjut Aidan mempersilahkan kedua tamunya untuk menikmati pesta yang telah ia buat semeriah mungkin.

Tanpa sadar Aidan mengikuti Briana yang mulai masuk kedalam ruangan untuk menyapa kenalannya yang lain, sepertinya lebih tepat kenalan ibunya mengingat Briana tidak banyak mengenal para bangsawan lainnya.

Merasa di ikutin Briana menoleh ke arah belakang dan mendapati Aidan sedang menatapnya "hee..heeii.. ada apa?" Tanya Briana.

Aidan yang sedang tidak fokus karena terlalu memperhatikan Briana pun merasa kikuk "hmm..tii..tiidaakk.." Aidan pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "kau..mmhhh..bisa kita mengobrol sebentar?" Lanjut Aidan bertanya.

"Eehh? Tentu silahkan bicara saja" jawab Briana.

"Tidak maksud ku bukan disini" balas Aidan, ia merasa sangat konyol, karena merasa bingung harus mulai dari mana ia mencoba mendekati matenya itu.

Alex dan Max yang sedari tadi memperhatikan Rajanya itu ingin tertawa terbahak-bahak namun mereka tahan karena hal yang pertama kali mereka khawatirkan jika mereka sampai tertawa begitu kencang adalah rasa malu bukannya hukuman dari Rajanya. Aidan yang merasa diperhatikan oleh seseorang pun menoleh ke arah kedua penjaganya itu, dan dibalas dengan cengiran dari kedua pria itu, Aidan hanya menatap dingin ke arah mereka dan kembali menatap ke gadisnya yang sedang ia coba untuk berbicara.

"Lalu dimana? Memang apa salahnya jika berbicara disini?" Tanya Briana. Briana benar-benar merasa gugup, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika hanya dia dan Aidan saja nanti, di tempat ramai seperti ini saja sudah membuatnya menjadi kikuk.

Aidan tahu kalau Briana pasti akan memberikan banyak alasan, mengingat matenya itu adalah tipekal gadis yang pemalu.

Akhirnya Aidan pun menepuk pelan pundak Amanda yang sedang asik mengobrol dengan para lady lainnya "maaf my lady, jika boleh saya ingin meminta izin untuk mengajak Briana berkeliling  sebentar disekitar sini" katanya dengan sopan.

Tentu saja mata Amanda langsung berbinar senang, bagaimana tidak seorang Duke yang terbilang hampir memiliki kekayaan yang setara dengan kerajaan dan berparas sangat tampan itu mengajak anaknya untuk berjalan-jalan walaupun sebentar, apa lagi Briana sedang masa harus menikah, sebenarnya Amanda sendiri sudah memiliki calon untuk putrinya tersebut, namun jika ada seorang Duke muda dan tampan yang mendekatinya, kenapa tidak? "Oh yaa silahkan saja my lord tidak perlu sungkan" jawabnya dengan senyuman "tapi my lord, jika tidak keberatan tolong jaga dengan baik putri saya" lanjutnya.

Walaupun Amanda merestui itu namun ia tetap harus menjaga putrinya, mana ada orang tua yang ingin anaknya kenapa-kenapa.

Aidan pun tersenyum lembut, hal yang paling jarang ia lakukan, tapi harus di lakukan karena saat ini ia sedang berhadapan dengan calon mertuanya "tentu saja saya dengan senang hati untuk menjaga putri anda my lady, percayakan pada saya"

Briana melongo melihat kejadian yang sedang berlangsung di depannya itu, karena baru pertama kali ada pria yang sampai meminta izin kepada orangtuanya hanya untuk bekeliling di sekitar rumah besar ini, sungguh diluar dugaan batinnya.

***

Setelah Aidan meminta izin kepada Amanda, disini lah Briana dengan wajah meronanya berjalan beriringan disamping Aidan, di sekitaran taman mansion milik Raja Demon itu.

Aidan yang melipat kedua tangannya dibelakang dan memandang santai ke arah depan, sebenarnya kebingungan apa yang harus ia lakukan saat ini, mengingat ia tidak begitu paham bagaimana caranya melakukan pendekatan dengan wanita apa lagi wanitanya itu adalah seorang manusia normal.

Laura, adik sang Raja Demon yang melihat dari kejauhan hanya terkikik geli nelihat kakaknya seperti anak remaja yang sedang kasmaran. Laura yang sedang bergandengan dengan Braid matenya pun berjalan ke arah Aidan, sekedar untuk menyapa kakaknya atau lebih tepatnya meledek.

"My lord" sapanya dengan formal setelah sudah berpapasan dengan kakaknya itu.

Aidan yang melihat tingkah adiknya itu hanya memandang datar tanpa membalas sapaannya, sedangkan Briana hanya berpikir kenapa pria disampingnya itu tidak membalas sapaan wanita cantik berambut pirang di depannya itu, bukan kah itu perbuatan yang tidak sopan. Namun ia hanya bisa diam, tidak baik seorang gadis mengemukakan pendapatnya.

"Sedang apaa kau disini" tanya Aidan kepada Laura.

"Hihihi hanya menyapa anak remaja yang sedang kasmaran" goda Laura, belum di jawab candaannya oleh Aidan yang ingin memprotes Laura pun langsung mengajak Braid yang sedari tadi hanya terkekeh untuk pergi menjauh dari Rajanya yang terlihat seperti orang bodoh karena tidak tahu caranya melakukan pendekatan dengan seorang gadis.

Aidan hanya mendengus sebal, karena ia merasa di permalukan di depan wanitanya itu, entah kenapa ia sudah mengklaim kalau gadis disebelahnya itu adalahnya miliknya padahal Briana sendiri saja belum mengenalnya.

"Tadi itu adik ku" jelas Aidan, entah mengapa ia merasa perlu menjelaskan hal itu, takut kalau Briana menyangka yang tidak-tidak.

"Iya my lord" jawabnya.

"Baru beberapa jam yang lalu sepertinya aku menyuruh mu untuk memanggil nama ku saja Aidan" kata pria bersurai kelam itu, dengan menekan kata yang menyebutkan namanya.

Menunduk bingung harus menjawab apaa Briana hanya menganggukan kepalanya saja sebagai jawaban, budaya bangsawan yang kental di keluarganya membuat Aidan menjadi bingung harus berlaku bagaimana.

Gadis disampingnya sedari tadi hanya berperilaku seperti boneka saja, selama hampir  tiga jam mereka bersama tetapi bagi Aidan tidak ada kemajuan apa pun, Briana hanya menjawab apaa yang ia katakan dan terkadang hanya menjawab dengan anggukan saja, benar-benar membosan kan, tapi ia yakin kalau sebenearnya gadis itu adalah gadis yang unik, mungkin hanya saja karena sedang di lingkungan para bangsawan ia menjadi seperti itu, menjaga image takut-takut kalau salah bertingkah sedikit saja ia akan menjadi bahan pembicaraan para lady di dalam ruangan sana.

Sebuah ide terbesit di kepala Aidan, ia sepertinya tahu bagaiman cara mendapatkan Briana, matenya itu.












Tolong jangan jadi silent reader ya gengs.

Cek juga cerita-cerita aku yang lainnya di profil kalo mau😁




Thanks udah baca, semoga kalian suka sama ceritanya dan ngikutin cerita ini💐

King Demon's Bride (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang