Chapter 43

35.1K 2.1K 14
                                    

Happy Reading and happy sunday💐

Maaf kalo ada typo✌🏾




"Kemana bocah ini" Aidan menggerutu, seraya mengedarkan pandandangannya ke sekeliling ruangan tersebut. Aidan sedang menunggu adiknya di ruang santai, karena Laura bilang kemarin malam kalau pagi ini ia ingin mempelajari beberapa mantra, dan disini lah Aidan sekarang menunggu Laura yang tak kunjung datang.

Suara langkah kaki mendengung di ruangan yang senyap itu, lama kelamaan terlihat jelas sosok wanita tengah berlari tergesa-gesa ke arahnya.

Laura menyengir tanpa dosa ke arah Aidan ketika ia sudah sampai tepat di depan kakaknya itu, Laura menbungkukan tubuhnya lalu memegang kedua lututnya sambil mengartur deru nafasnya itu.

"Kau terlambat lima belas menit" ucap Aidan, matanya terus memandang adiknya itu.

Laura meneggakan tubuhnya "maaf kak, aku sudah lama tidak bangun sepagi ini"

Aidan mencebik "tidak ada alasan. Kau yang meminta untuk latihan sepagi ini harus nya kau lebih bisa bertanggung jawab atas perkataan mu itu"

Laura mendengus kesal "iyaa maaf kak"

"Ya sudah ayo" kata Aidan seraya membalikan tubuhnya.

Laura pun mengikuti langkah kaki kakaknya itu "oh ya kak" Aidan menatap adiknya "kau bilang ingin menikah dengan Valerie, lalu kenapa sampi saat ini belum ada persiapan?"

Aidan menatap lantai istana dan memasukan kedua tangannya ke saku celananya "aku ingin menikahinya ketika Briana sudah melahirkan"

Laura menyerit "sungguh? Kenapa kau jadi berubah pikiran?"

"Entah lah aku hanya ingin seperti itu"

Sebenarnya Aidan ingin mempertanyakan segala kegelisahan hatinya, namun ia urungkan. Aidan tidak mau membebani adiknya dengan masalah pribadinya, sudah cukup baginya Laura mengurusi sebagian pekerjaannya yang sudah terbengkalai akibat adanya Valerie yang selalu menganggunya, jadinia tak mau lagi membebani adiknya dengan pertanyaannya itu.

Laura sendiri meminta Aidan untuk mengajarinya sihir pengobatan ringan di pagi buta karena adiknya itu beralasan tidak mau diganggu oleh Valerie.

Dan Aidan menurutinya, karena jujur saja Aidan sendiri juga tidak mau Valerie menganggu waktu latihan adiknya, bisa-bisa nanti Laura tak akan berkonsentrasi.

Aidan dan Laura pun berjalan ke lembah Yemen yang terletak tak begitu jauh dari istananya itu dalam diam, tak ada perbincangan diantara mereka seolah-olah mereka hanyut dalam pikiran mereka masing-masing.

Tak lama mereka pun sampai di kaki lembah Yemen, hanya dengan dua puluh lima menit berjalan kaki akhirnya mereka pun sampai.

Aidan mengarahkan tubuhnya menghadap Laura "nah bisa langsung kita mulai?" Kata Aidan menguntrupsi.

Laura memandang Aidan "kak, kapan ya terakhir kita kesini" ucap Laura yang tak mengubris perkataan Aidan.

Raut wajah Aidan berubah menjadi kaget, kenapa Laura bisa mengatakan hal itu? "Ku rasa itu sudah sangat lama"

Laura tertawa miris "kau benar. Aku rindu pada masa-masa ayah dan ibu masih disini" Laura duduk di hamparan rerumputan yang hijau, ia meraba-raba rumput-rumput itu sambil membayangkan moment nya dulu bersama kedua orangtuanya dan juga kakaknya.

Aidan mengusap pundak Laura untuk memberikan ketenangan bagi adik satu-satunya itu, Aidan juga sebenarnya rindu akan masa-masanga dulu. Tapi mau bagaimana lagi, jika ia terus bersedih tidak mungkin kan semuanya bisa kembali?

King Demon's Bride (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang