Chapter 54

33.1K 2K 28
                                    

Happy reading, maaf kalo ada typo🦋

Melanie terus menangkis serangan yang dilayangkan oleh Pangeran Harry, sedangkan Max membantunya untuk menyerang pangeran sinting yang sudah terobsesi pada ratunya dengan tingkat akut, lalu pria yang menjadi pengawal Pangeran Harry tadi sudah tewas ditangan Max.

Pangeran Harry membekukan tubuh Melanie ketika wanita itu mencekalnya, harusnya Melanie tadi tidak perlu bersentuhan dengan Pangeran itu. Dan sekarang seluruh tubuh wanita itu sudah menjadi es.

Tersisah Max dan Harry yang saling bertatapan ingin membunuh..

"Sudah ku katakan lebih baik kau menyerah saja dan cepatlah beri tau aku dimana Ratu manisku itu berada?" Ucap Pangeran Harry dengan senyum miringnya.

Max menatap nyalang ke arah Pangeran Harry, ia merasa jika Pangeran negri laut itu sudah kelewat terobsesi pada Ratunya dan ia juga memikirkan bagaimana nasib Rajanya di medan tempur "tidak akan!" Desisnya.

Pangeran Harry terkekeh "baiklah jika itu pilihan mu. Jangan lupa, sampaikan salam ku pada malaikat penjaga pintu neraka nanti"

Max menghindari serangan demi serangan yang diarahkan padanya, es berbentuk seperti jarum dihujankan padanya. Sepertinya pangeran itu bersungguh-sungguh mengenai ucapannya yang mengatakan jika ia akan mengirimkan Max pada malaikat penjaga pintu neraka nanti.

Namun Max tak akan menyerah semudah itu, sebisa mungkin ia akan menjaga Ratunya dari segala macam bahaya.

Max menyemburkan api melalui mulutnya namun dengan sigap Pangeran gila itu membuat benteng dari esnya yang begitu tebal sehingga api Max tak mampu melelehkannya.

"Sudah ku bilang, kau bukanlah tandingan ku" cibir Pangeran Harry.

Max tak mengidahkan cibiran yang dilontarkan Pangeran gila itu, Max tetap menyerang sosok pria yang ada didepannya dengan membabi buta. Max sadar betul kalau memang ia bukanlah tandingan Pria berambut hitam yang notabanenya adalah pangeran dari negeri bawah laut itu, mau bagaimana pun pria itu adalah seorang pangeran dan dirinya hanyalah seorang pengawal Raja saja.

Mungkin jika ada Alex semua ini akan lebih mudah, tapi ia tak mau egois. Biarkan saja Alex tetap ada disisi Ratunya, karena memang itu sudah seharusnya.

***

"Kenapa Melanie pun tak kunjung kembali?" Ucap Briana dengan raut wajah cemas yang begitu kental.

Laura menatap lekat ke arah Briana yang tampak gusar, sebenarnya Laura juga merasa khawatir dengan keadaan dua pelayan itu. Tapi, ia tak perlihatkan ke khawatirannya didepan Briana, jika ia juga khawatir siapa yang akan menenangkan dan memberi semangat pada kakak iparnya nanti?

Laura mengusap pelan bahu Briana membuat wanita itu menoleh ke arah Laura "mungkin mereka sedang bercengkrama atau memang ada urusan lain" ucap Laura mencoba mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Briana lebih tenang.

Briana menggeleng "aku tak yakin dengan bercengkrama. Jika memang ada urusan lain, urusan apaa itu?"

Alex yang sedari tadi duduk tak jauh dari dua wanita itu sesekali mencuri dengar, ia juga tak kalah penasaran dengan dua wanita yang tak kunjung kembali itu.

Laura memacu otaknya untuk lebih mencari kalimat yang masuk akal dan tentunya dapat ia jawab dengan mudah jika nanti Briana mempertanyakan kalimatnya.

"Entahlah aku tak dapat memastikan. Tapi, lebih baik kau tak usah terlalu risau dan teruslah berpikiran baik agar tak menganggu pikiran mu" jawab Laura akhirnya hanya itulah yang bisa ia katakan.

Briana menghela nafas berat "bagaimana bisa aku terus berpikiran baik jika mereka tak kunjung kembali"

Laura menatap Alex yang sedang menoleh kearahnya dan Briana, tatapan Laura seolah mengisyaratkan agar ia turut membantunya dalam menenangkan Ratunya yang tengah dilanda rasa cemas karena dua pengawal kesayangannya tak kunjung kembali kemari juga.

King Demon's Bride (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang