Chapter 14

56.1K 3.2K 11
                                    

Sinar matahari yang masuk di celah-celah gordyn membuat Aidan menerjap-nerjapkan matanya, ia terbangun karena cahayan sialan itu. Aidan menoleh ke arah sampingnya, disana terlihat wanita yang semalam ia buat lelah, wajah tetap terlihat cantik walau ia sedang tertidur.

Aidan mengelus kepala Briana dengan lembut "sayang bagunlah"

Tetap tidak ada gerakan dari Briana, sepertinya wanita ini benar-benar kelelahan. Batin Aidan.

Selintas ide jahil pun terlintas di otak licik Aidan, sepertinya melakukan kesempatan dalam kesempitan adalah waktu yang tepat.

Aidan pun mulai menciumi wajah Briana, mulai dari kening, lalu kedua mata Briana yang masih terpejam secara bergantian, kedua pipinya, lalu terakhir bibirnya yang tengah mengatup rapat, namun istrinya itu tetap tak kunjung terbangun. Aidan yakin jika saat ini sedang terjadi perang istrinya itu pun tetap akan tertidur pulas. Merasa jengkel, akan tingkah istrinya yang tidur bagaikan orang mati, Aidan pun kembali mencium bibir Briana namun kali ini dengan sedikit lumatan pelan.

Briana mulai mengeluh dengan perlakuan Aidan yang tidak ia ketahui. Lalu Briana pun membuka mata dan yang ia lihat pertama kali adalah wajah suaminya dengan mata terpejam karena sedang menciumnya.

"Aaaaaaa...." terian Briana karena kaget, Briana pun mendorong tubuh kekar Aidan agar menyingkir dari atas tubuhnya.

"Apaa yang kau lakukan Aidan" tanya Briana jengkel.

Aidan yang sedang duduk di samping Briana pun bersedekap "kau tidur seperti orang mati ma chérie"

Briana mengerutkan keningnya dan menatap Aidan dengan tampang polosnya, tidak biasanya ia tertidur seperti kerbau begitu "aku tidak yakin" gumamnya.

"Tentu saja kau tidak yakin. Karena kau yang berlaku begitu ma chérie" Aidan beranjak dari kasurnya dan berjalan ke arah kamar mandi "aku mandi duluan ya, kau juga harus bersiap. Kau ingat bukan hari ini adalah penaubatan mu sebagai Ratu" jelas Aidan yang di lanjutkan dengan langkahnya ke dalam kamar mandi.

Briana menepuk jidatnya, ia merasa bodoh karena tidak mengingat jika ini adalah hari pentingnya.

Lalu Briana pun beranjak dari kausrnya, namun ketika ia ingin berjalan rasa nyeri di sekitar selangkangan nya sangat menganggunya. Ketika ia ingin berjalan selangkah saja rasanya begitu menyiksa "aargghh" keluhnya. Terpaksa ia berjalan dengan tertatih-tatih untuk menuju lemari besar yang ada di sudut ruangan besar itu. Ohh tuhan, rasanya ia ingin pingsan hanya untuk melangkah ke arah ujung ruangan itu saja.

"Apaa yang kau lakukan?" Tanya Aidan ketika sudah keluar dari kamar mandi, ia melihat Briana yang tengah duduk di lantai kamarnya. Apaa yang di lakukan wanita itu? Aidan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Briana merasa nafasnya tengah berhenti di tengah paru-paru nya dan rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhnya, ketika ia mendapati Aidan yang sedang berjalan ke arahnya hanya dengan handuk yang menggantung di pinggangnya.

Padahal mereka baru saja melakukan itu dan Briana pun juga sudah melihat seluruh tubuh Aidan, tapi kenapa rasanya ia menjadi gugup ketika melihat Aidan yang tengah bertelanjang dada?

"Ayo lah ma chérie! Kau sudah melihat semuanya semalam" goda Aidan.

Briana hanya menunduk malu mendengar godaan Aidan. Karena memang itu faktanya, ia sudah melihat semuanya semalam.

"Ayo bangun ma chérie, mengapa kau duduk di lantai" ujar Aidan yang tengah membantu Briana untuk berdiri.

"Arrghhh" rintih Briana saat Aidan tengah memapahnya untuk berjalan.

"Apa selangkangan mu terasa nyeri?" Tanya Aidan tetap dengan nada menggodanya.

Briana hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

King Demon's Bride (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang