Briana tampak begitu bersemangat pagi ini, sangat terlihat dari wajahnya yang berseri-seri. Ditambah dengan kicauan burung yang saling bersahutan, bagaikan irama yang menemani semangat paginya.
Briana duduk dibangku cermin meja riasnya setelah ia selesai berpakaian, mulai dari menyisir rambut lalu merias wajah dengan riasan yang tipis serta natural namun tampak begitu elegan di wajah cantik Briana.
"Ma cherie" suara serak khas bangun tidur milik suaminya yang menyebutkan panggilan sayang untuknya membuatnya menoleh.
Briana tersenyum saat menatap wajah tampan suaminya yang baru bangun tidur itu, ia beranjak dari kursi dan berjalan mendekati suaminya yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Briana seraya duduk di tepi ranjang.
Aidan beringsut mendekati Briana dan tidur di paha istrinya "kau terlihat begitu bersemangat, apa karena Laura ingin kemari, hum?"
Briana menganggukan kepalanya "tentu saja, aku tak sabar ingin menggendong keponakan ku yang lucu itu"
Aidan membenamkan wajahnya di perut Briana, ia tau Briana sangat menginginkan seorang bayi. Namun, apa daya bahkan sampai saat ini mereka belum di karuniai bayi tersebut.
Briana mengelus rambut milik Aidan dan membenamkan jari-jarinya di sela-sela rambut suaminya. Briana sangat suka memainkan jari-jari tangannya pada rambut suaminya yang lembut tersebut.
"Aku tau kau menginginkan anak Ana" ucap Aidan dengan posisi yang tak berubah.
Briana cukup kaget mendengar ucapan suaminya, ia akui memang ia sangat menginginkan bayi tapi ia juga tak mau memaksakan keadaan, suaminya bukanlah sang Maha Kuasa yang dapat memberikannya anak dengan secara begitu saja dan ia sangat bisa menerima keadaan ini.
"Iya kau benar Aidan aku memang ingin anak, tapi aku juga tak mau memaksakan keadaan. Biarlah Yang Maha Kuasa mengatur kehendaknya." Jawab Briana.
Aidan menjauhkan wajahnya dari perut Briana "terimakasih susah mau menerima keadaan Ana, kau yang terbaik."
Briana tersenyum tipis "memang sudah seharusnya"
"Baiklah aku akan mandi dulu" ucap Aidan dan Briana menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
***
Mata biru terang Briana menatap bayi laki-laki yang sedang ia gendong, sedangkan mata bulat penuh bayi itu juga menatap Briana dengan begitu khas sosok bayi mungil yang masih sangat polos. Begitu menggemaskan, pikir Briana.
Pasti jika saja saat itu ia tidak mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan nyawa, bahkan kehilangan bayinya yang bahkan belum sempat ia gendong dan sentuh. Saat ini yang tengah ia gendong pasti adalah bayinya sendiri. Dan juga, pasti pernikahannya dengan Aidan sudah terasa sangatlah lengkap.
Mengingat hal itu, membuatnya merasakan nyeri dihati.
"Apa dia belum juga tidur?" Tanya Laura dengan tiba-tiba.
Briana memiringkan tubuhnya untuk melihat Laura yang tengah berjalan ke arahnya, dan menggelengkan kepalanya. "Belum, dari tadi dia terus menatap ku." Jawab Briana seraya menjawil pipi gembul bayi laki-laki bernama Michael tersebut.
Laura tertawa pelan "sepertinya dia melihat aura berbeda yang terpancar dari mu itu Ana"
Briana mengerutkan keningnya, sungguh ia tak mengerti apa maksud ucapan Laura tentang auranya yang berbeda itu "maksdu mu?"
"Apa kau tak merasa mual akhir-akhir ini, terutama setiap pagi hari?" Tanya Laura.
Briana kembali menggelengkan kepalanya "tidak, aku tidak merasa mual."
Laura tampak berpikir sejenak lalu kembali bertanya "bagaimana dengan Aidan? Apa dia pernah muntah dipagi hari?"
"Pernah, sejak dua hari yang lalu ia terus muntah saat pagi hari."
Raut wajah Laura menjadi berseri-seri saat mendengar pengakuan Briana. Jika saja firasatnya benar ia akan sangat bahagia. "Periksalah pada tabib, tanyakan apa yang sedang terjadi dengan mu." Saran Laura.
"Untuk apa? Aku kan tidak sakit!" Bantah Briana.
"Coba saja dulu" Briana menggelengkan kepalanya, ia tidak mau ke tabib. Untuk apa ke tabib ? Ia sehat-sehat saja. "Ayo aku antar!" Laura memaksa.
