Chapter 22

39.8K 2.5K 10
                                    

#147 in Fantasy💐






Laura melangkah kan kakinya menyusuri lorong-lorong istana, suara derap langkahnya terdengar cukup keras karena ia sedang berjalan dengan cepat.

"Sial! Kemana Alex" umpatnya di sela-sela perjalanannya menyusuri setiap sudut kastil.

Sudah berjam-jam ia mengelilingi istana megah itu tapi orang yang di carinya tak kunjung menampakan batang hidungnya.

Kalau saja bukan karena ada hal penting yang ingin ia sampikan, tidak akan sudi ia harus mencari orang itu sampai ke titik-titik istana.

"Alex!" Teriaknya, saat melihat Alex sedang mengobrol dengan salah satu perajurit dengan pakaian kotor dan wajah yang penuh lebam itu.

Bisa Laura tebak, perajurit itu adalah salah satu tentara yang membawa kabar dari medan perang.

Alex dan perajurit itu pun menoleh dan melihat Laura dengan setengah berlari mengahampirinya.

"Ternyata kau disini, dasar bodoh!" Kata Laura memaki Alex saat sudah berada di hadapannya. Selagi Laura mengatur nafasnya karena kelelahan. Alex menyerit mendapati Laura tengah memakinya, jarang-jarang tuan puterinya itu memaki orang, pasti ada hal yang membuatnya kesal sehingga mengeluarkan umpatan-umpatan.

"Ada apa tuan puteri mencari saya?" Tanya Alex.

Laura melirik sekilas kearah Alex yang tengah memperhatikannya yang sedang mengatur nafas "ada hal penting yang harus ku bicarakan dengan mu"

Alex menatap Laura dan salah satu penjaga istana yang baru saja menyampaikan laporan tentang keadaan di medan perang secara bergantian "baiklah kita bicara di ruang rapat saja, bagaimana?"

Sang pejaga yang paham akan situasi pun pamit undur diri,setelah menurutnya tidak ada hal lagi yang perlu ia sampaikan kepada Alex "yasudah, tuan Alex dan puteri Laura saya pamit undur diri" katanya sambil memberi hormat.

Alex pun mengangguk "iya terimakasih Bara atas informasi yang kau berikan, lebih baik kau keruang kesehatan dulu baru kembali ke medan perang"

"Baik tuan Alex" kata Bara yang langsung melangkahkan kakinya menjauh dari dua orang yang memiliki kepentingan.

Setelah Bara sudah pergi cukup jauh dari pandangannya Alex membuka suara lagi, untuk mengajak tuan puterinya pergi ke ruang rapat.

Untuk Membahas apa yang ingin disampaikan oleh Laura itu. Alex cukup merasa apa yang ingin dibicarakan Laura ada hubungannya dengan kecurigaannya terhadap orang di dalam istana itu.

Tapi pemikiran itu ia simpan terlebih dahulu, lebih baik mendengarkan perkataan yang akan di bahas oleh Laura dulu saja.

"Ayo tuan puteri kita keruang rapat" ajak Alex.

Laura mengangguk lalu melangkah terlebih dahulu tanpa menjawab ajakan Alex. Alex hanya diam dan mengikuti langkah Laura di belakang menuju ruang rapat.

Sebenarnya bagi Alex sendiri, ada perasaan aneh jika harus berada di dalam ruangan tertutup berdua dengan Laura.

Entah perasaan aneh apa yang ia rasakan setiap melihat wajah cantik Laura. Yang ia tau, ia akan merasa jantungnya berpacu dengan cepat lalu merasa gugup dan sering merasa kalau ia bertingkah bodoh.

Ya pokonya perasaan yang membuat semuanya terasa canggung padahal ia yakin Jika bersama Aidan yang notabanenya adalah Raja agung saja ia tidak akan merasa canggung seperti itu.

Tidak, Alex tidak tau kenapa dengan dirinya ia tidak pernah merasa seperti padahal tapi hanya bersama Laura ia merasa dunia telah membuatnya menjadi orang bodoh dan kikuk.