Briana terpaksa menurut saat Laura menarik lengannya dengan pelan, bagaimana pun juga Briana harus mengikuti ajakan Laura karena ia sedang menggendong Michael yang masih terus memandangnya. Walaupun Briana tidak tau apa maksud ucapan Laura yang menyuruhnya datang ke tabib tapi Briana hanya menurut saja, ia yakin ajakan itu juga tak buruk untuknya.
Setelah sampai di ruangan kesehatan Briana duduk di ranjang sambil menunggu tabib yang sedang Laura panggilkan untuknya, sedangkan saat ini baby Michael sudah beralih di gendongan Laura.
Lima menit Briana menunggu tabib yang dipanggilkan Laura akhir nya Laura sudah kembali dengan tabib wanita dibelakangnya. Yang ia tau itu adalah Martha, tabib yang menangani kehamilan. Briana sendiri mengetahuin itu saat Laura hamil dulu.
"Salam hormat Yang Mulia Ratu" ucap Martha seraya membungkukan tubuhnya memberi hormat.
Briana mengganguk "iya Martha"
"Ada yang bisa saya bantu Ratu?" Tanya Martha.
Briana mengedikan bahunya, lalu ia beralih menatap Laura yang tengah menggendong Michael. Laura lalu memberi kode pada Marta, sepertinya sebelum kemari Laura sudah memberikan penjelasan terlebih dahulu pada tabib wanita paruh baya tersebut.
Martha mengangguk mengerti pada Laura "tolong rerbahkan tubuh anda terlebih dahulu Yang Mulia" ucap Marta.
Briana mengikuti intrupsi tabib itu dengan segera Briana membaringkan tubuhnya pada ranjang yang tadi menjadi tempatnya duduk menunggu Laura.
Marta mengarahkan telapak tangannya ke perut Briana, muncul lah cahaya kebiruan yang kemudian berubah warna menjadi merah muda. Dengan sekejap mata Laura dan Marta membulat, sedangkan Briana hanya mengerutkan dahinya karena ia tak tau kenapa ekspresi dua wanita di depannya itu berubah derastis.
"Ohh astaga" ucap Marta seraya menarik tangannya "selamat Yang Mulia! Selamat!" Ucapnya histeris.
"Sudah ku duga" gumam Laura namun masih dapat di dengar oleh Briana.
"Ada apa ini?" Tanya Briana penasaran.
Laura tersenyum misterius dan itu semakin membuat Briana penasaran, pandangan Briana beralih menatap Martha. Baru saja Martha ingin membuka mulut untuk menjawab rasa penasaran Briana sebuah suara bariton yang sangat mereka kenali sudah menjawab rasa penasaran Briana terlebih dahuulu.
"Kau hamil ma cherie"
Briana membatkan matanya dan dengan gerakam cepat ia beranjak bangun seraya memegang perutnya reflek.
"Sungguh?" Pekik Briana.
Aidan menganggukan kepalanya dan memeluk Briana yang masuk duduk di ranjang "terimakasih Briana! Sungguh aku sangat bahagia" ucap Aidan.
Sedari tadi Aidan mencari istrinya namun tak kunjung ia temui, setelah ia bertanya pada salah satu pelayan yang lewat pelayan itu mengatakan jika Ratu sedang pergi ke ruang kesehatan. Awalnya Aidan kaget dan juga khawatir, ia takut ada hal buruk terjadi karena dengan tiba-tiba Briana pergi ke ruang kesehatan, namun setelah ia melihat cahaya merah muda yang bersinar di area perut istrinya ia yakin jika sang istri sedang mengandung kembali karena ekspresi Martha yang cukup meyakinkan saat ia memperhatikan tadi.
"Sungguh Aidan aku tak percaya" ucap Briana.
Martha dan Laura tersenyum senang melihat respon pasangan suami istri yang tengah dilanda rasa bahagia karena sang Ratu kembali mengandung bayi yang sudah mereka tunggu-tunggu itu.
"Aku bersumpah atas nama Raja Demon, Raja dari seluruh makhluk immortal ini. Aku akan menjaga kalian berdua dengan nyawaku sendiri" kata Aidan dengan yakin dan lantang.
👑👑👑
Extra part gak nih?wkwkwk, tapi tunggu aku up cerita sequelnya dulu ya satu part baru nanti aku up extra part ini.
Jangan lupa komen dan votenya😻
KAMU SEDANG MEMBACA
King Demon's Bride (END)
FantasyBriana yang awalnya adalah seorang Lady, harus terpaksa menerima lamaran sang Duke of Warwick, namun siapa sangka jika pria yang ia kira hanya seorang Duke tampan dan kaya raya namun ternyata adalah Raja Iblis yang berasal dari dunia yang berbeda de...