"Alex!" Tegur Laura.

Alex yang sepertinya sedang melamun terjonjak kaget mendengar namanya di panggil, benar bukan jika bersama Laura dunianya akan menjadi bodoh.

Alex menggelengkan kepalanya menyingkirkan pikiran-pikiran aneh yang sedari tadi mengusik otaknya "iya tuan puteri Laura"

Laura membuka pintu lalu berbalik menghadap Alex yang masih mematung "ayo masuk! Kau mau sampai kapan disitu terus"

Alex sepertinya tidak menyadari kalau mereka sudah sampai di depan pintu ruang rapat, Alex pun hanya meringis canggung dan mengikuti Laura masuk kedalam.

Melihat Laura yang sudah duduk di salah satu bangku yang ada Alex pun duduk di kursi yang berhadapan dengan Laura, jujur saja walaupun ia sudah mengenal Laura semenjak wanita itu masih dalam wujud bayi Alex tidak memiliki cukup keberanian untuk duduk di sebelahnya.

"Ja-jadi ada apa tuan puteri?" Tanyanya, untuk memecahkan keheningan yang menyelimuti ruangan terkutuk itu.

Laura melirik ke arah Alex yang ada di depannya dengan meja besar sebagai pembatas jarak keduanya "aku mencurigai seseorang di kastil ini" Laura melipat kedua tangannya di atas meja "seorang penjaga istana tepatnya. Aku juga merasa baru melihatnya, entah memang dia yang baru ada di kastil ini atau memang aku baru melihatnya" lanjutnya.

Alex mengangguk mengerti "maksud mu, penjaga istana yang cukup lancang mendekati Yang Mulia Ratu secara terang-terangan itu?" Tanyanya memastikan.

"Iya, Iya benar dia maksud ku. Aku sempat berpapasan dengannya di lorong saat sedang bersama Briana, lalu dia dengan lancang memandang Briana dengan sorot mata yang tidak sopan"

Alex terlihat seperti sedang berfikir sejenak "sepertinya yang saya ingat, saya maupun Max tidak merekrut anggota baru sebagai penjaga ataupun prajurit" Jari Alex mengetuk-ngetuk meja menimbulkan suara "dan jujur saja saya tidak pernah bertemu langsung dengan orang yang tuan puteri maksudkan, tapi Max pernah. Dan dia sempat bercerita tentang orang itu dia juga menaruh rasa curiga."

Laura menyenderkan bahunya di kursi "sudah ku duga! Bukan aku saja yang akan mencurigai dia"

"Yang Mulia Raja sedang tidak ada, dan beliau akan kembali lusa" Laura menatap Alex membuat pria itu sedikit gugup namun dengan cepat pria itu menutupi kegugupannya "dan aku tidak punya wewenang untuk memberi hukuman pada penyusup itu. Tapi aku bisa mengawasinya dan memberi peringatan padanya"

Laura mengangguk setuju dengan keputusan yang dibuat Alex "baiklah jika seperti itu"

"Lalu, bagaimana keadaan Yang Mulia Ratu?" Tanya Alex.

"Briana baik. Ada Filia yang melayaninya dan Melanie yang menjaganya"  jawab Laura.

Alex kembali menangguk, ia cukup lega mendengar kabar kalau Ratunya baik-baik saja. Dengan begitu Rajanya tidak akan mengamuk setelah kembali dari medan perang.

Namun yang membuat Alex kembali terheran adalah, untuk apa penyusup itu berlama-lama di kastil Diabolus ini? Jika memang ia punya niat jahat pasti sudah dilakukan sejak awal dia datang.

Dan pasti ia yakin ada orang dalam yang tau seluk beluk istana ini, mana mungkin ada penyusup yang berhasil masuk tanpa jejak kalau tidak ada orang dalam yang membantunya.

Tapi siapa yang berani berhianat pada Raja Iblis yang paling kejam dari generasi ke generasi itu?



















Maaf kalo ada typo soalnya ga sempet aku baca ulang.

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, komen atau vote kalian dapat menjadi semangat ku😂💐

King Demon's Bride (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang